Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #115

Chapter #115

“Aku tidak tau dengan jelas. Aku tidak memahami itu, Tegar. Tapi, satu hal yang aku tau. Benda ini akan sangat berguna untuk kondisi seperti sekarang ini. Benda ini, akan sangat berguna di saat seperti ini.” Hisyam kembali menjelaskan tentang benda yang baru merka temukan. “Mbah Yani sempat bilang, jika benda ini sengaja dikubur oleh seseorang agar aman dan tidak disalah gunakan. Jika sampai jatuhb ke tangan yang salah, yang ada malah terjadi kekacauan.”

“Kekacauan?”

“Iya, Tegar. Alhamdulillah aku bisa menemukanya terlebih dahulu. Aku akan kembalikan ini pada Lam dan Mim suatu saat nanti. Selama ada di tanganku, ini akan aku gunakan untuk membantu rencana mereka menyingkirkan musuh dan mencari keluarga aslinya.”

“Apakah akan berhasil untuk mengendalikan semua yang terjadi?” tanya Tegar yang membuat Hisyam terdiam beberapa saat.

“Aku tidak bisa bilang bisa atau enggak. Karena, itu kuasa sang ilahi. Kita hanya berusaha. Tapi, aku yakin kita bisa berhasil.” Tegar hanya bisa diam dan terus memandangi benda tersebut. Benda yang terus mengeluarka cahaya dan sangat indah.

“Pak Hisyam, apa aku bisa memegangnya?”

“Cobalah! Kata Mbah Yani, seseorang yang memiliki hati yang bersih dan mampu beradaptasi dengan energi yang dimiliki benda ini, akan sangat bisa memegangnya.” Hisyam menyerahkan batu itu pada Tegar.

“Maksudnya?”

“Mereka yang tidak ada dendam atau dengki pada orang lain, maka akan sanggup memegang benda ini. Benda ini aku rasa bukanlah benda biasa.” Hisyam memberikan benda itu pada Tegar.

Tegar akhirnya memegang batu itu. Tak berselang lama, lelaki iu merasakan panas yang menjalar di tangannya seperti terbakar. Dia langsung meletakkan batu itu di meja. Hisyam yang terheran denga apa yang terjadi pada Tegar, langsung saja memegang tangannya.

“Tegar, kenapa kamu? Kenapa sepertinya ada sesuatu yang kau rasakan?”

“Pak, kenapa sepertinya batu ini mengelurka panas api? Tanganku seperti memegang bola api yang sangat panas.” Hisyam terdiam mendengar apa yang Tegar katakan. Dia meliuhat tangan lelaki itu, tidak ada bekas apapun. Hisyam hanya terdiam dengan semua itu.

Lelaki itu kembali mencoba memegang benda itu. Tidak ada hal apapun seperti yang Tegar katakan.

“Pak Hisyam, Njenengan tidak merasakan panas?” tanya Tegar yang melihat Hisyam yang sepertinya sedang baik-baik saja.

“Aku sama sekali tidak merasakan panas. Tapi, kenapa ya? Aku gak tau.” Hisyam diam dan terus menatap batu itu. Dia langsung meletakkannya di meja.

“Apa, aku ada sesuatu yang membuat batu itu bereaksi? Apa aku tidak bia menyesuaikan diriku dengan kekuatan yang dimiliki batu ini?” tanya Tegar kembali.

“Mungkin saja. coba tanya pada dirimu. Apakah kau masih ada yang mengganjal dalam hatimu?” tanya Hisyam dan membuat Tegar diam. Tampak tetesan air mata begitu saja keluar.

“Apa karena niatku tidak ikhlas? Apa karena, niatku untu membamtu sesama, masih disusupi dendam?”

“Kalo masalah seperti itu, kamu yang lebih tau, Le. Aku tidak akan mau memaksamu untuk mengatakannya. Aku harap kamu bisa jujur pada dirimu sendiri. Aku sendiri, mulai berani jujur tentang apa yang aku lakukan kemarin dan mencoba ikhlas. Memang, aku marah dengan Wicaksono dan kroninya, terutama Lesti yang sudah membohongiku. Tapi, kembali lagi. Aku tidak pernah mau memenjarakan mereka hanya karena amarah. Aku mengirim mereka ke penjara karena perbuatan yang pernah mereka lakukan.” Hisyam kembali diam dan meneteskan air mata. Apa yang sudah terjadi padanya selama ini, bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilewati begitu saja.

“Pak Hisyam sudah memaafkan Bu Lesti?”

“Tegar, tidak mudah memaafkan itu semua. Tapi, aku hanya mencoba untuk memaafkan dan mengikhlaskan. Aku terus berdoa, agar aku dimudahkan untuk memaafkan apa yang pernah terjadi.”

Lihat selengkapnya