Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #97

Chapter #97

"He, bocah ingusan, jangan pernah berharap kamu bisa merenggut semuanya dariku. Aku bukan lawan yang sepadan. Bagiku, kamu hanyalah seorang anak kemarin sore." Broto berusaha tertawa.

"Jangan sombong. Jangan sombong kamu, lelaki biadab. Buktinya, kamu sekarang sekarat gara-gara ulahku. Kamu sekarat gara-gara ulah bocah yang kau anggap ingusan." Tegar yang tersulut emosi langsung saja mendekati lelaki itu dan ingin melihat langsung kematiannya.

"Dasar bocah ingusan. Ingat bocah, kau akan melihat ibumu mendapat hal yang sangat menyakitkan." Broto mengancam. Tegar tidak bisa tinggal diam.

"Dan aku pastikan, tidak ada hal yang menyakiti dia, selain masuk penjara. Dia hanya harus masuk penjara. Selain itu, tidak akan pernah menimpanya."

Tanpa banyak bicara, Hambali memilih melakukan sesuatu. Dia melakukan hal yang bisa melepaskan kekuatan yang ada dalam diri lelaki yang ada di hadapannya. Broto terus memberontak, tapi Hambali dengan sigapnya membuat tubuh itu tidak bisa melakukan apapun. Tidak butuh waktu yang lama, mereka akhirnya melihat lelaki itu tidak lagi merasakan sakit. Broto terdiam dan akhirnya memejamkan mata.

"Broto sudah meninggal. Dia sudah meninggal dan tidak akan bisa menurunkan kekuatan itu kepada orang lain." Mereka terdiam dan hanya bisa saling menatap.

Mereka keluar dan menuju desa. Mim sendiri terdiam dengan barang yang begitu indah. Mim terus menatap barang indah itu.

"Mim, kamu lihat apa?" Lam yang mengetahui adiknya memperhatikan sesuatu, langsung saja bertanya. Mim melihat dan menunjuk barang yang ada di seberang jalan.

Lam memperhatikan barang itu. Dia tidak pernah membiarkan adiknya bisa mendekati sesuatu yang aneh, karena takut jika itu semua adalah jebakan.

"Mim, jangan mendekati sesuatu yang belum jelas. Aku takut jika itu adalah jebakan untukmu."

"Jebakan? Siapa yang mau menjebakku?"

Mim mulai mendekati beberapa benda yang menarik perhatiannya. Tapi, sebelum dia begitu dekat, Lam mencegahnya dan menarik tubuh adiknya menjauh. Dia menunjuk sesuatu jika itu adalah jebakan. Mim hanya bisa diam melihat kode dari kakaknya.

"Mim, jangan terlalu polos. Tidak semua orang bisa seperti Ayah Hambali." Mim hanya diam. Terlihat jelas, jika ada benang yang sangat panjang dan mengarah ke arah salah satu semak belukar. Mim akhirnya pergi menyadari jika itu bukanlah benda yang bisa dia ambil begitu saja.

“Kak Lam.”

“Sudah, Mim. Jangan seperti ini. Yang penting kamu tidak termakan jebakan yang dipasang oleh orang yang selama ini membenci kita.” Mim hanya bias menatap kakaknya dan tampak meneteskan air mata.

“Apa ini? Kenapa bias ada orang yang menaruh benda seperti ini di tengah jalan dan membuat jebakan untuk orang lain?”

“Itu bukan urusan kita. Sekarang, kita pergi saja dari tempat ini. Tempat ini, sudah tidak lagi aman.”

Dia akhirnya menjauh setelah mengetahui apa yang ada di balik benda tersebut. Tapi, matanya tidak bisa membohongi diri. Dia terus saja menatap benda yang ada di seberang jalan.

Lihat selengkapnya