Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #81

Chapter #81

“Mas Hisyam, jangan. Jangan lakukan ini padaku, Mas. Kumohon, hentikan semua ini.” Darti terus memintya tolong. Hisyam tidak peduli dan tampak sangat senang dengan apa yang terjadi pada perempuan yang ada di hadapannya.

“Kamuj seorang wanita, dan dengan bangganya menghina wanita lain. Kau seorang wanita, tapi kau sudah merencanakan niat bejat untuk melenyapkan anak yang tidak berdosa. Aku tau, kau tidak berniat melenyapkan anakku, tapin kau sudah berencana melenyapkan anak yang tidak berdosa. Kau tidak layak disebut wanita. Kau pantasnya disebut iblis.” Darti hanya bisa menangis dan tak bisa menghindar dari amarahb Hisyam. Tubuhnyua kembali terlempar dan jatuh tersungkur.

Beberapa warga yang melihat kejadian itu langsung saja mendekat dan mencegah Hisyam melakukan sesuatu yang di luar kendali. Mereka tidak bisa membiarkan Hisyam yang dikenal sebagai lelaki kalem, harus berbuat hal yang tidak pantas seperti itu.

“Mas Hisyam, kumohon hentikan semua ini, Mas. Hentikan apa yang kamu lakukan.”

“Janga ikut campur urusan ini. Kalian tau apa masalah kami? Kalian gak tau apa-apa. Kalian tidak pernah merasakan kehilangan anak. Kalian tidak tau, bagaimana dia membakar panti asuha tempat Lam dan Mim berlindung dan membuat beberapa anak yang tidak berdosa termasuk anakku menjadi korban ambisi perempuan bajingan seperti dia.” Warga hanya bisa dibuat ngeri dengan apa yang dilakukan Hisyam. Bagaimanapun, Hisyam tidak akan mereka biarkan untuk melakuka hal semacam itu.

“Mas Hisyam, aku mohon turunkan amarahmu!”

“Selama ini, pembunuh seperti dia bisa bebas melenggang dan mendapat tempat istimewa di desa ini. Tapi, di tanganku sekarang, aku akan pastikan semua orang seoperti Darti dan teman-temannya, akan mendapat akibat dari apa yang sudah dia lakukan di masa lalu.” Darti mundur beberapa langkah. Hisyam berhasil mencegahnya lkabur dan kembali menjambak rambutnya dengan sangat kuat.

“Mas Hisyam, aku minta maaf atas apa yang terjadi. Akh sudah bersalah atas apa yang terjadi sama kamu.”

“Lalu, apa yang akan kamu lakukan setelah ini? Apa kamu berani menyerahkan diri ke pihak berwajib, seperti yang Wisnu lakukan? Aku menantangmu, kalo kamu memang merasa bersalah, serahkan dirimu ke polisi. Aku sudah mengantongi barang bukti kejahatan yang kau lakukan.” Darti terdiam dan meneteskan air mata. “Darti, apa yang kau lakukan sudah sangat keterlaluan. Kau juga sudah menyebar fitnah kepada pengasuh panti asuhan bintang gemilang. Kau penjahat kelas kakap yang dimiliki desa ini. Aku heran, kenapa desa ini bisa bangga punya perempuan licik seperti kamu.”

“Mas Hisyam.” Darti berusaha menyentuh kaki Hisyam, tapi Hisyam malah memberikan sebuah tendangan dan membuat wajah Darti berdarah.

“Mas Hisyam, istighfar, Mas. Kenapa kau membuat Darti jadi seperti ini?” tanya salah seorang warga.

“Kenapa kalian membiarkan perempuan bajingan seperti dia hidup dan tinggal di desa ini? Kenapa dia bisa mendapat tempat Istimewa di desa ini, padahal sudah jelas, dia adalah orang yang menentang keras apa yang menduang Pak Yusron lakukan.” Warga terdiam dan tak ingin berkomentar. “Kalian selama ini, menganggap Pak Yusron itu siapa? siapa Palk Yusron di mata kalian? Aku melakukan ini, karena dia pantas seperti ini. Dia pantas mendapat siksaan, karena duilu dia juga menyiksa perempuan lain tanpa belas kasihan. Dia tidak lebih sebagai iblis.” Sebuah tamparan mendarat di pipi Darti.

Para warga tampak terkejut dan langsung membuat Hisyam menjauh beberapa langkah. Tak lama, kepala desa datang dan melihat suasana yang seperti demikian. Lelaki itu hanya bisa meneteskan air mata melihat apa yang terjadi.

“Pak Hisyam.” Kepala desa tersebut mendekat dan tampakm meneteskan air mata. Dia tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi. Dia sama sekali tidak tau apa yang harus dia lakukan sebgai pemimpin.

“Kesalahan terbesar yang pernah warga desa ini lakukan, adalah menbiarkan perempuan berhati iblis seperti dia, hidup dan kalian beri tempat. Dia tidak ada gunanya di desa kita. Dia sudah seharusnya berada di dalam penjara, bukan Mas Wisnu. Semua yang terjadi di desa ini, penyebabnnya adalah dia, selingkuhannya dan teman-temannya.”

“Mas Hisyam.” Lelaki itu memegang tangan Hisyam dan terus menangis. dia ingin mendapat petunjuk. Dia hanya ingin mendapat petunjuk terkait apa yang harus dia lakukan saat situasinya seperti ini. “Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan sekarang ini? Aku mohon, kalian, warga desa yang sekarang ada di sini. Katakan padaku apa yang harus aku lakukan untuk desa kita?”

Warga terrdas dan hanya saling pandang. Tak lama, seorang lelaki datang dan mengatakan sesuatu. Dia tak lain adalah Alif yang sedang ditemani Hidayat.

Lihat selengkapnya