Dahayu sendiri yang baru saja mendapatkan labrakan dari wanita yang bernama Sri hanya bisa terdiam. tampak raut wajahnya begitu ketakutan dengan apa yang ditunjukkan oleh perempuan tersebut. Dahayu langsung keluar dan menuju tempat di mana Dayyana berada. Mereka kali ini bertemu di Sendang yang menjadi favorit dari Kasih.
“Dayyana, kau di sini? Aku sudah mengetahui tentang kebiasaanmu berdiam di tempat ini.”
“Mbak, aku gak tau kenapa, kali ini Sendang ini adalah tempat yang paling nyaman untuk diriku. Ada sesuatu yang begitu menyedot perhatianku dan segala yang aku hadapi.” Tetes demi tetes air mata Dayyana keluar. Dahayu sendiri terdiam. Dia melihat air Sendang dan pemandangan sekitarnya. Begitu menentramkan kali ini.
“Dayyana, aku merasa sepemndapat denganmu.” Mereka terdiam beberapa saat. Sampai akhirnya mereka terkejut dengan suara tawa Lam dan Mim. Suasana yang sebenarnya mereka gelisah kini semakin dibuat takut karena kedatangan Lam dan Mim.
“Mim, sasaran kita di sini. Di tempat ibu kita berdiam dan merenungi nasibnya.”
“Dasar wanita lemah. Baru seperti itu saja loyo.” Tawa mereka kembali menggelegar. Kedua wanita itu hanya bisa ketakutan melihat dua anak yang senang dan menekan batin mereka.
“Mau apa kalian? Apa yang kalian inginkan dari kami?” Mim memberikan isyarat. Tak lama, seseorang membawa Airin yang kondisinya tidak lagi seperti Airin di masa lalu. Dayyana hanya bisa menangis melihat putri satu-satunya seperti demikian. Wanita itu langsung memeluk sang anak dan menangis.
“Bagaimana rasanya? Sakit melihat anaknya jadi seperti itu?”
“Apa yang terjadi dengan anakku? Apa yang kalian lakukan padanya?”
“Kau menuduh kami melakukan hak yang tidak-tidak pada anakmu? Kenapa tidak bertanya pada perempuan yang bernama Darti? Dia membiarkan anak kalian diperlakukan secara hina.” Apa yang baru Mim katakan membuat kedua perempuan itu hanya bisa terdiam. Airin tak lagi seperti yang dulu. Tatapannya kosong dan tak lagi ada sesuatu yang spesial darinya.
“Kenapa Airin seperti ini? Aku kehilangan anakku walau dia ada di sampingku.” Dayyana sendiri bingung. Tak lama, dia mendorong sang ibu dan mengucapkan kata yang sama sekali tak pantas.
“Dasar perempuan gak tau malu. Kau sama sekali tak ada niatan menyelamatkan aku dari cengkraman mereka. Aku mempertanyakan rasa sayangmu pada diriku.” Perkataan Airin disambut gelak tawa dari Mim.
“Pantas dia tidak menyayangimu. Kau anak haram seperti diriku. Kau terlahir dari hasil hubungan gelap antara ibumu dengan lelaki lain. Gak nyangka, seorang perempuan seperti Dayyana punya selingkuhan, tampan pula lelakinya.” Dayyana sendiri bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
“Kau sama sekali tak sayang padaku. Perempuan gak tau malu.” Airin mendorong wanita itu hingga terjatuh. Dahayu langsung membantu temannya yang kondisinya sudah tertekan secara mental.
“Kumohon, jangan lakukan hal semacam ini lagi! Aku mohon!” Lam dan Mim hanya terdiam dan tersenyum ke arah kedua perempuan itu. Mereka kali ini bisa menjadi bulan-bulanan dari mereka. Kedua wanita yang ikut andil dalam menghancurkan sang ibu kali ini juga harus ikutan hancur.
“Kau memohon itu sekarang? Kenapa? Bukankah sebelumnya kau masih sombong dengan kedudukanmu?”
“Mim, sekarang sudah berbeda. Suamiku juga perlahan kehilanghan kejayaannya. Apa yang aku lakukan di masa lalu juga perlahan akan muncul.”
“Bagus dong kalo itu terjadi. Aku gak sabar melihat kalian berada di balik jeruji besi.” Lam langsung menjawab dan tersenyum.