Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #26

Perempuan genit.

Alif mengerti dengan maksud Umar. Kali ini, mereka langsung melakukan sesuatu yang bisa membuat Hisyam terbantu. Malam ini, beberapa orang diminta berjaga di sekitar rumah itu. Mereka takut jika lelaki paruh baya tersebut sampai melakukan hal yang begitu nekat.

Beberapa orang masih mnembicarakan apa yang terjadi dengan desa mereka. Teror dari Mbak Kasih masih belum sepenuhnya hilang. Kali ini, beberapa orang warga mereka harus mendapatkan teror dari Lam dan Mim.

“Mungkin aja ini karma. Darti dan teman-temannya dulu begitu berambisi menghancurkan kehidupan Kasih dan keluarganya. Kali ini mereka dapat teror yang lebih dari anak-anak itu.”

“Mungkin saja Pak. Kau tau juga kan anaknya Dayyana kondisinya seperti apa.” Seorang lelaki langsung memberikan tanda silang di keningnya. Semua orang merasa ngeri dengan apa yang terjadi. Siapa yang tidak tau kondisi Airin. Gadis yang dulunya periang dan cerdas kali ini harus di rumah dan seperti orang yang tak memiliki jiwa.

Alif dan Umar langsung merapat dan ikut mendengar apa yang kali ini diceritakan oleh beberapa warga yang sedang berkumpul. Banyak hal yang diceritakan, terutama soal wanita yang bernama Pelita Kasih.

“Mbak Kasih dulu orangnya pintar. Dia sebenarnya bisa diandalkan oleh warga yang ada di desa ini. Hanya saja, namanya manusia ada aja yang iri. Ditambah lagi, anggapan orang tuanya masih kuno. Andai dia diberikan kesempatan untuk melanjutkan belajarnya, aku yakin perempuan itu bisa mengangkat kondisi desa ini.” Apa yang baru saja dikatakan oleh seorang perempuan membuat semua orang terdiam. Mereka sendiri tak menyangka jika nasib perempuan itu harus berakhir malang. Tak lama, perempuan itu menangis. Dia begitu dekat dengan Kasih juga Ima. Dia merasa kehidupan sudah tak adil bagi orang yang tak punya seperti mereka berdua.

“Ini semua gara-gara perempuan yang bernama Darti. Perempuan yang ngakunya cantik tapi otaknya nol. Gak ada apa-apanya. Dia hanya bisa berdandan dan bersolek. Dan harus kalian tau, Darti adalah wanita paling genit di desa ini.” Amarah wanita itu akhirnya keluar. Seorang lelaki muda langsung mendekat dan menenangkan perempuan itu.

“Budhe, jangan marah lagi seperti ini! Gak baik.”

“Aku hanya gak terima, ternyata seorang Kasih yang cerdas bisa kalah dengan seorang wanita licik seperti Darti. Awas aja kalo ketemu, aku tidak akan pernah membiarkan wanita itu hidup tenang.”

“Mbak, lebih baik Sampeyan pulang dan istirahat. Le, antar budhe pulang!” Perempuan itu tak bisa berbuat apapun. Kondisinya yang memang sudah tak lagi sehat membuat dia harus pandai menjaga semuanya, termasuk emosi.

Lelaki itu akhirnya bercerita terkait kedekatan sang kakak dengan Kasih. Memang mereka begitu akrab. Kakaknya menjadi salah satu yang membela Kasih saat dia berada dalam cengkraman Wicaksono dan Darti.

“Dia sempat mendapatkan ejekan dari Darti. Hanya saja, Darti masih ada rasa segan pada kakakku. Tapi, sejak kakak sakit, dia semakin menjadi. Dia merasa sudah tak ada lagi yang menghalangi dirinya untuk menghancurkan seorang Kasih. Sampai akhirnya Mbak Rukmi marah dan membuat dia sama sekali tak berdaya. Darti ingin melenyapkan dia. Tapi semua bisa aku gagalkan.”

“Sebenci itu dia dengan Kasih?”

“Dia iri dengan kecerdasan Kasih. Dia ingin menjadi yang nomer satu di desa ini. ternyata caranya salah.”

“Apa yang Bapak tau terkait mereka berdua?”

“Yang aku tau, Darti dulu sudah mencintai Wicaksono. Memang awalnya dia tidak berjudi, sampai akhirnya dikenalkan oleh salah seorang temannya. Awal-awal memang dia menang dan dengan percaya dirinya, dia melamar Kasih. Tapi, itu gak lama. Dia menderita kekalahan yang sangat besar. Kasih dan keluarganya yang menjadi jaminan untuk semua utangnya yang entah berapa.” Lelaki itu terdiam beberapa saat. Dia sendiri mengingat semua yang terjadi dengan Kasih saat itu.

“Kebencian Darti saat itu terbayar saat Kasih dan adiknya dijadikan pelacur oleh Wicaksono. Dia bahkan menjadi mucikari.”

“Jadi mucikari?”

“Iya.”

Umar dan Alif saling menatap. Kali ini, dimana sosok Darti berada?

“Tapi, apakah Bapak ntau Darti ada di mana?” Lelaki itu terdiam. Lama sekali dia terdiam.

Lihat selengkapnya