Tak lama, suara tawa yang begitu melengking mereka dengar. Spontan, ketiga lelaki itu menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki muda yang duduk di kursi roda, siapa lagi jika bukan Mim. Hisyam mendekati lekaki muda itu. Dia meminta dengan sangat agar sang istri tak lagi diperlakukan seperti ini.
“Mim, apapun kesalahan istri Pak Hisyam di masa lalu, Bapak mohon dengan segala kerendahan hati supaya dimaafkan.” Tak ada jawaban dari Mim. Dia hanya tertawa dan melihat kondisi Lesti yang tak ubahnya seperti orang tidak waras.
“Kalian salah lawan. Kau pikir aku tidak bisa membalas semua yang pernah kalian lakukan?”
“Mim, maafkan istri Bapak. Bapak juga mau minta maaf atas kesalahan di masa lalu. Ingatlah! Bapak ikut membantu menguburkan ibumu dengan layak.” Mim sendiri menatap Hisyam. Umar meminta agar Hisyam mundur beberapa langkah. Mustika yang dimiliki Mim akan sangat berbahaya jika dipakai.
“Pak, dia punya Mustika. Jika itu dia pakai, nyawa Bapak akan jadi taruhannya.”
“Gak apa-apa Gus. Aku punya kesalahan padanya di masa lalu. Jika memang kematianku menjadi alasan dia mau memaafkanku, aku ikhlas.”
“Pak, tidak seperti ini caranya.”
Mim sendiri tertawa. Melihat pasangan itu hidupnya menderita, adalah hal yang begitu menyenangkan. Mim meminta mereka pergi. Dia ingin membawa Lesti menuju sebuah tempat.
“Mim, mau kau bawa kemana perempuan ini?” Alif mencegah Mim untuk melakukan hal yang membahayakan. Mim sendiri menampakkan tatapan amarah. Kali ini, tak ada seorangpun yang bisa menghalanginya membawa perempuan ini. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang pernah terjadi.
“Bukan urusanmu.”
“Mim, bukan aku mau ikut campur. Tapi dia juga istri orang.”
“Aku tak peduli.” Mim sendiri langsung pergi dan diikuti oleh Lesti. Terlihat jelas jika kali ini Lesti pergi tanpa paksaan. Mim sendiri tak lagi memeghani tanganya. Mereka berjalan seperti biasa.
Hisyam yang melihat itu tak bisa tinggal diam. Dia perlahan mengikuti jejak kedua orang itu. Mim sendiri yang merasakan langkahnya diikuti, langsung membacakan mantra entah mantra apa. Tangannya langsung diarahkan ke tempat Hisyam.
Hisyam sendiri yang tanpa persiapan apapun langsung terjatuh. Kakinya terluka dan sulit dipakai untuk berjalan. Mim sendiri yang melihat Hisyam dengan kondisi seperti itu hanya bisa tersenyum. Dia berhasil melumpuhkan satu orang yang telah membuat masa lalunya menjadi demikian. Mim sendiri langsung melanjutkan perjalanannya ke tempat yang sudah diinginkan oleh Fajar.
Fajar sendiri yang melihat bagaimana kondisi Lest hanya bisa tertegun. Mantra yang pernah diajarkan pada Mim ternyata menimbulkan efek yang begitu luar buasa. Di luar dugaanya, mantra yang memang terkenal begitu kuat, di tangan Mim efeknya justru berkali-kali lipat.
Mim sendiri langsung menetralkan kondisi Lesti. Perlahan, Lesti mulai sadar dan menyadari jika dirinya tak lagi ada di rumah. Tampak wajahnya yang kebingungan dengan sosok Mim dan Fajar di tempat ini.
“Di mana aku? Kalian? Mau apa kalian?”