Aku harus menyampaikan semua ini. Aku harus menyampaikan semua kebenaran ini. Kebenaran ini sama sekali tak bisa lama-lama aku sembunyikan dari banyak orang. Rahasia ini harus aku bongkar. Ini demi mereka. Ini demi Lam dan Mim.
Jujur, aku sangat tersiksa dengan apa yang selama ini aku pendam. Aku merasa bersalah atas semua yang pernah terjadi. Rahasia tentang seorang Kasih yang sebenarnya. Dia bukanlah keturunan orang yang sembarangan. Dia bukanlah berasal dari trah yang bisa dipandang remeh. Sebuah trah yang mungkin membuat semua orang terkejut.
***
“Mim, Lam, aku meminta maaf jika kedatanganku kemari justru membuat kau tersinggung dan marah. Tak ada niat untuk apapun. Aku hanya ingin membawa kalian ke jalan yang benar.”
“Tidak ada alasan yang bisa membuat aku dan adikku ini untuk ikut dengan kalian. Apakah kalian bisa memberikan alasan untuk keinginan kalian?”
“Ini masalah trah dari ibu kalian. Tentang keluarga asli dari ibu kalian. Kalian berdua harus tau dari mana asal ibu kalian yang sebenarnya. Kalian berhak untuk mengetahui semua ini.”
Mbah Yani terdiam beberapa saat. Dia mengambil jeda untuk menceritakan apa yang sebenarnya dia ketahui. Hari semakin larut, waktu tidak banyak. Dia tak ingin Alif justru harus menjadi korban di tempat yang sudah dipagari secara ghaib. Lam dan Mim terus ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan siapa sebenarnya sosok sang ibu.
Lelaki tua itu mulai bercerita. Sang ibu adalah keturunan dari trah seorang Adipati di masa Belanda. Sosok yang dikenal menguasai banyak ilmu putih.
“Ibu kalian bisa berada di desa ini bukan tanpa alasan. Ada peristiwa yang membuat ibu kalian harus ditinggalkan begitu saja di tepi jalan. Kedua orang tua Kasih yang asli sangat berharap jika ada seseorang yang mau merawatnya dengan cara yang baik.”
“Tapi kenapa yang memungut Ibu adalah seorang yang sama sekali tak menyayanginya?”
“Mim, tolong dengarkan cerita secara utuh dahulu!” Mim terdiam. Dia hanya bisa mendengar cerita dari Mbah Yani hingga selesai.
“Keluarga besar dari pihak Kasih adalah keluarga ningrat. Bukan hanya berasal dari keturunan ningrat, tapi kondisi perekonomiannya juga bagus. Banyak bisnis yang dijalankan oleh kakek kalian.” Mbah Yani terdiam dan menjeda ceritanya. Dia menjadi saksi atas peristiwa tragis. Peristiwa yang sampai saat ini sama sekali tak bisa dia lupakan. Andai saja dia bisa menyelamatkan bayi yang bernama Kasih, mungkin kejadian tak akan menjadi seperti ini. Ini semua juga berakar dari kesalahannya.
“Ini semua bermula dari kehadiran seseorang. Dia adalah seorang preman. Seorang berandal yang ingin mengambil alih kekuasaan desa itu akhirnya sukses mengacak-acak desa asli ibu kalian. Bahkan mereka juga berhasil membuat keluarga Djojohadi Kusumo, trah ibu kalian, hancur berkeping-keping. Bisnis mereka hancur dan para perempuan dari keluarga itu dinodai. Mereka juga membantai semua warga yang mendukung trah Djojohadi Kusumo. Nenek kalian bisa kabur dari pembantaian itu. Saat itu dia sedang hamil. Hamil ibu kalian.” Mbah Yani menjeda kembali cdritanya. Tangisnya tak bisa terbendung. Tapi, mau tidak mau, semuanya harus dia ceritakan.
“Kasih dilahirkan di rumahku setelah wanita malang itu ditampung kedua orang tuaku beberapa bulan. Mereka sangat prihatin dengan kejadian yang menimpa keluarga besarnya. Kelahirannya dibantu oleh salah seorang dukun bayi yang terkenal di wilayah itu. Ibu kalian ditelantarkan di pinggir jalan karena dia tak ingin terkena fitnah. Walaupun dia lahir dari hasil yang baik, tapi kejadian yang menimpa mereka sudah tersebar ke seluruh penjuru wilayah. Ingin sekali kami mencegahnya, tapi semua sudah terlambat. Mereka keburu menghilang dan tak tau di mana keberadaannya. Setelah sekian lama, baru aku tau jika ibu kalian berada di tempat ini dan dirawat oleh seorang lelaki miskin dan gila wanita. Bahkan aku sudah mendengar dia dipersunting oleh seorang lelaki yang bernama Wicaksono. Aku sangat menyayangkan dengan pernikahan itu.” Cerita itu akhirnya selesai. Mbah Yani ingin berpamitan pulang. Misi pertamanya selesai. Tinggal langkah berikutnya.