Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #103

Chapter #103

Seorang lelaki yang tersenyum dan mendekat pada ketiga anak muda yang sedang berkumpul. Lelaki itu tidak lain adalah Hisyam. Hisyam yang melihat keakraban ketiga pemuda itu, tampak sangat senang.

“Tidak akan ada yang terjadi pada kalian. Tidak akan ada, hal buruk yang mendekat kalian bertiga. Aku akan pastikan semua yang menghampiri kalian, adalah hal baik.” Tegar hanya bisa terdiam dan menangis melihat lelaki itu ada di tempat ini. Tidak pernah dia menyangka, jika Hisyam mengikutinya. “Tegar, kenapa kamu, Le?”

“Maafkan aku, Pak Hisyam. Maafkan aku.”

“Tidak perlu meminta maaf. Aku bisa memahami apa yang kau lakukan. Aku tau kamu salah. Tapi aku tidak bisa langsung menyalahkanmu. Jika aku inga tapa yang terjadi, aku bisa memahami apa yang kamu lakukan.” Tegar langsung mendekati lelaki itu dan menangis. Hisyam langsung memeluk Tegar. Dia tau apa yang tengah Tegar rasakan. “Le, aku sama sekali gak marah dengan apa yang kau lakukan beberapa hari yang lalu. Aku sama sekali gak marah atas hal itu. Kau tau? Kalian bertiga memiliki kesamaan. Kesamaan itu yang membuat aku banga sama kalian.”

“Pak Hisyam, apa yang kau banggakan dariku? Apa yang kau banggakan dari kami bertiga? Kami hanyalah anak muda yang gak baik.” Tegar langsung ingin tau, kenapa Hisyam membanggakan mereka.

“Kata siapa kalian bertiga gak baik?” Tegar, Lam dan Mim diam dan mendekati Hisyam. “Menurutku, kalian adalah anak muda yang begitu baik. Kalian berani menantang bahaya demi ibu kalian. Tegar berani menantang bahaya yang bisa merengut nyawanya, demi keselamatan ibunya. Menurutku, tidak semua orang bisa melakukan hal seperti kalian. Tidak semua orang bisa melakukan sesuatu yang baru saja kalian lakukan.”

“Pak Hisyam, aku akan menyeret orang tuaku ke penjara. Aku akan menjebloskan mereka ke penjara. Apakah aku masih bisa kau katakan anak baik?” Tegar langsung melemparkan pertanyaan.

“Yang bersalah harus mendapatkan hukuman. Kamu membantu kedua orang tuamu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalo kamu membiarkan semua ini terjadi, kamu aka mendapat dosa, sama seperti dosa yang ditanggung kedua orang tuamu.” Tegar terdiam dan tak ingin menjawab apa yang baru saja Hisyam katakan.

“Pak Hisyam, Anda di sini? Kenapa Anda mau datang ke sini?” Mim langsung saja bertanya. Hisyam yangmendengar pertanyaan dari Mim, hanya bisa tersenyum.

“Kenapa, Mim? Kamu keberatan dengan kedatanganku di rumah ini? Kalo kamu memang keberatan, aku akan pamit. Aku tidak akan lagi datang ke sini.” Hisyam ingin pergi dari tempat itu, tapi panggilan dari Mim membuat dia terhenti.

“Pak Hisyam, aku mohon, berhentilah.” Hisyam berhenti dan langsung menoleh pada Lam dan Mim.

“Kenapa, Le? Kamu butuh bantuanku?”

“Apa yang akan terjadi sama kami? Apa yang akan terjadi dengan kami bertiga? Aku rasa, kau tau terkait semua itu.”” Hisyam terdiam dan tersenyum beberapa saat. Dia mengingat rencana Kyai Rosyid dan kepala desa untuk mereka berdua. Tapi, Hisyam memilih tidak menceritakan semua itu dan ingin melakukan rencana yang sudah dia susun bersama Tegar.

“Tidak ada hal yang perlu kalian khawatirkan. Aku akan berusaha melindungi kalian, jika ada orang jahat yang mau mengusik hidup kalian. Aku akan datang ke tempat ini besok pagi. Aku ingin mengajak kalian untuk keliling di tempat ini. Kalian keberatan dengan keinginanku?” Mereka menggeleng. Hisyam tersenyum dengan jawaban mereka.

“Apakah kau ingin mengajak kami hanya keliling tempat ini?” tanya Lam yang begitu penasaran. “Jika kau ingin mengajak kami sekedar keliling tempat ini, kami bisa melakukannya sendiri.”

“Tidak, Lam. Aku tidak hanya ingin mengajak kalian keliling. Tapi, aku akan memberikan sesuatu pada kalian. Sesuatu yang akan aku perlihatkan, adalah sesuatu yang selama ini kalian perjuangkan. Jadi, aku minta kalian sekarang beristirahat. Besok kita akan melihat sejarah besar. Sejarah yang akan merubah hari kalian. Besok, aku pastikan, semuanya akan berubah. Tidak akan ada tangisan yang akan mewarnai hidup kalian.” Hisyam menatap ketiga pemuda yang sekarang bersamanya.

“Apa itu, Pak?” tanya Mim. Mim sangat penasaran dengan apa yang dimaksud lelaki itu.

“Tunggulah sampai besok. Besok kalian akan tau semua itu.” Hisyam tersenyum.

“Kenapa harus menunggu sampai besok? Kenapa tidak katakan sekarang saja?” tanya Mim yang sedikit protes.

Lihat selengkapnya