Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #70

Chapter #70

Keempat orang itu akhirnya kembali. Wisnu sendiri kembali ke rumahnya dan menatap foto saat sang ayah masih menjabat kepala desa.

“Ayah, kalo tau kondisi seperti sekarang ini, apa yang akan kau rasakan? Tidak seharusnya mereka diliputi dendam seperti sekarang ini. Tidak seharusnya mereka membuat desa yang Ayah cintai menjadi seperti sekarang ini.” Wisnu tampak meneteskan air mata.

“Mas Wisnu, kau kenapa Mas?”

“Eh, enggak. Gak ada apa-apa.”

“Kalo gak ada apa-apa, kenapa kamu sepertinya sedang menangis? Ada sesuatu yang mengganggu hati kamu?”

“Gak ada. Gak perlu khawatir. Aku gak ada apa-apa. Aku baik.”

“Kau masih kepikiran terkait kedua anak itu?” Wisnu terdiam dan tak bisa membohongi sang istri.

“Aku gak tau kenapa, sejak Ayah meninggal, kedua bocah itu seakan terus membayangi. Apa yang mereka lakukan hanya untuk mencari keadilan bagi ibunya. Hanya mencari keadilan, bukan yang lain.” Wanita yang bernama Fitri hanya bisa tersenyum dan mengerti apa yang dirasakan sang suami.

“Aku tau Mas. Aku tau apa yang kau rasakan sekarang ini.”

“Fitri, kita bersyukur, mereka tak menyasar kita. Kita sama sekali gak dapat gangguan dari kedua bocah itu. Tapi, aku sendiri malah gak bisa melihat orang lain mengalami hal seperti itu.”

“Mas, apa yang kau rencanakan?”

“Aku belum tau. Tapi, aku harus buat rencana. Aku gak bisa melihat mereka terlalu lama hidup dibayangi dendam dan amarah.”

“Mas, kalo Ayah gak sempat menyelamatkan mereka, aku berharap kamu yang akan melakukan hal itu. Aku tau, kondisi sekarang berbeda. Tapi, aku rasa, keinginan Ayah masih belum tercapai. Kau bisa melakukan apa yang Ayah cita-citakan.” Wisnu kali ini tersadar. Selama ini, dia hanya terpuruk melihat kedua bocah itu yang harus hidup dengan dendam. Dia sangat sedih karena cita-cita sang ayah belum bisa diwujudukan. Tapi sang istri kali ini justru membuat dirinya sadar, jika semua ini belum terlambat.

“Apa ini belum terlambat?”

“Mas, justru ini belun dimulai. Ini belum dimulai. Apapun yang kau butuhkan, aku akan bantu kamu. Ini semua, demi Ayah bisa tersenyum di alam sana.”

“Fit, andai Ayah masih hidup.”

“Mas, apa yang sudah berlalu, biar itu menjadi masa lalu. Tapi, kita belum terlambat membuat Ayah tersenyum di atas sana. Ayah meninggal dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, aku sangat berharap, setelah dia meninggal, kondisi itu berbalik. Dia bisa tersenyum di alam sana.”

***

Lihat selengkapnya