Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #94

Chapter #94

Kyai Rosyid tampak memandangi langit yang cerah malam ini. Dia terus saja memanjatkan doa semoga apapun yang ingin mereka lakukan di desa ini, akan mendapatkan kemudahan.

“Siapa yang merawat Lam dan Mim selama ini?” tanya Kyai Rosyid. Warga hanya bisa terdiam dan saling pandang mendengar pertanyaan itu. Kyai Rosyid ingin sekali bertanya hal tersebut, tetapi keadaan yang membuatnya urung menanyakannya.

“Selama ini, dia tinggal di panti asuhan Bintang Gemilang.” Salah seorang warga langsung menjawab pertanyaan lelaki itu.

“Tapi panti asuhan itu kan sudah terbakar beberapa tahun yang lalu. Mereka harus ada yang merawatnya sehingga bisa bertahan sampai sekarang ini.” Warga hanya bisa terdiam selama beberapa saat, sampai ada dari mereka yang akhirnya memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan dari Kyai Rosyid.

“Yang saya tau, mereka diasuh oleh salah satu kerabat dari pengasuh panti asuhan selama beberapa bulan, kalo gak salah sama menantunya sebelum akhirnya diangkat menjadi anak oleh orang lain.”

“Kalo boleh tau, siapa orang yang membawa Lam dan Mim itu?”

“Kalo gak salahb dia orang sakti, Kyai. Tapi sudah meninggal gara-gara insiden kemarin."

“Ki Ageng namanya, Kyai kalo gak salah. Tapi Ki Ageng selama ini menolak disebut sebagai ayah mereka, karena memang dia merawat Lam dan Mim, karena ada tujuan tertentu. Dia punya maksud saat merawat kedua bocah itu.” Kyai Rosyid terdiam dan memandangi semua warga.

“Apakah aku tidak mengetahui sesuatu terkait kejadian ini?” tanya lelaki itu dan langsung saja duduk.

Lelaki yang tadi menjawab pertanyaan Kyai Rosyid dan memang mengetahui apa yang ada di balik semua itu langsung saja bercerita. Ada dendam yang menghantui desa itu selama beberapa tahu terakhir, bahkan sebelum kejadian yang menimpa Kasih. Apa yang terjadi pada Kasih hanyalah perantara bagi lelaki itu ungtuk datang dan mengacaukan semuanya.

“Itu yangg saya ketahui terkait kejadian ini. Yang saya pahami, dendam yang membara dalam hati Ki Ageng, sebenarnya tidak ada sangkutannya dengan apa yang Kasih alami. Tapi, memang kejadian itu membuat lelaki itu bisa masuk ke desa ini dan berniat menyingkirkan desa ini.” Lelaki itu tampak menahan tangis. Dia tidak mengerti, sejak beberapa tahun silam, kondisi desa itu seperti tidak ada rasa aman.

“Tapi, saya rasa itu sudah selesai. Saya rasa, masalah dengan lelaki yang namanya Ki Ageng sudah selesai. Sekarang bagaimana kita mencari solusi terkait Lam dan Mim. Bagaimanapun mereka, kita harus membantunya. Mereka terlahir di sini dan seharusnya, wilayah ini menjadi tempat yang aman dan nyaman, layaknya semua orang merasakan bagaimana tinggal di kampung halamannya." Warga hanya diam dan tersenyum mendengar hal itu.

“Kyai, kami sudah banyak berusaha. Tapi semua ini tidak kunjung berhasil. Semua ini tidak kunjung bisa kami selesaikan.” Kyai Rosyid terdiam dan melempar senyum ke arah warga.

“Sekarang kita akan sama-sama selesaikan masalah ini.”

“Tapi sekarang masalahnya adalah Pak Hambali. Sekarang, kedua bocah itu ada bersama Pak Hambali dan ingin memberi perhitungan pada desa kita. Apa yang sudah terjadi pada keluarganya, tidak lepas dari warga yang ada di wilayah ini, terutama Wicaksono dan teman-temannya.”

“Hambali tidak akan berbuat sejauh itu. Sekarang yang menjadi fokusnya adalah Wicaksono dan empat wanita yang ada di sekitarnya. Aku tidak percaya jika dia sampai membuat perhitungan kepada seluruh warga desa kita.” Warga kembali terdiam mendengar apa yang dikatakan salah seorang tetua desa, dan akhirnya Kyai Rosyid mengajak mereka menuju sebuah tempat.

Tempat yang sekarang menjadi binaan Hasan, terlihat beberapa orang yang melakukan aktivitas di tempat tersebut.

“Kyai, anda di sini?” tanya Hasan yang melihat lelaki itu datang kembali.

“Bagaimana kondisi Tegar?”

“Kondisinya sudah lumayan pulih, walaupun beberapa kali berteriak dan memaksakan diri menuju tempat Lam dam Mim. Saya tidak bisa membiarkan dia pergi begitu saja, karena akan sangat berbahaya baginya.” Kyai Rosyid terdiam dan mencoba mendekati lelaki muda yanb sekarang sedang menatap kosong.

Lihat selengkapnya