Tegar hanya diam mendengar apa yang baru saja lelaki itu katakan. Dia bukan tidak percaya terkait apa yang akan dilakukan kepala desa. Tapi, ada beberapa hal yang membuat dirinya tidak cocok dengan rencananya yang telah tersusun, terutama masalah Lam dan Mim.
“Aku minta jangan ada siapapun yang mengganggu Kak Lam dan Kak Mim. Mereka tidak boleh sampai ada yang mengusik ketenangannya.” Tegar langsung pergi. Tampak dia sangat hati-hati terkait kedua bocah itu.
Lelaki yang menjabat sebagai kepala desa hanya bisa terdiam dan tidak bisa berbuat apapun. Apa yang akan terjadi pada Lam dan Mim, membuatnya diam dan tidak bisa mencampuri apa yang mereka lakukan.
“Pak Kades, apa yang sudah terjadi?” tanya salah seorang perangkat desa. Kepala desa yang terdiam hanya bisa menguntai senyuman.
“Tidak ada yang terjadi. Silahkan lanjutkan pekerjaan. Kita tidak punya waktu banyak.” Lelaki itu mengajak semua orang menuju balai desa.
Di tempat lain, Tegar akhirnya sampai di rumah Ibrahim. Tampak banyak orang berkumpul dan sedang berbincang. Terdengar suara Ibrahim dari dalam yang entah mengucapkan apa. Tapi, terdengar jika Ibrahim sangat ketakutan dengan apa yang tengah terjadi.
Melihat kehadiran Tegar di tempat ini, salah seorang dari mereka meminta agar dirinya bisa mendekat.
“Tegar, kesini, Mas.”
Tegar yang mendengar suara salah seorang warga, langsung saja mendekat dan ingin tau apa yang sebenarnya membuat mereka berada di sini.
“Maaf, Pak. Ada apa ini? Kenapa rame-rame di rumah Pak Ibrahim?” tanya Tegar.
“Tegar, kau belum tau tentang kondisi Pak Ibrahim?” tanya seorang lelaki. Tegar terdiam dan mencoba mencari informasi apa yang sebenarnya terjadi. Dia bukan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi hanya ingin memastikan jika semuanya benar.
“Aku hanya ingin memastikan, kalo apa yang jadi pembicaran warga desa sejak sore tadi, adalah benar.” Semua orang diam dan saling pandang.
“Memang benar. Banyak yang bilang kalo kondisi Pak Ibrahim seperti ini setelah bertemu kamu tadi siang. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kalian bicarakan?” tanya lelaki itu pada Tegar.
“Ssya mohon jangan pernah salahkan saya dalam masalah ini. Saya gak tau apapun dan saya tidak bicara hal yang macam-macam dengan beliau tadi siang. Kalo Bapak-bapak semuanya tidak percaya, silahkan tanya kanan dan kiri rumah ini. Mereka mendengar semua pembicaraan kami tadi siang.” Tegar menjawabnya dengan begitu tegas. Tegar hanya waspada. Mereka diam dan sama sekali tidak ingin menyalahkan Tegar begitu saja.
“Kami tidak menyalahkanmu. Tapi, memang apa yang tadi kau bicarakan, sehingga Pak Ibrahim seperti ini?” tanya lelaki itu.
“Saya hanya bicara terkait apa yang Pak Kades rencanakan di desa kita. Hanya itu. Apa itu salah?” tanya Tegar kembali.
“Memang, Tegar tadi datang ke sini dan bicara terkait rencana pihak pemerintah desa kedepannya. Saya mendengar semua pembicaraan mereka dan tidak menemukan sesuatu yang salah.” Seorang dari nereka langsung bicara dan mengatakan apa yang mereka bicarakan tadi siang.
“Berarti, yang salah sebenarnya ada di dalam diri Pak Ibrahim.” Salah seorang warga lainnya langsung menimpali. Mereka tidak bisa berbuat apapun jika itu memang kesalahan Ibrahim.