Aku akan menantang mereka dengan cara yang berbeda. Aku akan menghancurkan mereka dengan caraku. Semua yang sudah direncanakan harus bisa aku selesaikan dengan cara yang begitu rapi.
Kalian, bersiaplah dengan semua ini. kesombongan itu akan aku bunuh dan aku sembelih dengan cara yang sangat menyakitkan. Tawanan ini bukan sekedar tawanan. Ini adalah peringhatan untuk kalian. Kesombongan yang kalian miliki, aku pastikan akan membunuh diri kalian sendiri. Ini akan dimulai. Permulaan sudah selesai.
***
Mim membawa pemuda itu dengan cara yang cukup kasar. Tegar terus mengiba dan meminta agar dirinya dilepaskan. Dia bahkan menangis dan akan melakukan apapun agar dirinya bisa lepas dan tak memnjadi tawanan Mim.
“Kak Mim, tolong jangan seperti ini! Lepaskan aku! Apa yang akan kau lakukan padaku?”
“Yang aku lakukan bukan urusanmu. Ini semua berawal dari kesalahan orang tuamu. Kau, harus menjadi penebus dari semua ini.”
“Jangan Kak Mim. Kumohon jangan!” Tegar berusaha melepaskan cengkraman tangan Mim. Mim sendiri yang mengetahui hal itu langsung saja memberikan dua buah tamparan pada Tegar.
“Berani kau melawan, aku tidak segan membuatmu menderita. Dan aku gak akan pernah takut untuk membuat hidup ibumu semakin menderita dari sekarang.”
“Kak, kumohon jangan apa-apakan ibuku! Biarkan aku yang menderita. Biarkan aku yang merasakan sakit yang harusnya dia rasakan. Kumohon, jangan apa-apakan erempuan itu!” Tegar hanya bisa memohon untuk kondisi yang sedang dia rasakan. Mendengar ibunya diancam, dia tak bisa berbuat apapun. Apapun caranya, ibunya tak boleh sampai kurang satu apapun.
Setelah sampai di sebuah bangunan, Tegar langsung ditempatkan di salah satu sudur ruangan. Ruangan itu. Dia ingat ruangan itu. Ruangan Arimbi mendapatkan perlakuan yang sangat tak layak dari orang lain.
Tegar terdiam dan hanya bisa diam. Arimbi, gadis cantik yang berhasil membuat hatinya terpana ternyata harus mendapatkan pelecehan dari orang lain.
Di luar rumah, Mim sendiri seperti menunggu sesuatu. Memang, kali ini dia menunggu pamannya yang sudah berjanji akan menemuinya di tempat ini. Ada sesuatu yabng sepertinya penting untuk dibicarakan.
Dia menunggu cukup lama di tempat itu. Fajar sendiri datang dan langsung memeluk keponakan yang begitu dia sayangi. Dia meminta maaf sudah membuat Mim menunggu lama.
“Mim, sudah lama ya menunggu di sini.”
“Lumayan lama.”
“Maaf Paman terlambat. Tapi, ada sesuatu yang harus aku beri tahu. Ini penting.”
“Apa itu?”
“Masalah Broto.”
“Dia sudah masuk desa ini?”
“Iya Sayang. Kita harus menyusun strategi untuk mengalahkan dia.” Mim hanya terdiam dan menatap langit pagi yang begitu cerah. Bagaimana caranya untuk mengalahkan Broto? Dia bersama Ki Ageng sudah membuat pancingan untuk lelaki tersebut. Dengan demikian, apa yang akan terjadi harus dia hadapi.