Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #69

Chapter #69

“Ayah, ini sesajennya mau dibuat apa?” Karni tersadar dengan beberapa barang yang sudah dia bawa.

“Eh, iya. Ini kita simpan dulu. Nanti kita lakukan ritual seperti yang Ki Ageng bilang kemarin.” Lam dan Mim hanya bisa terdiam. Tegar kali ini juga akan ikut terlibat dengan segala macam ritual yang akan dilaksanakan.

***

“Wicaksono, bagaimana kondisimu?”

“Baik. Alhamdulillah aku baik. Cuma, aku sedikit ketakutan saja. Aku takut.” Umar yang datang ke tempat Wicaksono kali ini tampak kebingungan. Kenapa lelaki yang ada di hadapannya terlihat begitu ketakutan? Apa yang sebenarnya terjadi?

“Pak, apa yang terjadi Pak? Apa yang terjadi?”

“Mim. Dia baru kesini. Dia baru saja ke tempat ini. Dia mengancamku dengan senjata seperti yang pernah aku gunakan untuk membuat tubuhnya terluka.” Yani dan Umar hanya bisa saling pandang. Mim ke tempat ini? Pagi sekali seperti ini?

“Mim? Datang kesini? Sepagi ini?”

“Tolong aku. Tolong aku. Aku takut. Aku takut kalo anakku sampai menghabisiku.” Wicaksono hanya bisa menangis dan memohon. Umar hanya bisa menenangkan lelaki itu.

“Pak, sementara Bapak di tempat ini dulu. Insya Allah Bapak aman. Jangan lupa bacaan yang sudah diajarkan Mbah Yani, terus dibaca. Biar hati Bapak bisa lebih tenang.” Wicaksono hanya bisa mengiyakan. Dia mengiyakan apa yang baru saja dikatakan oleh Umar.

“Aku takut. Mim dulu sering aku buat menangis dan berteriak ketakutan. Sekarang, aku justru dia buat semakin ketakutan.”

“Sudahlah Wicaksono. Kamu istighfar. Perbanyak istighfar. Sekarang kamu tetap di sini. Insya Allah tak ada seorangpun yang akan berani menganggumu.” Wicaksono kali ini tampak begitu tertekan. Umar sama sekali tak tega melihat kondisi lelaki yang ada di hadapannya.

“Mbah, ini kita beneran serius mau datang lagui ke desa? Kita belum ada senjata. Belum ada senjata yang benar-benar ampuh untuk bisa melenyapkan Lam dan Mim.”

“Umar, kau harus ingat, senjata yang akan kita gunakan hanyalah perantara. Hanya perantara. Kita harus percaya, jika ada hal yang akan membantu kita, walaupun kondisinya sangat mustahil. Satu lagi Umar, kita tidak akan melenyapkan kedua anak itu. Yang kita lenyapkan adalah kekuatan yangh melekat pada diri mereka.” Umar terdiam.

“Mbah, Alif sempat bercerita, jika Lam dan Mim ada orang yang berada di belakang mereka.” Yani hanya tersenyum. Hal itu yang sebenarnya selama ini harus segera dia cari tau. Dan sekarang ini, dia sudah menemukan kunci untuk melemahkan siapa yang berada di balik kedua anak itu.

“Umar, hal itu yang aku cari selama ini. Hal itu yang aku cari, sejak aku berada di sini dan membantu segala macam persoalan yanb ada di desa ini. Dan sekarang ini, aku sudah menemukan kuncinya.” Umar terheran. Lelaki itu sudah menemukan kuncinya?

“Mbah, Mbah sudahb menemukan kuncinya? Berarti, ini mudah dong untuk bisa menghilangkan kekuatan ghaib ini.”

“Ini tidak akan mudah. Mungkin terlihat sangat bisa diandalkan. Tapi, semua itu tidak bisa seperti yang kita kira.”

“Mbah, sepertinya kau mengetahui sesuatu.”

“Umar, kau harus tau. Mereka punya kewajiban. Kewajiban orang yang mendukung Lam dan Mim, adalah mencari tumbal. Mereka harus selalu menyediakan tumbal untuk kekuatan mereka.”

“Tumbal?”

Lihat selengkapnya