Beberapa jam setelah kejadian itu.
Rena berjalan sambil mendorong kursi roda. Mim terdiam dan hanya menoleh menatap beberapa orang yang terpana melihat sosoknya. Seorang anak yang dulunya sering mendapatkan sasaran penghinaan hingga mendapatkan percobaan pembunuhan, kali ini tak ada kurang satu apapun. Justru, dia kembali dan ingin melakukan sesuatu.
Banyak warga yang menjaga jarak karena takut. Kondisi Darti bukannya mereka tak tau. Kabar dari mulut ke mulut mengenai penyekapanya telah menyebar sejak Rena berhasil bertemu denganya beberapa jam yang lalu.
“Mbak Rena, kau kesini?”
“Iya Mbak Sri. Aku kesini tidak sendiri. Kau bisa lihat si apa yang aku ajak.” Sri melihat lelaki yang berada di kursi roda. Pikirannya melayang menuju apa yang pernah terjadi di masa lalu. Mim sendiri hanya memberikan respon berupa suara yang tak tau maksudnya apa.
“Mim.” Sri memberikan sesuatu. Sebuah kain yang pastinya Mim ingat terkait hal tersebut. Dia hanya terdiam dan menatap kain yang begitu menyakitkan. Kenangan itu teringat dalam benaknya. Dia meremas kain tersebut dan terus memegangnya. Sri yakin jika dengan kain itu, Mim bias semakin bersemangat untuk mencari keadilan untuk ibu yang dia cintai.
“Aku tau terkait semua ini Nak. Aku tau apa yang terjadi di masa lalumu. Aku bisa memahami sakit yang terus membara dalam hatimu. Mim, ibu hanya mau bilang sesuatu, keadilan untuk ibu dan dirimu, kau yang mencari. Kalian yang harus memperjuangkannya. Ibu akan bantu itu semua.” Mim sendiri tertawa. Tawa dariya begitu kencang sehingga menarik perhatian dari banyak orang yang tengah berada di sekitar situ.
Mim seketika terdiam dan menatap seseorang. Dia mendekati orang tersebut dan langsung membuatnya terdiam. Sosok seorang lelaki yang begitu bergetar degan kehadiran sosok tersebut.
“Kau? Mau apa kau?” Lelaki tersebut ingin mundur beberapa langkah. Tapi, sebelum hal itu dia lakukan, kaki dari orang itu berhasil dicekal oleh Mim. Sontak dia langsung terjatuh. Cengkraman yang begitu kuat hanya bias membuat lelaki itu meringis dan meminta tolong pada orang sekitarnya.
Para warga bukannya tak ingin menolong. Tapi, melihat amarah Mim yang begitu membara, mereka tak ingin menanggung resiko yang membahayakan. Lelaki itu terus memohon agar semua ini dihentikan.
“Tolong! Jangan seperti ini! Apa salahku?”
“Apa hubunganmu dengan Darti?” Pertanyaan itu membuat semua orang hanya terdiam. Darti, wanita yang dulunya adalah seorang model yang tak diragukan lagi kecantikannya, kali ini harus menderita karena berurusan dengan seseorang yang salah.
“Tidak ada hubungan apapun. Aku tidak ada kedekatan apapun dengan Darti.” Mim sendiri tak begitu saja percaya. Dia melihat dengan penglihatannya sendiri, lelaki ini pernah dekat dengan Darti. Bahkan, dia masih sering bertemu walaupun dia sudah satu rumah dengan Wicaksono.
Rena sendiri mendekat. Dia memperhatikan lelaki itu yang sudah lama dia mengenalnya.
“Andri, bukankah kau yang namanya Andri?”
“Kau tau namaku dari mana?”
“Tau namamu dari mana? Bukankah kau selama ini ada hubungan khusus dengan Darti? Jangan mengelak! Karena aku punya bukti semua ini.” Lelaki itu yang ternyata bernama Andri hanya bisa ketakutan. Introgasi dari kedua orang itu berhasil membongkar semua aib yang ada di masa lalunya.
“Maaf, tapi aku tak ada hubungan apapun dengan Darti kali ini. Aku sudah putus dengan dia.”