Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #95

Chapter #95

Sepanjang malam, Tegar terus saja mengigau. Dia mengigau dan terus memanggil Lam dan Mim. Hasan yang melihat hal tersebut hanya bisa diam. Tidak ada komentar untuk apa yang terjadi malam ini.

"Mas Lamdi, malam ini sepertinya aku tidak akan tidur. Anak kamu ini, akan aku beri sesuatu. Aku yakin, apa yang akan terjadi, tidak akan mudah. Aku akan mencegah anak kamu agar tidak mengalami hal yang di luar kendali. Karena aku lihat, dia sudah terpapar oleh kekuatan dari kedua bocah itu." Lamdi terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan lelaki yang sekarang ini berada di sampingnya dan membersamainya dalam pengobatan Tegar.

"Pak Hasan, lakukan apa yang terbaik. Lakukan apapun yang terbaik. Aku memang lelaki yang tidak bertanggung jawab. Tapi, aku tidak bisa membiarkan anakku yang sudah berani mempertaruhkan nyawanya, sampai kenapa-kenapa. Pak Hasan, aku minta tolong sama kamu. Aku minta tolong, lakukan apapun yang terbaik untuk Tegar." Lamdi terdiam dan tidak terasa, air matanya menetes begitu saja.

"Aku butuh bantuan dari kalian semua. Aku butuh bantuan dari kalian yang berada di tempat ini. Bantu aku untuk membacakan doa agar Tegar bisa segera sehat dan bisa membantu kita untuk membebaskan desa ini."

Mereka hanya bisa tersenyum mendengar apa yang Hasan katakan. Mereka akhirnya duduk di tempat masing-masing dan Hasan mulai membacakan beberapa ayat Al-Qur'an. Pengobatan islami yang sekarang sedang dilakukan Hasan, akan mempercepat proses penyembuhan Tegar.

Beberapa jam, mereka melakukan hal itu dan akhirnya, semua selesai. Tegar yang saat itu tersadar hanya diam dan meminum ramuan yang diberikan oleh ayahnya.

"Tegar, cepat sembuh ya, Le. Cepat sembuh dari penyakit ini." Tegar hanya diam dan menoleh ke arah semua orang yang berada di tempat tersebut. Dia memilih kembali istirahat.

Di tempat lain, Mim hanya bisa diam dan menatap langit. Dia malam ini teringat terkait Tegar. Bagaimana kondisinya sekarang ini? Bukankah dia punya hutang padanya? Mim ingin janji yang pernah Tegar ucakan beberapa waktu yang lalu, bnisa dia laksanakan. Dia ingin Tegar bisa menepati ucapannya beberapa waktu yang lalu.

"Mim, kamu sedang apa di sini, Le?" tanya Sri yang mengetahui keberadaan Mim di luar rumah. Lam yang ikut mendekati adiknya, juga menangkap ada sesuatu yang mengganggu hati Mim.

"Bu Sri, Kak Lam. Bagaimana kondisi Tegar sekarang ini? Bagaimana kondisinya setelah kita pergi? Kita tidak mengajaknya saat kemarin pergi. Kita tidak bisa mengajaknya ke sini saat kita pergi dari desa itu." Apa yang dikatakan Mim, membuat Lam hanya bisa diam dan juga ingat tentang Tegar. Lelaki itu dengan berani menantang Broto seorang diri dengan kekuatan seadanya.

"Semoga dia aman di sana. Semoga dia bisa datang ke tempat ini untuk menunaikan janji yang sudah dia ucapkan beberapa bulan yang lalu." Mim hanya bisa meneteskan air mata mengingat Tegar yang pemberani. Dia ingin bicara banyak dengan tegar untuk masalah ini.

"Le, aku yakin kalo Tegar tidak akan kenapa-napa. Aku yakin, banyak orang yang akan melindunginya sekarang ini. Tidak perlu khawatir tentang kondisi Tegar sekarang ini." Sri meminta agar Mim bisa memasuki rumah, tapi dia menolak dan ingin tetap berada di tempat tersebut. Mim ingin melihat bulan purnama yang bersinar malam ini.

"Bu Sri, aku sangat berterima kasih sama Tegar. Dia sudah berani menantang bahaya. Dia menantang bahaya dan itu sangat membantu untuk tujuan kami. Berkat keberanian dia, Broto sekarang ini sekarat. Broto sekarang sedang sekarat di tempat yang sudah disediakan oleh Ki Ageng dan Pak Karni." Mim meneteskan air mata.

"Iya, Le. Ibu tau hal itu. Bukankah kamu sudah cerita terkait hal itu kemarin? Aku sudah tau semuanya." Mim langsung saja menuju taman rumah yang terlihat indah setelah mendapat sinar bulan dan menatap malam yang kali ini begitu cerah.

Mim langsung saja menangis setelah mengingat kejadian itu. Bagaimana caranya agar dia bisa bertemu Tegar secepatnya? Sedangkan hari sudah malam dan pasti warga desa sudah berjaga malam tersebut.

"Mim, sedang apa kamu di sini? Ayo masuk, hari mulai dingin." Sri mendorong kursi roda itu dan mengantar Mim ke kamarnya. Mim tidak bisa menolak apa yang diinginkan ibu angkatnya.

"Bu Sri, hari ini bulan purnama. Seharusnya kekuatan dari Mustika mata kucing yang aku miliki, berada di puncaknya." Sri terdiam dengan apa yang dikatakan anak yang ada di hadapannya. Mustika itu, memang Mustika yang luar biasa. Tapi, dia sendiri tidak bisa membiarkan Mim menggunakan benda itu dengan cara sembarangan.

"Mim, mustika mata kucing yang kamu miliki, tidak bisa kau gunakan sembarangan. Kalau kamu menggunakan benda itu secara sembarangan, yang ada malah berbahaya. Mustika itu bisa berbahaya untuk kamu sendiri kalo tidak digunakan secara hati-hati. Jadi, sekarang ini jangan gunakan mustika mata kucing yang kamu miliki itu. Nanti, saat benda itu bisa kau gunakan, silahkan dipake." Mim hanya bisa diam dan menatap kedua orang yang ada di sampingnya.

Lihat selengkapnya