Sesampainya di rumah Mbah Yani, mereka akhirnya membuat Hisyam lebih tenang dengan beberapa ayat Al Quran. Tak butuh waktu yang cukup lama, Hisyam akhirnya tertidur. Di tempat lain, terlihat juga beberapa orang tengah mengobati Alif dan Umar. Apa yang sebenarnya terjadi?
“Apa yang sebenarnya terjadi saat kami tidak ada?” Mendengar pertanyaan itu, Mbah Yani hanya bisa terdiam dan tak terasa meneteskan air mata. Dia tidak menyangka, seorang Hisyam bisa berbuat hal yang begitu kejam. Tidak pernah dia melihat Hisyam begitu marah seperti kali ini. Tidak pernah dalam hidupnya, melihat Hisyam dikuasai oleh amarah seperti yang baru saja dia lihat.
Setelah Hisyam berpisah dengan Wicaksono.
“Mas Hisyam, kendalikan dirimu!” Hisyam sendiri terdiam dan tak mengeluarkan kata apapun. Dia begitu marah dengan kondisinya yang sekarang.
“Semua harus merasakan akibatnya. Aku akan membantu kedua bocah itu membalaskan dendam atas kematian ibunya. Aku ingin orang tau bahwa Hisyam berada di pihak Lam dan Mim.” Mereka mengerti. Tapi tidak juga dengan cara yang salah.
“Mas, tapi tidak dengan cara yang salah.”
“Aku tidak peduli. Yang penting aku ingin membuktikan kalau aku berada di pihak mereka. Aku yang tidak tau apa salahku, harus menanggung amarah mereka. Ini semua aku anggap sebagai titipan amarah kedua bocah itu padaku. Aku akan meneruskan pada orang yang sudah membuat hidup mereka menjadi seperti ini.”
Alif dan Umar hanya bisa menemaninya kemana dia mau pergi. Di tengah kalan, mereka bertemu Seno. Melihat lelaki itu, amarahnya semakin berkobar dan mengacungkan senjata yang dia bawa pada lelaki itu. Seno sendiri terkejut dengan apa yang ingin dilakukan oleh Hisyam.
“Seno, kita bertemu di tempat ini. Jika aku gagal menghabisi nyawa Wicaksono, maka aku akan menghabisi dirimu sekarang. Bersiaplah kau bajingan!”
“Mas Hisyam, istighfar! Apa yang akan kau lakukan?”
“Jangan ikut campur! Biar ini jadi masalah antara aku dan Seni. Seno, kau harus mati. Amarah Lam dan Mim ada padaku. Dan aku siap meneruskan hal ini padamu.”
“Mas, jangan seperti ini Mas! Apa salahku padamu?”
“Kau masih tanya salahmu? Salahmu sudah menjadi orang yang berada di balik menderitanya Lam dan Mim. Salahmu di situ.”
“Pak Hisyam, istighfar.”
“Jangan ikut campur!” Spontan senjata itu mengenai Alif dan Umar. Mereka akhirnya lemas dengan darah yang mengalir di bagian yang terkena senjata. Hisyam sendiri tak mau tau. Kali ini, dia hanya ingin orang yang ada di sekitar Wicaksono mati dengan cara yang sangat mengenaskan.
Seno berlari untuk menghindari Hisyam. Dia berlari ke arah manapun. Mbah Yani yang melihat Hisyam kembali melakukan hal itu langsung mencegah dan ingin memarahinya. Tapi, dia kali ini tak bisa berbuat banyak. Amarah Hisyam tak bisa lagi dikendalikan oleh siapapun.
Dia merasa ada hal yang tak enak menimpa Alif dan Umar. Dia langsung berjalan ke arah yang tadi dia tunjukkan pada kedua bocah itu. Betul saja, mereka sudah lemah dengan darah segar yang terus mengalir.
“Astaghfirullah. Apa yang terjadi pada kalian?”