Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #109

Chapter #109

“Sesuai perintah dari Pak Kades, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian. Anak Mbak Kasih akan mendapatkan rumah di desa ini. Rumah yang seharusnya menjadi milik Kasih, akan menjadi milik mereka. Jadi, siapapun yang menempati rumah tersebut, kami beri waktu paling lambat seminggu setelah saya mengumumkan ini, untuk mengosongkan rumah itu. Kami akan memberikan kompensasi yang layak untuk mereka yang menghuni rumah itu sekarang ini.” Lelaki itu dengan begitu tegas, langsung mengumumkan apa yang diamanahkan pada dirinya.

“Pak, jadi mereka akan tinggal di desa kita bersama warga yang lain?” tanya warga lainnya.

“Sesuai keinginan mendiang Pak Yusron. Keputusan kepala desa diambil, didasarkan pada keingian dan cita-cita dari mendiang Pak Yusron. Dan keputusan itu sudah disetujui oleh perwakilan warga.” Mereka terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh lelaki itu. Lelaki yang sekarang sangat memiliki wibawa, hanya bisa tersenyum.

Mim memegangi tangan lelaki yang ada di sampingnya. Pamong desa hanya tersenyum dengan tatapan dari Mim.

“Pak, kami bisa tinggal di desa ini?” tanya Mim pada Pamong desa itu. Lelaki itu tersenyum pada Mim.

“Mim, desa ini adalah tanah kelahiranmu. Kau sangat berhak tingal di sini. Ibu kamu, adalah wanita yang seharusnya menjadi kebangaan. Desa ini, kurang bersyukur punya perempuan yang luar biasa seperti Ibu kamu. Wanita cerdas yang sebenarnya bisa mengharumkan nama desa ini. Kamu harus ada di sini. Ini bentuk permohonan maaf kami, karena gagal melindungi perempuan. Kami akan mewujudkan keinginan mendiang Pak Yusron.” Mim hanya diam dan menangis. Dia tidak ingin ada di desa ini sebenarnya. Segala kenangan pahit tentang ibunya, tersimpan rapi di desa ini.

“Desa ini hanya membuatku ingat pada ibuku. Desa ini, hanya membuatku ingat jika ibuku diperlakukan layaknya binatang. Kami tidak pernah diinginkan di desa ini.” Mim meneteskan air mata dan pamong desa menghapus air mata itu.

“Mim, nanti kamu tidak akan sendiri. Orang-orang yang dulu pernah ditampung mendiang Pak Yusron, juga akan tinggal di sini dan membaur dengan semua warga. Semua itu akan kembali terjadi, tidak lama lagi. Aku pastikan, tidak ada ruang bagi mereka yang menolak rencana ini.” Pamong desa hanya bisa melemparkan senyum.

“Apakah Bapak yakin?” tanya Mim yang masih ragu.

“Kenapa harus tidak yakin? Ini adalah perintah dari kepala desa. Ini adalah perintah dari pihak desa, sejak zamannya mendiang Pak Yusron hidup. Jadi, ini akan menjadi rencana desa ke depannya. Mim tidak perlu khawatir. Kamu akan mendapat tempat yang layak di desa ini.” Pamong desa langsung menatap semua warga yang ada di tempat ini. “Siapapun yang tidak setuju dengan rencana kepala desa, silahkan keluar dari desa ini! Kepala desa tidak main-main dan saya tidak aka main-main dalam urusan ini. Saya tidak mau ada kejadian seperti Pak Yusron lagi di masa depan. Siapapun yang tidak setuju, saya persilahkan keluar dari desa ini, atau saya paksa kalian keluar dari tempat ini. Satu lagi yang harus kalian ingat, kalian yang tidak setuju bahkan menentang apa yang dicanangkan pihak desa, jangan pernah berharap mendapat tempat di desa ini.”

Semua warga hanya bisa dia dan tidak ada yang berani membantah.

***

“Jadi, pamong desa bilang seperti itu?” Alif yang baru mendapat cerita dari salah seorang warga, tampak senang.

“Iya, Alif. Mim dan Lam akan tinggal di sini. Memang, Pak Hisyam akan merawatnya dan berusaha agar dia bisa mendapatkan pendidikan agama di pesantren. Tapi, dia akan menjadi warga desa ini. Kepala desa sudah mengurus semua itu.” Alif terdiam beberapa saat mendengar apa yang salah seorang warga yang sekarang ada bersamanya katakan.

“Tapi, dia pasti sangat takut. Dia pasti sangat takut kenangan itu kembali hadir. Kan desa ini menjadi saksi atas kejadian yang menimpa ibunya. Warga desa ini pernah mengusir mereka dan membunuh ibunya secara perlahan.” Alif tampak khawatir dengan keadaan Mim

“Aku tau. Makanya aku harap kita bisa mendukung mereka. Aku tau ini akan sulit, tapi bukan berarti semuanya itu, bukanlah hal yang tidak mungkin.”

Lihat selengkapnya