Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #106

Chapter #106

Tegar melihat lelaki yang ada di sampingnya. Lelaki yang sudah mencegahnya melempar batu itu ke arah Wicaksono, hanya bisa menatap Tegar dengan tatapan yang basah. Lelaki itu tidak lain adalah Lamdi.

Lamdi tidak ingin anaknya melakukan hal tersebut pada Wicaksono. Apayang dilakukan Tegar, hanyalah pelampiasan emosinya, bukan untuk apapun.

“Tegar, anakku. Jangan lakukan itu! Jangan pernah lakukan itu pada orang lain. Lakukan semua itu padaku. Lampiaskan amarahmu itu padaku, Le. Jangan lampiaskan amarah itu pada dia. Aku juga bersalah atas kejadian yang menimpa desa kita.” Lamdi memohon. Tapi Tegar tidak bisa melakukan itu semua. Baginya, yang harus menerima hukuman terberat, adalah pelaku utama.

“Aku akan menghukumnya. Aku akan menghukum orang yang paling bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada desa ini. Dan orang yang harus mendapatkan semua itu, adalah lelaki biadab seperti dia. Aku ingin, lelaki yang tidak memiliki hati seperti Wicaksono, harus merasakan bagaimana sakitnya korban.” Batu terlempar, tapi tidak mengenai tubuh Wicaksono. Batu itu hancur, tepat di samping tubuh lelaki itu, tepat di depan pandangan lelaki itu. “Kau adalah lelaki yang paling tidak bertanggun jawab di dunia ini. Kau, adalah lelaki paling pengecut yanhg pernah aku temui di dunia ini.”

Wicaksono hanya bisa menangis melihat kejadian yang pagi ini harus terjadi. Amarah itu bukan dari siapapun. Amarah itu dari lelaki muda yang bernama Tegar. Lelaki yang selama ini dikenal sebagai lelaki yang sangat kalem dan tidak banyak ulah.

“Tegar.” Mim mendekati Tegar dengan kursi rodanya. Tangan Mim langsung saja memegang tangan Tegar yang digunakan untuk melempar batu ke arah Wicaksono.

“Aku sekarang ingin mewakili kedua anak yang kau sakiti selama ini. Aku ingin mewakili mereka, untuk meluapkan semua amarah. Aku harus melengkapi apa yang mereka lakukan selama ini. Lelaki sepertimu memang tidak pantas mendapat tempat di desa ini. Kau harusnya berada di lokalisasi, seperti wanita yang kau puja selama beberapa tahun belakangan.” Tegar lagsung menunjuk Darti. Mereka berdua hanya bisa tertunduk. Darti hanya bisa menangis.

“Tegar, sudah, Le. Jangan lakukan hal itu. Aku mohon, jangan lakukan hal itu pada kami.” Wicaksono mendekati Tegar dan Mim. Dia tidak peduli dengan rasa sakit yang melanda kepalanya.

Mim hanya diam dan terus merapalkan mantra yang dia miliki, saat mengetahui Wicaksono mencoba mendekatinya. Dia melihat, Mustika yang sekarang ini ada di tangannya bercahaya dan mulai bergerak. Mim akan mencoba menggunakan kekuatan dari Mustika itu, untuk Wicaksono. Dia harus percaya jika mustika yang berada di tangannya, masih memiliki kekuatan yang luar biasa.

Tidak lama, Lam mendekat dn berteriak saat melihat cahaya dari tangan adiknya.

“Mim, hentikan. Jangan lakukan hal itu.” Lam yang melihat Mim mulai mengunakan mustika itu untuk melumpuhkan orang yang ada di hadapannya, langsung saja meminta agar adiknya menghentikan semuanya. Apa yang akan Mim lakukan akan membuat dirinya dalam bahaya.

“Aku hanya ingin memberi perhitungan pada lelaki ini.” Mim sepertinya tidak peduli. Ia mulai merapalkan mantra dan langsung menggunakan mustika itu untuk rencananya.

“Keadaan sekarang sudah sangat berbeda, Mim. Sekarang, semuanya tidak lagi seperti dulu. Kekuatan itu tidak bisa kau gunakan begitu saja. kekuatan itu, tidak bisa langsung kau gunakan setelah merapalkan mantra yang biasanya.” Lam berusaha mencegah itu semua terjadi. Tapi, sepertinya Mim tidak peduli. Mau tidak mau, Lam memegangi tangan adiknya.

Mim memberontak dan ingin meggunakan kekuatan itu bagaimanapun caranya. Dia harus membuat Wicaksono terluka seperti apa yang sudah Tegar lakukan.

“Aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Aku ingin, dia juga merasakan apa yang aku rasakan selama beberapa tahu terakhir. Aku hanya ingin melihat dia menderita seperti yang dia lakukan pada kita. Apa yang sudah dia lakukan pada ibu, harus aku balas sekarang juga.” Mim terus memberontak dan tidak ingin siapapun bisa menghalangi apa yang ingin dia lakukan.

Lihat selengkapnya