“Mim, aku minta maaf atas hal itu. Aku tau jika kekuatan yang kau miliki perlahan menurun dayanya. Tapi bukan berarti kekuatan itu akan hilang sepenhnya dari tubuhmu. Kamu hanya butuh menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi. Kalo Mim sudah menyesuaikan diri dengan kondisi sekarang, aku yakin kekuatan itu akan kembali seperti semula.”
“Pak Hisyam, bagaimana aku bisa menggunakan Mustika ini?” tanya Mim dan berharap bisa mendapatkan jawaban dari lelaki yang ada di hadapannya.
“Le, semua itu butuh proses. Sekarang, apa yang ada di Mustika ini tidak bisa kau gunakan seenaknya. Kamu harus ambil ancang-ancang jika ingin memakai Mustika itu. Tapi, aku percaya jika Mustika ini bisa kau gunalan saat kau terdeak dan butuh kekuatan ini.” Mim terdiam dan tampak meneteskan air mata.
Hisyam berhenti sebentar dan memegang Mustika yang sejak tadi berada di tangan Mim. Dia membacakan sebuah doa agar Mim bisa mengendalikan kekuatan itu dengan begitu mudah. Tidak lama, sebuah cahaya keluar dari benda itu dan tubuh Mim.
“Pak Hisyam, apa yang kau lakukan pada Mustika itu? Mustika itu punya hubungan langsung pada tubuh Kak Mim.” Tegar penasaran dengan apa yang Hisyam lakukan.
“Aku hanya ingin menyempurnakan apa yang sudah aku lakukan. Mustika ini akan aku netralisir dan aku masukam kekuatan putih. Kekuatan ini, akan sangat membantu Mim suatu saat nanti.” Hisyam tersenyum menatap Mim.
“Pak, memang bisa seperti itu?” Tegar sangat penasaran dengan apa yanb Hisyam lakukan pada Mim.
“Mbah Yani sempat mengajariku. Aku sekarang ingin mengamalkan apa yang sudah aku pelajari.” Hisyam kali ini memegang Mustika milik Mim dan terus merapalkan doa.
“Pak Hisyam, jangan sampai apa yang kau lakukan membuat Kak Mim celaka.” Hisyam terdiam mendengar apa yng Tegar katakan. Dia melemparkan senyum mendengar semua yang Tegar baru saja ucapkan.
“Aku tidak pernah ingin mereka berdua celaka. Aku tidak pernah mau kedua anakku ini celaka. Jadi, jangan pernah khawatir tentang keselamatan mereka. Aku akan pastikan mereka akan aman dan kondisinya baik-baik saja.” Hisyam menoleh dan menatap kedua lelaki muda yang sekarang tengah bersamanya. “Le, aku rasa kekuatan yang ada dalam tubuh kalian harus segera dinetralisir. Aku akan menggantinya dengan kekuatan baru yang lebih ramah bagi kalian.”
Apa yang Hisyam katakan membuat mereka berdua terdiam dan hanya saling menatap. Lam tampak sangat tidak setuju dengan apa yang akan dilakukan oleh lelaki itu.
“Pak Hisyam, kenapa dengan kekuatan kami? Apa yang salah dengan kekuatan yang kami miliki?” tanya Lam yang penasaran.
“Aku gak mau sampai kalian menantang bahaya dengan kekuatan itu. Kekuatan itu sangat bebahaya jika digunakan, bahkan bisa mengancam keselamatan kalian.” Hisyam terdiam dan memohon agar mereka mau melakukan apa yang dia inginkan. Tapi sepertinya Lam menunjukkan gelagat menolak.
“Pak Hisyam, kami gak bisa setuju dengan apa yang kau katakan. Maaf, kami gak bisa sependapat denganu. Bagaimnapun, kekuatan yang kami miliki tidak bisa ditukar dengan kekuatan apapun.” Lam akhinya mengajak adiknya pergi. Mim hanya terdiam saat kursi roda miliknya didorong menjauh dari kedua lelaki itu. Mim hanya menatap kedua lelaki itu dengan penasaran. Dia ingin tau kenapa Hisyam ingi mengganti kekuatan yang mereka miliki dengan kekuatan yang lain.
“Kak, kenapa memangnya? Apa yang terjadi jika kita dapay kekuatan dari Pak Hisyam?” tanya Mim sambil menoleh pada kakaknya.
“Mim, aku tidak bisa percaya begitu saja. Aku memang setuju saat Mustika iu dilepas dari tubuhmu. Tapi, tidak untuk mengganti kekuatannya.” Lam terus saja mendorong kursi roda Mim ke tempat mereka tinggal selama ini. Mim hanya bisa terdiam dengan apa yang terjadi. Dia masih belum bisa memahami apa yang terjadi.
“Kak Lam, aku masih bungung, kenapa kau menolak apa yang Pak Hisyam ingin lakukan pada kita.” Lam terdia beberapa saat dan memandangi adiknya.
“Mim, mengganti kekuatan itu tidak semudah yang dibayangkan. Kita harus menysuaikan diri dan kembali belajar untuk kekuatan itu.” Mim memandangi kakaknya dan memegang tangan Lam.