Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #100

Chapter #100

Apa yang dikatakan Hisyam membuat semua orang kaget bukan kepalang. Hisyam yang menyiapkan tempat ini untuk mereka dan berani membentak seorang wanita? Padahal, selama ini dia tidak pernah melakukan itu, bahkan kepada istrinya sekalipun.

“Hisyam, apa yang kau katakan, Le?” tanya Kyai Rosyid sambil mendekati Hisyam.

“Aku tidak bisa membiarkan mereka terus berkeliaran di tempat ini. Bagaimanapun, mereka adala seorang perempuan yang sama sekali tidak punya harga di mata orang lain, terutama di mataku. Mereka dalah perempuan yang tidak lebih dari sekedar pelacur, bakan lebih hina dari seorang pelacur.”

“Hisyam, jaga ucapanmu, Le.”

“Aku tidak akan pernah mau menjaga ucapan pada mereka, Kyai. Mereka sendiri sudah menghina diri mereka sendiri, jadi buat apa aku menjaga perkataan di hadapan mereka?” Hisyam terus mentap Lesti yang tengah berada di hadapannya.

“Mas Hisyam, aku mohon dengan segala kerendahan hati, maafkan kesalahan yang kami lakukan di masa lalu. Maafkan kami. Kami mengakui, kesalahan itu adalah murni kesalahan kami.” Lesti yang tengah meneteskan air mata langsung saja mendekat dan ingin bersimpuh.

“Jangan pernah bersujud di hadapan manusia. Jangan pernah melakukan hal itu kepada makhluk. Karena, seharusnya seorang manusia hanya bersujud pada tuhannya. Aku hanyalah manusia, dan tidak pantas aku mnerima sujud darimu.” Hisyam yang melihat kelakuan Lesti, langung saja melangkah mundur beberapa langkah.

“Mas, aku tau, aku salah. Aku tau aku adalah perempuan yang berdosa. Tapi, aku sekarang ingin meminta maaf darimu. Aku sangat berdosa denganmu, Mas. Aku mohon dengan segala kerendahan hati, maafkan aku.” Hisyam hanya meneteskan air mata mendengar permintaan maaf dari mantan istrinya.

“Lesti, sekian tahun aku meratukanmu. Sekian tahun aku mencintaimu dengan segala macam cara. Aku memang tidak menuntut apapun darimu. Aku ingin kita lewati segala macam rintangan dalam hidup ini bersama-sama. Apapun kelakuan kamu di masa lalu, aku tidak pernah protes dan berharap, suatu saat nanti kamu bisa berubah. Kamu bisa berubah lebih baik dari hari ke hari. Tapi ternyata harapanku hanya tinggal harapan. Anak yang kamu lahirkan dengan perjuangan, ternyata harus meregang nyawa di tanganmu sendiri, dan kamu menyembunyikan semua itu dari khalayak ramai dan melemparkan kesalahan itu pada orang lain. Apakah akupernah mengajarkan hal itu padamu? Apakah aku ernah meminta, agar kau melemparkan kesalahan yang kamu perbuat pada orang lain?” Apa yang dikatakan Hisyam membuat Lesti sangat tersayat. Lelaki yang sabar menghadapi ulahnya selama sekian tahun, sekarang sudah sangat berubah.

“Mas Hisyam, aku mita maaf. Apapun akan aku lakukan, agar aku bisa mendapat maaf darimu.”

“Mungkin ini bukan kesalahanmu. Mungkin semua ini adalah salahku. Aku sudah gagal menjadi suami yang baik bagimu. Aku sudah gagal menjadi imam yang baik bagimu, selama beberapa tahu terakhir. Aku minta maaf. Sudah mengikatmu dalam ikatan pernikahan ini. Seharusnya aku tidak pernah menikahimu. Seharusnya, aku tidak memaksakan diri untuk menikahimu. Aku minta maaf, sudah menjadi seorang lelaki yang egois. Keegoisanku, membuatku gagal membimbingmu ke jalan yang diridhoi sang kuasa. Aku sudah gagal menjadi seorang suami yang baik bagimu.” Hisyam tampak meneteskan air mata dan tak ingin melihat wajah itu.

“Mas, ini semua bukan salahmu. Ini semua salahku. Aku yang seharusnya minta maaf, bukan kamu. Aku yang seharusnya minta maaf padamu.”

“Tetaplah di tempat ini, kita akan sering bertemu setelah ini. Berkas kejahatan kalian sudah aku masukkan ke pihak kepolisian, dan berkas perceraian kita, sudah aku daftarkan ke pengadilan agama. Aku tidak mau mengikatmu. Aku sudah menceraikanmu secara agama. Sekarang, saatnya aku menceraikanmu secara hukum negara. Biar kamu bisa bebas mencari suami lain yang memang pantas mendampingimu dan menghadapimu. Aku sudah gagal membimbingmu. Aku mengakui, jika tidak bisa membimbingmu.” Hisyam akhirnya memilih pergi. Lesti hanya bisa menangis mendengar apa yang Hisyam tuturkan baru saja.

“Mas Hisyam, kau tega berbuat hal seperti demikian padaku?” tanya Lesti yang melihat Hisyam menjauh. Hisyam sendiri tidak begitu peduli dengan apa yang Lesti tanyakan.

Lihat selengkapnya