Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #107

Chapter #107

“Kalo Kak Lam gak kenapa-napa, kenapa Kak Lam menangis? Kak Lam pasti ada sesuatu yang membuatmu takut.” Mim khawatir dan langsung mencoba untuk semakin dekat dengan kakaknya. Lam yang melihat semua itu, ingin mencegahnya. Tapi Mim merasa sudah baikan setelah apa yang dilakukan oleh Lam.

“Mim, tubuhmu masih lemah.”

“Aku sudah baikan. Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Apa yang kau lakukan, semuanya manjur.” Mim tersenyum. Walaupun kondisi tubuhnya masih sangat lemas, dia sudah lebih baik dari sebelumnya. “Kenapa Kak Lam menangis?”

“Aku hanya mengkhawatirkanmu. Aku hanya mengkhawatirkan tentang kamu. Bagaimana kamu ke depannya, jika aku tidak lagi berada di sampingmu?” Mim yang mendengar apa yang dikatakan Lam, hanya bisa menggeleng. Dia tdak pernah mau jika kakaknya pergi begitu cepat dari sampingnya.

“Kak Lam, apa yang kau katakan barusan? Kamu jangan pergi. Kita harus mencari keluarga kita. Kita harus mencari siapa sebenarnya keluarga kita yang asli. Kita haru mencari keluarga kandng Ibu yang sebenarnya.” Mim memegang tangan kakaknya dan menahan air mata. Lam terdiam mendengar semua yang adiknya katakan. Itu memang menjadi keinginannya juga. Dia juga ingin tau, dimana keluarga asli dari mendiang ibunya.

“Mim, jika aku gak bisa menemanimu untuk melakukan pencarian itu, aku akan menitipkanmu pada seseorang yang sangat aku percayai. Aku yakin, masih ada orang di lur sana yang bisa menerima kita seperti keluarga Pak Karni.” Lam tersenyum dan percaya, jika di dunia ini masih ada orang yang sangat menyayangi Mim seperti Tegar dan Vira.

“Kak Lam, aku mohon, jangan pergi secepat itu. Kau orang yang aku punya sekarang ini. Aku mohon, jangan pergi secepat itu.” Mim langsung saja menangis dan memeluk Lam. Lam hanya bisa terdiam melihat tangisan adiknya.

“Mim, jangan menangis seperti ini. Aku mhon, jangan menangisiku. Aku yakin, kamu akan bersama orang yang begitu menyayangimu, seperti aku dan Ibu Kasih menyayangimu selama ini.” Mim menggeleng dan terus saja menangis.

“Tidak ada orang di dunia ini yang bia menyayangiku seperti kalian. Tidak ada orang ang mau menyayangiku seperti kalian dan mendiang Ibu Kasih.” Lam terdiam dan membiarkan adiknya meluapkan semua emosi yang mengganjal hatinya.

“Mim, lepaskan semuanya. Lepaskan apa yang mengganjal dalam hatimu.” Mim terus saja menangis di pelukan kakaknya. Hisyam dan Tegar yang menyaksika hal itu, hanya bisa terdiam dan saling menatap.

“Pak Hisyam, aku tidak pernah melihat orang yang begitu menyayangi seperti mereka berdua.” Tegar langsung saja bicara pada lelaki yang ada di sampingnya. Hisyam hany tersenyum mendengar aa yang Tegar katakan.

“Seperti bagaimana kamu dan saudaramu saling menyayangi. Mereka tidak ada bedanya dengan kalian. Apalagi, setelah ini, kamu akan menghadapi situasi yang tidak mudah kamu pasti akan menyayngi adik kamu, seperti mereka.” Tegar hanya mengiyakan dan melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

Tidak lama, Mim akhirnya diam. Sepertinya Mim sudah lega. Dia sudah lega bisa melepaskan semua emosi yang ada dalam hatinya.

“Mim, kau sudahb lega?” tanya Lam.

“Sudah lebib lega.” Lam terdiam dan menata adiknya. Dia mersa ada sesuatu yan membuat adinya harus bisa melepaskan semuanya. Kondisi tubuh dan emosinya yang sangat tidak stabil membuat Lamterus saja dihantui kekhawatiran. “Kak Lam, kau kenapa?”

“Gak apa-apa. Aku hanya memikirkanmu.” Lam tersenyum. Mim terheran dengan apa yang kakaknya katakan.

“Tidak perlu khawatir tentang kondisiku. Aku gak apa-apa. Aku sekarang sudah jauh lebih baik.” Mim memegang tangan Lam dan tampak meneteskan air mata.

Lihat selengkapnya