Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #42

Tidak ada yang bisa menghentikan aku

Tidak ada orang yang perhatian padaku. Tidak ada orang yang mau memberikanku tempat untuk sekedar istirahat. Hanya karena aku anak dari wanita yang statusnya pelacur, kenapa aku tidak mendapat hak yang semestinya didapat.

Mereka egois. Mereka sama sekali tak pernah memikirkan apa yang terjadi padaku. Aku sendiri hanya bisa menangis saat mendapati semua ini. Ibu menjadi pelacur bukan karena keinginan sendiri. Dia sudah dijadikan budak oleh orang yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom bagiku.

Kali ini, aku akan membalas tuntas semuanya. Aku akan menuntaskan semua api yang ada dalam hati. Orang yang sudah membuat aku dan orang yang ku sayangi menjadi bulan-bulanan, akan menjadi bulan-bulanan baru. Aku sama sekali tidak akan pernah ikhlas sebelum mereka menangis. Melihat satu-persatu mereka menangis dan bersimpuh, itu menjadi kebahagiaan yang luar biasa bagiku.

Aku sama sekali tak pernah peduli cara ini salah atau tidak. Sekarang, yang paling penting adalah bisa membuat hidup mereka menderita dan penuh dengan air mata. Seperti yang pernah mereka lakukan pada kami. Mereka juga tak pernah memikirkan hal itu baik atau tidak.

***

Hari itu, Hisyam beristirahat walaupun dengan hati yang gelisah. Dia hanya ingat dosanya pada kedua bocah yang selama ini sangat menyiksa batinnya. Nama Lam dan Mim selama ini tak bisa dia rawat dengan baik. Mereka sendiri juga ingin dibunuh oleh Lesti, perempuan yan selama ini dia cintai.

“Pak Hisyam, bersihkan diri dulu!” Hisyam terdiam. Sejak kejadian pembakaran rumah kemarin, dia belum sekalipun menyentuh air. Sholat sendiri dia hanya mengandalkan tayamum. Berat rasanya meninggalkan bekas rumah yang sudah lama menjadi saksi hidupnya.

“Aku hanya ingin wudhu saja.”

“Pak, aku tau Bapak kecewa. Tapi, Bapak kan harus merawat diri juga.” Hisyam hanya bias terdiam. Memang, dia kecewa dengan sang istri. Tapi, mengingat Lam dan Mim, dia ingin sekali menebus semua yang pernah menjadi kesalahannya di masa silam.

“Aku hanya ingin Lam dan Mim.”

“Apa yang ingin Bapak lakukan pada mereka? Apakah mau membalaskan dendam atas kejadian ini?”

“Aku tidak ingin menuntut apapun dari mereka. Justru aku yang akan menebus semua ini. Aku yang akan memberikan apa yang mereka inginkan. Aku ikhlas jika nyawa yang akan menjadi taruhannya.”

“Pak Hisyam, istighfar! Kita tidak pernah tau apa yang ada di balik mereka. Kita tidak pernah tau siapa yang membantu mereka selama ini. Kalau yang aku dengar dari Gus Umar, ada orang yang tidak benar dan sekarang ingin menghancurkan desa ini.”

“Alif, aku tidak takut. Aku tidak pernah takut dengan siapapun yang melindungi Lam dan Mim. Aku punya Allah. Aku punya sang Maha Kuasa. Aku akan menghadapi mereka. Yang paling penting, Lam dan Mim harus bias lepas dari cengkraman orang itu.” Alif terdiam dan menatap seseorang yang tengah berada tak jaug dari tempat mereka bicara.

Umar sendiri terdiam dan hanya bisa mendengar apa yang terjadi. Semua ini sudah rumit dan di luar pemikiranya. Kedua bocah yang dulu hanyalah sosok anak polos ternyata punya rahasia yang begitu besar. Mim, bocah yang dia kenal sebagai anak cacat ternyata tak bisa begitu saja diremehkan.

“Pak Hisyam, masalah Lam dan Mim kita harus ada cara tersendiri. Tidak bisa nekat begitu saja. Kalau kita tanpa persiapan apapun, yang ada malah jadi petaka. Apa yang menjadi rencana baik Pak Hisyam tidak akan ada artinya.”

“Pak, apa yang dikatakan Alif ada benarnya. Saya tau apa yang Sampeyan ingin lakukan. Saya akan bantu. Saya bersedia untuk membantu.” Hisyam hanya diam dan menatap kedua lelaki muda yang sekarang sedang bersamanya. Dia sadar, masih ada orang yang begitu perhatian pada dirinya setelah fakta yang dia ketahui.

Tangis Hisyam akhirnya pecah. Dia bersyukur atas semua karunia yang sedang ada di sampingnya. Dia tak henti-hentimya mengucap istighfar dan syukur.

“Mas Alif, Gus Umar, terima kasih atas perhatiannya. Terima kasih atas semua ini. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan kalian.” Hisyam sendiri akhirnya perlahan menemukan kembali semangatnya.

Lihat selengkapnya