Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #59

tertawa di atas penderitaan orang.

“Kak Mim, apakah ayahku akan baik-baik saja?”

“Kau tak perlu khawatir. Mereka akan baik-baik saja. Tak ada orang yang berani melukai lelaki itu.”

“Kak, aku takut kalau sampai dia kenapa-napa.”

“Tidak usah takut. Bahkan seorang lelaki yang namanya Broto tidak akan pernah bisa menyakiti ayahmu. Sementara waktu, kau bisa tinggal di tempat ini. Aku pastikan di sini kau aman.” Vira melihat rumah yang menunjukkan arsitektur kuno. Rumah itu masih asri dan begitu nyaman untuk ditinggali.

“Oh iya, ayah kamu akan mengunjungimu. Dia berjanji akan rutin mengunjungimu.”

“Terima kasih.”

“Silahkan beristirahat.” Mim sendiri langsung meninggalkan tempat itu dan menuju tempat lain. Tempat dimana Darti ditawan dan dipekerjakan oleh seorang mucikari. Melihat kedatangan Mim, lelaki itu langsung mempersilahkan dirinya masuk. Dia tau maksud kedatangan Mim kemari.

“Ada yang bisa saya bantu?”

“Silahkan lanjutkan pekerjaanmu!” Lelaki itu langsung pergi dan menyiapkan sesuatu yang Mim butuhkan. Mim sendiri menatap dua orang wanita yang kali ini tak bisa berbuat banyak. Darti dan Lesti, dua orang yang sangat dia nantikan penderitaanya seperti yang sedang Mim saksikan kali ini.

Darti yang menyaksikan kehadiran Mim hanya bisa terdiam. Ingin sekali rasanya membuat bocah yang ada di hadapannya itu meminta maaf di depan dirinya. Tapi, apa daya. Mereka berdua sama sekali tidak punya daya untuk melakukan hal itu.

Mim sendiri yang melihat ekspresi dari Darti, Mim hanya tertawa. Dia sangat puas dengan apa yang tengah Darti tahan kali ini. Mim semakin menantang kedua perempuan itu untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan.

“Mim, kenapa kau lakukan ini pada kami?”

“Kenapa kau lakukan itu pada ibuku? Kalian berpikir apa enak berada di posisinya saat itu? Kalian jawanb saat ini. Baru satu bulan saja jadi perempuan seperti ini sudah mengeluh.”

“Mim, tolong lepaskan kami! Aku meminta padamu. Aku mohon padamu dengan segala kerendahan hati. Lepaskan kami!” Lesti memohon dengan wajah yang begitu memelas. Ingin sekali dia memenuhi permintaan perempuan itu. Tapi, mengingat apa yang pernah sang ibu alami, luka itu masih membekas. Ingatan itu tak bisa begitu saja hilang.

“Tanyakan pada Wicaksono. Minta dia melepaskan kalian. Bukankah Wicaksono adalah cinta sejatimu?” Mim menatap Darti dengan begitu tajam. Darti hanya diam dan tak bicara apapun. Nama itu lagi disebut oleh Mim.

Mendengar nama Wicaksono, dia selalu mengingat wanita yang bernama Pelita Kasih. Kasih, wanita yang sudah dia hancurkan hidupnya juga keluarganya demi merebut lelaki yang selama ini dia cintai. Tapi, gara-gara lelaki itu, dia justru menjadi seperti ini. Kebiasaannya berjudi yang tak pernah berhenti membuat hutangnya semakin menumpuk.

“Kenapa aku harus bergantung pada lelaki itu?”

“Kau masih mencintai lelaki itu kan? Bukankah kau yang sangat berambisi untuk memiliki lelaki itu kan?” Mim semakin mengingatkan hal itu pada Darti. Spontan dia langsung marah dan ingin menampar Mim. Tapi, sebelum tamparan itu mendarat di wajah Mim, ada tangan yang langsung menampar pipi Perempuan itu. Mereka sangat terkejut saat Wicaksono yang menampar Darti.

“Kau mau menamparnya? Kenapa kau mau menamparnya?”

Lihat selengkapnya