“Lesti, kau di tempat ini?”
“Darti?”
“Aku ditawan di tempat ini. Aku gak kuat. Hampir setiap hari aku dipaksa melayani lelaki yang sama sekalui tidak kukenal.” Darti menangis dan mengingat apa yang terjadi padanya sebulan belakangan. Bukan hanya dirinya yang harus menanggung aib sebesar ini, adik bungsunya juga dinodai di hadapan dirinya. Siapa yang tidak sakit melihat hal itu?
“Tiap hari?”
“Hampir tiap hari. Jika aku menolak, mereka akan menyiksaku.”
“Apakah kau menghadapi cemeti tiap hari?”
“Bukan hanya itu. Aku pernah ditendang oleh salah seorang yang meminta kulayani. Apa yang aku rasakan sekarang lebih kejam dari yang pernah Kasih dan adiknya terima.” Lesti terdiam dan hanya bisa menatap ruangan itu.
Tak lama, Lam sendiri masuk dan meminta Darti untuk segera keluar. Darti sendiri ingin sekali menolak dan bebas. Apa yang baru saja dikatakan perempuan itu sontak membuat Lam marah. Dia menjambak rambut Darti hingga dia meringis kesakitan.
“Ulangi sekali lagi!”
“Lam, kumohon bebaskan kami!”
Tubuh itu dibanting tanpa ampun. Lesti yang melihat salah satu temannya disiksa dengan cara seperti itu hanya bisa berteriak.
“Wanita sepertimu tidak punya hak untuk meminta.”
“Lam, Kumohon dengan sangat.”
“Apa kau mengabulkan permintaan ibuku saat meminbta hal yang sama?” Mereka terdiam. Lam sendiri akhirnya menyeret Darti layaknya binatang. Lesti hanya bisa menangis dan terdiam. Tak ada sesuatu yang bisa dia perbuat hari ini. Dalam ruangan yang menakutkan tersebut, dia hanya bisa meratapi nasibnnya yang begitu malang.
Suara tawa menggema dari tempat lain. Lesti menoleh ke berbagai arah. Suara itu semakin jelas. Tak lama, Mim sendiri memasuki ruangan itu dengan senyuman kemenangan. Melihat apa yag terjadi pada kedua wanita itu, dia merasa begitu puas.
“Kalian berdua sudah sama seperti ibu. Dua lainnya akan segera menyusul. Mereka baru merasakan permulaan dari kami.”
“Mim.” Lesti bersimpuh di kaki Mim dan menangis. Jika dulu dia dengan mudahnya menghancurkan Kasih dan semua orang yang dia sayangi. Kali ini semua berbalik. Kedua anak Kasih yang sekarang berhasil membuat mereka ketakutan.
“Bagaimana rasanya merasakan hal yang Ibu Kasih alami?”
“Maafkan aku!”
“Tak lama lagi suamimu akan tau semuanya. Bersiaplah!” Lesti menggeleng. Semua kejahatan yang pernah dia lakukan justru membuat Lesti takut. Usaha menyingkirkan kedua anak Kasih dan kakaknya, justru menjadi boomerang untuk dirinya juga sang suami. Mereka kehilangan anak dan sang suami kehilangan dua orang yang begitu dia sayangi.
***