“Tegar, aku tau. Aku ngerti kamu tidak takut dengan segala resiko yang bakal terjadi. Tapi, bukan berarti kamu harus ke sana dengan kondisi yang seperti ini. Melawan Broto, sama seperti melawan raja iblis. Kita harus mencari celahnya. Kita harus menemukan celah untuk mengalahkan lelaki itu.” Apa yang dikatakan Karni, membuat Tegar terdiam beberapa saat.
“Pak Karni, apa yang harus kita lakukan?”
“Tegar, kita akan ke Telaga terlebih dahulu. Kita akan melakukan sesuatu di Telaga, sebelum kita berangkat ke sana. Kita harus ada perlindungan. Di sana, penjagaannya ketat. Penjaganya bukan dari manusia yang mudah dikecoh. Mereka semua dari bangsa lelembut yang siap siaga sehari semalam.” Tegar hanya bisa mengiyakan dan mengikuti langkah lelaki itu.
Tampak Mim yang sudah bersiap dan menunggu kedatangan Tegar. Tegar tampak tersenyum dan langsung saja mendorong kursi roda Mim secara perlahan.
“Kak, kita akan hancurkan Broto bareng-bareng. Aku akan bantu Kak Mim untuk membalas kejahatan yang ibu kamu alami.” Tegar dengan tegas mengatakan hal tersebut.
“Walaupun pelakunya orang tuamu sendiri?”
“Aku hanya menyelamatkan Ibu dari lelaki yang namanya Broto. Apa yang dia lakukan di masa lalu, harus dia bayar dengan tuntas. Selama ini, kami hidup di bawah bayang-bayang kalian. Semua ini harus berakhir. Mereka harus membayar lunas apa yang sudah mereka lakukan.”
“Tegar, orang tuamu masih tak mau menganggap kehadiran kami. Kedua orang tuamu, masih ingin menyingkirkan kami.”
“Aku akan pastikan itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan pastikan itu tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun. Mereka harus menbayar semuanya. Aku akan membantumu dan menjadi tameng jika mereka bermaksud menyingkirkan kalian. Aku akan membantu kalian, agar mereka membayar apa yang terjadi pada mendiang ibumu.” Mim tampak menatap Tegar. Lelaki yang sebenarnya seusia dengannya, kali ini tampak yakin dengan apa yang baru saja dia katakan.
“Apa kau serius mau membantu kami?”
“Apa yang harus aku tunjukkan padamu biar Kak Mim percaya? Apa yang kau minta, aku akan berusaha untuk memenuhinya.” Tegar memegangi tangan Mim. Karni yang mendengar hal itu juga ikut mendekat.
“Mim, tidak perlu meragukan Tegar. Aku bukan tak tau apa yang dia alami selama ini. Teror yang kalian berikan selama beberapa bulan ini, sudah sangat membuatnya ketakutan. Bukan begitu kan Tegar?”
“Iya, Kak. Aku akan bantu kalian sampai Mendiang Ibu Kasih mendapat keadilan. Bagaimanapun, Ibu Kasih harus dapat keadilan. Ibu Kasih, harus mendapat haknya sebagai warga desa. Kau tau? Di desa sekarang sedang ribut. Mereka ribut akibat kesalahan yang pernah mereka lakukan.” Tegar tersenyum mengatakan hal itu.
“Mim, ayo segera ke Telaga. Kakak kamu sudah menunggu.” Mim akhirnya terdiam dan kursi roda itu didorong Tegar. Banyak hal yang Karni ceritakan terkait Kasih. Dia sangat mengenal Kasih sebagai seorang perempuan yang begitu cerdas.
“Pak Karni kenal sama Ibu?”
“Lho, masa perempuan secerdas ibu kamu, aku gak kenal? Aku sangat mengenalnya. Aku sempat mau meminangnya, sebelum akhirnya terlambat. Wicaksono meminangnya terlebih dahulu. Tapi, setelah tau apa yanb dia lakukan, akun ingin sekali menghabisinya. Tapi entah kenapa, sampai sekarang belum bisa membuat lelaki itu harus bersimpuh di makam ibu kalian.” Mim terdiam dan tampak meneteskan air mata. “Mim, aku akan membantu kamu. Aku akan membantu kalian untuk membuat lelaki itu dan para perempuan Jalang seperti Darti bisa bersimpuh di samping makam Ibu kamu.”
“Kenapa Ibu harus menikah dengan lelaki sialan itu?” tanya Mim dengan wajah yang berkaca-kaca.