“Awas kalian! Aku akan memasikan jika semua ini salah. Airin adalah buah cinta kami.”
“Silahkan! Aku menunggu hasil tes DNA keluar.” Rena sediri meningalkan mereka yang tengah bingung harus berbuat apa. Seno sendiri menatap Dayyana dengan tatapan yang begitu bingung. Tampak dia harus membuktikan sendiri hasil DNA dari Airin.
“Dayyana, aku akan membuktikan jika apa yang mereka katakan itu ngawur. Tuduhan itu harus dibuktikan dengan hasil yang bisa dipertanggung jawabkan.” Seno langsung pergi dan menuju tempat Airin dirawat. Dia ingin mengetahui apakah yang banyak orang katakan itu benar adanya.
Dayyana sendiri hanya bis terdiam dengan apa yang baru saja terjadi. Apa yang baru saja sang suami lakukan akan menjadi boomerang bagi keluarganya. Dayyana akan menyusul dan berusaha menggagalkan apa yang akan sang suami lakukan. Semuanya tak boleh terbongkar.
Tak lama setelah Seno pergi, dua orang langusng mendekat dan menertawakan apa yang terjadi baru saja pada Dayyana. Lam dan Mim, mereka yang sejak awal mengintai kedua orang tersebut tampak begitu senang dengan apa yang terjadi. Semua memang pantas dan layak untuk dirasakan oleh kedua orang itu.
“Lam, Mim? Mau apa kalian?”
“Kami? Mau apa? Sudah jelas, mau melihat penderitaan orang yang menjadi penyebab kehancuran ibu. Seorang yang tega membuat ibu Kasih menjadi terhina, harus terhina juga.” Lam sendiri tersenyum dan disambut dengan tawa yang begitu kencang dari Mim. Dayyana sendiri yang tak lagi bisa menahan emosi langsung saja menampar Lam. Ingin juga dia membuat Mim harus terjatuh dari kursi rodanya. Tapi, setelah dia menampar Lam, Mim sendiri tampak tak terima dan langsung menghajar wanita itu dengan cara yang begitu brutal.
Mim juga memakai Mustika yang dia miliki dengan cara yang sama sekali tak dia pikirkan. Akibatnya, Dayyana sendiri merasakan kepanasan yang luar biasa. Wanita itu hanya bisa berteriak dan teriakan itu mengundang banyak warga menuju tempat tersebut. Alif sendiri yang kondisinya sudah mulai membaik juga ikut datang dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Lam sendiri mencoba menenangkan amarah dari sang adik. Tapi akan sulit jika amarah itu sudah berkobar dan begitu membara. Mim sendiri paling tidak bisa melihat orang yang dia cintai harus dihina dengan cara yang begitu memalukan.
“Mim, jangan brutal menggunakan mustika itu!”
“Bukan aku yang memulai. Dia yang memulai. Dia ingin menghina keluarga dari mendiang ibu. Sudah saatnya dia harus aku permalukan di hadapan banyak orang.”
“Nyawamu akan dalam bahaya.”
“Sejak ibu pergi, hidupku sudah tak ada lagi gunanya. Banyak orang yang ingin menyingkirkan kita.”
Mim terus membuat Dayyana kepanasan. Benar saja apa yang pernah dikatakan oleh Ki Ageng, kekuatan dari mustika itu tak bisa dianggap remeh. Dayyana sendiri tubuhnya menghitam layaknya terbakar. Wanita itu terus menjerit dan memohon agar semua orang yang ada di sekitar situ untuk menolongnya.
“Tolong! Kenapa kalian tidak mau menolongku? Apa kalian sudah tidak punya hati?”