Apa yang diminta Hisyam membuat semua orang yang hadir hanya bisa tersenyum.
“Hisyam, Insya Allah mereka gak akan kenapa-napa. Mereka akan aman. Kamu gak usah khawatir, tentang apa yang akan terjadi pada mereka. Mereka akan aman.” Hisyam hanya diam dan merasa khawatir. Dia takut dengan rencana yang sudah Kyai Rosyid susun. Mereka bisa melakukan apapun untuk menggagalkan semua itu.
“Pak Hisyam.”
“Maaf, saya hanya khawatir. Saya hanya khawatir sebagai orang tua. Bukankah itu semua adalah hal yang wajar?”
“Hisyam, aku tau kamu sekarang khawatir. Tapi kita juga harus melakukan hal ini. Seperti kam yang melepaskan mustika milik Mim. Semua itu harus kamu lakukan, demi keselamatannya kan?”
“Kyai, aku sama sekali gak mengerti. Api, aku tidak ingin sampai mereka kenapa-napa. Aku minta tolong, bagaimanpun rencana Njenengan, jangan sampai melukai mereka berdua.”
“Insya Allah. Aku minta doa dan dukungannya. Aku hanya minta dukungan dari kamu dan semua orang. Aku yakin, semua ini akan bisa berjalan lancar di saat yang seperti ini.” Hisyam hanya diam dan menatap semua orang yang ada di sekitarnya.
“Pak Hisyam, aku butuh bantuan dari Njenengan. Mau ya.” Alif langsung saja mengatakan hal itu sambil tersenyum.
“Aku mau saja membantu. Semoga apa yang aku lakukan sekarang ini, tidak membuat mereka membenciku. Mereka adalah anak yang dulu sempat ingin aku rawat. Sekarang, aku ingin mengajak mereka tinggal di rumahku yang baru dan mengangap mereka sebagai keluargaku.” Hisyam tampak masih sangat khawatir.
“Insya Allah. Semoga niat baik yang kamu akan lakukan mendapat kemudahan untuk melaksanakannya.” Mereka hanya terdiam dan tersenyum.
Hisyam yang mendengar apa yang dikatakan orang yang ada di sekitarnya hanya bisa diam. Kekhawatirannya akan keadaan Lam dan Mim, membuatnya tidak bisa begitu saja percaya. Entah kenapa ada sesuatu yang menggganjal dalam hatinya terkait rencana yang kali ini akan dilakukan pada kedua bocah itu.
“Pak, kau tidak apa-apa?” Kepala desa yang melihat wajah lelaki itu tidak secerah hari lain, langsung saja bertanya. Tapi, Hisyam hanya tersenyum. Dia tidak ingin membuat orang yang ada di sekitarnya tersinggung.
“Gak apa-apa. Aku, tidak apa-apa.”
“Tapi, kenapa wajah Njenengan seperti ada sesuatu yang sedang disembunyikan? Apa ada yang mengganjal hatimu?” Pertanyaan yang diajukan kepala desa padanya, membuat Hisyam bingung. Dia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya pada kondisi Lam dan Mim saat rencana ini dijalankan. Tapi, dia tidak ingin menyinggung lelaki yang selama ini menjadi gurunya.
“Tidak ada sesuatu yang membuatku khawatir. Aku hanya kepikiran masalah Tegar.” Mereka diam.
Hisyam sendiri langsung saja ingat tentang lelaki muda itu. Tegar, lelaki itu bisa dia mintai bantuan. Dia yakin, Tegar bisa dia mintai bantuan untuk masalah seperti ini.
“Hisyam, ada apa dengan Tegar?”
“Gak apa-apa. Aku janji akan menemaninya hari ini. Aku ada janji sama Tegar akan menemaninya hari ini.” Hisyam hanya tersenyum setelah mengatakan hal itu.
Setelah pembicaran itu dirasa selesai, mereka memutuskan mengunjungi Tegar yang sekarang ini tengah berada di rumahnya. Terlihat dia sekarang sedang bersama kedua adiknya yang setia merawatnya, setelah Hasan memintanya pulang.
“Lho, ini kan rumahnya Mas Lamdi? Bukannya tadi kamu bilang ada di rumahmu?” tanya Kyai Rosyid yang kaget dengan tempat yang menjadi tujuan Hisyam sekarang ini.
“Maaf, Kyai, bukan sekarang. Tapi nanti setelahb kedua orang tuanya dihukum. Kalo sekarang, mereka akan tetap tingal di sini. Setelah Mas Lamdi dan istrinya menjalani masa hukuman, Tegr dan adik-adiknya ini akan aku minta tunggal di rumahku. Insya Allah rumahku yang sekarang, cukup menampung mereka semua.” Hisyam tampak tersenyum.
Tidak lama, salah seorang adik dari Tegar mendekat dan meminta agar Hisyam mengecek kondisi kakaknya. Sepertinya ada sesuatu yang baru saja menimpa Tegar.
“Pak Hisyam, tolong Mas Tegar. Tolong, Mas Tegar sejak Pak Hisyam berangkat ke balai desa, sepertinya mengalami kondisi aneh.” Apa yang dikatakan perempuan itu membuat Hisyam langsung saja berlari dan ingin melihat kondisi Tegar.
Tegar kondisinya kali ini semakin lemas dari sebelumnya dan terlihat ada cahaya yang keluar dari beberapa bagian tubuhnya. Hisyam yang melihat hal itu langsung saja meminta agar kedua adiknya menyiapkan air putih.