“Mim, aku tidak pernah ingin membalas dendam atas apa yang kau lakukan. Apa yang kau lakukan di masa lalu, sudah aku maafkan dan aku anggap tidak pernah terjadi. Bahkan, kau sudah memberikan sebuah fakta yang sangat membantuku, walaupun itu sangat mehyakitkan hati. Fakta tentang siapa yang ada di balik kematian anakku. Aku justru harus berterima kasih padamu, karena sudah membuka fakta seterang itu. Kamu sama sekali tidak bersalah atas apa yang terjadi selama ini. Aku melakukan semua ini, demi keselamatan dirimu sendiri. Jangan menghubungkan kejadian itu, dengan apa yang pernah kau lakukan.” Hisyam tersenyum dan terus menghapus air mata Mim.
“Tapi, kenapa Bapak melepaskan benda ini dariku?” tanya Mim yang sepertinya belum bisa menerima apa yang terjadi.
“Mim, kamu menggunakan kekuatan itu dengan emosi kan? Hasilnya bukan hanya berbahaya bagi orang lain, tapi sangat berbahaya bagi dirimu sendiri. Aku tidak pernah melarang kamu memakai kekuatan yang ada di benda ini, karena kamu pasti akan membutuhkannya. Tapi, kekuatan itu ada caranya untuk dipakai. Ada cara yang baik untuk memakai kekuatan itu, biar kekuatan yang ada di benda yang kamu miliki sekarang, menjadi kekuatan yang melindungi, bukan kekuatan yang membahayakan.” Mim terdiam dan menatap ketiga lelaki yang sekarang ada bersamanya.
“Bagaimana caranya?”
“Butuh proses yang panjang. Aku akan ajarkan perlahan. Aku tau bagaimana mengunakan kekuatan dari benda seperti yang punya sekarang. Kau mau?” Mim hanya mengiyakan. Mereka berjalan menuju tempat yang Hisyam ingin tunjukkan.
Sesampainya di tempat tujuan, mereka terdiam melihat sebuah pemadangan yang begitu miris. Beberapa orang berjalan layaknya orang gembel di jalanan. Tapi, pemandangan itu yang sebenarnya mereka nantikan selama ini. Pemandangan itu, harus terjadi untuk keadilan bagi perempuan yang bernama Kasih.
“Pak Hisyam, apa yang terjadi?” tanya Tegar yang kaget dengan apa yang dia lihat.
“Tegar, ini yang aku bilang tadi malam. Mereka akan dibawa ke pihak yang berwajib untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka pernah lakukan. Aku tau, ini mungkin terbiolang kejam. Tapi, Kasih sempat menjadi gelandangan, seperti yang mereka alami sekarng ini.” Tegar terdiam mendengar apa yang Hisyam katakan.
Tegar hanya diam sekarang ini melihat pemandangan yang sebenarnya sangat menyakitkan baginya. Dia melihat kedua orang tuanya bersama beberapa orang, terutama Wicaksono dan Darti. Tampak tetesan air mata keluar dari wajah Tegar. Tapi, sekarang dia tidak bisa berbuat apapun untuk hal itu.
“Aku sebenarnya tidak ingin melihat mereka berdua seperti ini. Tapi, bagaimanapun juga, mereka harus bertanggung jawab atas apa yang pernah terjadi. Jika aku biarkan mereka hidup bebas dengan kejahatan yang sudah mereka lakukan, yang ada, aku bisa dianggap melindungi mereka yang melakukan salah.” Tegar tampak menatap mereka dengan tatapan yang basah.
Tapi, sekarang tidak ada pilihan lain. Tegar harus melihat pemandangan yang sangat menyakitkan itu.
“Tegar, kau tidak apa-apa?” tanya Hisyam melihat wajah lelaki muda yang tepat di sampingnya basah dengan air mata.
“Akan lebih sakit jika aku harus membiarkan mereka berkeliaran. Kalo tidak seperti ini, apa yang dirasakan Kak Lam dan Kak Mim? Mereka juga sudah puas melihat mendiang ibunya tersiksa karena mereka.” Tegar tidak kuasa menahan air mata. Bagaimanapun, semua orang tidak bisa dibohongi oleh wajah Tegar saat ini.