Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #117

Chapter #117

Hisyam yang kembali teringat keterlibatan Lesti dalam kematian mendiang anaknya, hanya bisa menahan kesedihan. Dia sangat tidak menduga, jika Lesti yang sudah dia lindungi dan muliakan layaknya ratu, malah menjadi otak dari kematian anaknya sendiri.

“Pak Hisyam, Njenengan gak apa-apa?” tanya Umar yang melihat air mata yang keluar dan membasahi wajah lelaki berwajah teduh itu. Hisyam tersadar dengan air mata yang begitu saja keluar. Dia hanya tersenyum pada semua orang yang berada di sekitarnya.

“Tidak perlu khawatir padaku. Aku gak apa-apa. Aku ingin dibiarkan sendiri. Kalo ada apa-apa, datanglah ke rumah. Aku selalu siap membantu kalian. Tapi, paling tidak berikan aku waktu untuk menyendiri dulu.” Hisyam langsung saja pergi sambil tersenyum. Mim yang melihat kepergian Hisyam hanya bisa diam. Tidak pernah dia bayangkan, jika Hisyam bisa sekecewa ini.

Mim teringat dengan apa yang terjadi saat kejadian pembakaran panti asuhan. Dia yang memaksa anak Hisyam menggantikan posisinya di ruangannya istirahat. Dia menyeret bocah itu ke kamar sesaat sebelum kejadian pembakaran itu. Niatnya itu berhasil. Dia selamat dari rencana jahat Darti dan teman-temannya, sedangkan bocah itu harus meninggal terpanggang.

“Kak Mim, kenapa kau? Ada sesuatu yang menggganjal hatimu?” tanya Tegar yang melihat Mim hanya diam dan tampak sangat emosional.

“Tegar, anak Pak Hisyam meninggal, karena dia mengantikan posisiku. Dia memakai baju yang biasanya aku pakai, dan menempati tempat tidurku.” Tegar yang mendengar penutiran Mim hanya bisa diam dan mencoba mengerti. Tegar tidak bisa menyalahkan Mim begitu saja.

“Kak Mim, apapun yang terjadi saat itu, tidak perlu disesali. Aku tidak mau menghakimimu atas apa yang terjadi. Tapi, apa yang kau lakukan saat itu, bisa menjadi pelajaran bagi Bu Lesti agar berhenti melakukan kejahatan padamu, sekaligus menyadarkan Pak Hisyam, jika orang yang dia percayai dan sayangi selama ini, adalah orang yang salah. Aku yakin, Pak Hisyam sama sekali tidak pernah berniat menyalahkanmu, walaupun dia sudah tau. Aku harus bilang sama kamu, Pak Hisyam tau semuanya.” Tegar mengatakan semua itu dengan senyuman.

“Pak Hisyam sudah tau?”

“Iya, Kak. Pak Hisyam sudah lama tau tentang hal ini. Tapi, kau melihat sendiri bagaimana responnya. Tidak ada amarah yang ditujukan pada kalian berdua. Malah, dia membantumu dan menceraikan Bu Lesti.” Tegar menceritakan semuanya secara jelas.

“Tapi, aku yang memaksanya. Aku memaksa dia melakukan hal itu.” Mim tampak merasa sangat bersalah.

“Aku tidak mau menyalahkanmu. Biar semua itu berlalu. Toh semua bukti yang ada mengatakan, kalo panti asuhan itu dibakar oleh Bu Darti dan semua kroninya, termasuk kedua orang tuaku juga Bu Lesti. Tidak ada bukti yang mengarah padamu.” Mim hanya bisa diam dan termenung.

Tidak lama, Lam datang dan langsung mendekati adiknya yang tengah termenung bersama beberapa warga. Mim yang menyadari keberadan kakaknya di tempat itu, hanya bisa tersenyum.

“Mim, sudah hampir jam sepuluh malam. Tadi kau bilang gak sampai jam sepuluh sudah harus ada di rumah. Ayo pulang!” Lam langsung mendorong kursi roda milik Mim. Tapi, sebelum Mim pergi, Mim memberikan kode pada Tegar dan menjatuhkan sesuatu pada lelaki itu agar dia bisa menolongnya juga kakaknya. Benda yang merupakan petunjuk agar Tegar bisa memecahkan teka-teki yang selama ini mereka ingin pecahkan.

Tegar yang mengerti kode dari Mim dan melihat barang yang dijatuhkan, langsung mengambil barang yang Mim jatuhkan. Sebuah bungkusan tanah yang sepertinya menjadi petunjuk, terkait masalah yang harus Tegar pecahkan.

“Tegar, apa itu?” tanya Umar yang melihat bungkusan yang Tegar ambil.

“Gus, ini barang yang Kak Mim baru saja jatuhkan. Sepertinya, Kak Mim ingin meminta tolong pada kita semua dengan memberikan petunjuk ini pada kita. Kita harus segera memecahkan petunjuk ini. Aku rasa, ini akan bisa jadikan jalan keluar untuk mengungkap apa yang terjadi di masa lalu.” Apa yang Tegar katakan membuat mereka hanya diam.

“Alif, kau ingat, kita pernah berkeliling dan melihat apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Umar pada Alif.

“Iya, Gus. Saat itu kit gak bisa melakukan apapun. Kondisi terlanjur gawat. Memangnya kenapa ya? Apakah sekarang ini saat yang tepat?” tanya Alif.

“Aku minta, kau coba ingat apa yang kau lihat. Aku yakin, kode yang Mim tinggalkan pada Tegar, adalah potongan yang belum kita ketahui.” Umar langsung mengingatkan Alif pada beberapa hal yang dia lihat saat itu.

“Maksudmu, kejadian yang menimpa Bu Kasih selama ini dan kejadian pembakaran bintang gemilang itu?” tanya Alif terkait apa yang pernah dia lihat.

Lihat selengkapnya