“Jika dia tidak nyaman berada di tempat ini, tidak perlu dipaksa.”
“Bukan begitu. Aku sama sekali tidak keberatan tinggal di manapun itu, asalkan ada Bapak di sampingku. Aku tidak mau sampai mereka merenggut kehormatanku secara paksa.”
“Vira, Bapak minta satu hal saja Nak. Bapak tidak mau kejadian yang menimpa ibu kamu, menimpa dirinu juga. Bantu Bapak membalas semua ini.”
“Walaupun Bapak jadi taruhannya? Enggak Pak.”
“Tolong!”
Gadis itu terus bersikeras tidak ingin berpisah dengan Bapaknya. Dia sama sekali tak mau menerima semua yang kali ini menjadi rencana dari lelaki itu. Rencana itu akan sangat membahayakan bagi dirinya.
“Vir, baiklah. Bapak akan di sini. Tapi satu hal yang harus kau tau terkait rencana ini. semua ini demi keselamatan keluarga kita dan seluruh masyarakat desa. Ini tidak bisa terus-menerus tunduk di bawah para preman itu. Apalagi mereka bukan untuk melindungi, tapi merampok semua hasil bumi yang ada di desa kita. Kau harus tau itu.”
Vira terdiam dan menatap sang bapak yang masih terdiam. Dia ingin tau apa yang sebnenarnya direncanakan dan harus dilakukan olehnya. Rencana itu, yang dia tau sangatlah berbahaya.
“Kalian harus tau, ada satu kelemahan dari begundal itu. Kelemahanya tak lain adalah senjata yang ada dalam tubuhnya.”
“Senjata? Dalam tubuhnya?”
“Iya. Senjata yang selama ini membuat dia sama sekali tak bisa dikalahkan.”
“Apa hebatnya senjata itu?”
“Kalian harus tau. Senjata itu pemberian dari selingkuhan Dayyana. Dan ini sudah jelas jika masih ada hubungan dekat antara mereka dengan para wanita itu.” Mim sendiri terdiam dengan apa yang baru saja dikatakan lelaki yang berusia sudah cukup tua itu. Banyak hal yang beberapa hari belakangan harus dia terima. Apa yang harus dia lakukan selama ini?
Fajar melihat raut wajah Mim seperti menahan rasa amarah. Dia tau, Mim ingin sekali membalas semua perlakuan yang sangat keji yang selama ini diterima oleh dirinya dan orang yang sangat dia sayangi.
“Mim, aku tau apa yang sedang kau pikirkan. Kita akan lawan bareng. Semua kekejaman ini harus segera dihentikan. Semua keadilan untuk ibumu harus segera ditegakkan. Ibumu harus mendapatkan keadilan. Kau harus ingat itu.” Mim hanya bisa mengangguk dan menatap sang paman.
“Apa yang harus aku lakukan?”
“Kau bersabarlah dulu! Kita kalahkan mereka dengan cara yang licik. Kita akan mengalahkan mereka dengan cara yang begitu rapi.”
“Aku harus ikut.”
“Kau akan ikut. Aku pastikan bahwa kau dan kakakmu akan mengikuti permainan ini. ini sekalian juga kita membalas pada Lamdi dan Dahayu. Diantara semua orang yang menghina ibu kamu, hanya mereka yang masih belum menderita. Ini adalah awal dari penderitaan kedua orang itu.”
“Apa yang harus aku lakukan?”
“Lakukan hal yang sudah kau lakukan. Buat terus teror di desa. Sekarang saatnya kau juga ikut mengusik kehidupan Lamdi dan Dahayu.” Mim mengiyakan. Dia akan terus membuat mereka akan menangis.
***