Kepala desa akhirnya berdiri dan meninggalkan ruangan pertemuan. Lelaki itu sepertinya sangat dilema dengan masalah yang sedang dia hadapi. Dia tidak bisa membiarkan para pelaku berkeliaran bebas begitu saja, tapi di sisi lain dia juga tidak bisa menolak apa yang Ibrahim katakan. Bagaimanapun, kejujuran Ibrahim harus mendapat apresiasi.
Ibrahim yang melihat lelaki itu pergi, hanya bia meneteskan air mata dan sangat berharap jika dirinya tidak akan masuk penjara.
“Pak Ibrahim.” Seorang lelaki memanggilnya dari arah belakang. Ibrahim yang melihat lelaki itu, hanya bisa diam.
“Mas Hisyam, kumohon maafkan aku atas apa yang terjadi. Aku ketakutan. Aku takut, saat polisi datang ke sini.” Ibrahim mendekat dan ingin bersimpuh. Tapi, Hisyam menolak dan tidak ingin Ibrahim melakukan semua itu.
“Aku mohon, jangan pernah bersujud pada manusia. Bagaimanapun, aku ini hanyalah manusia yang tidak bisa berbuat apapun untuk masalah ini.” Hisyam masih saja terdiam di tempatnya dan sama sekali tidak menoleh ke arah lelaki yang sekarang berada di hadapannya. Ibrahim berharap bisa meminta maaf atas semua yang pernah dia lakukan di masa lalu.
“Pak Hisyam, aku ingin menebus semuanya. Aku akui semua kesalahan yang pernah terjadi. Aku mengakui, apa yang terjadi di masa lalu, ada andil dariku.” Ibrahim tampak meneteskan air mata.
“Pak Ibrahim, kau pasti masih ingat saat istriku dan beberapa orang temannya ingin melenyapkan Mim di panti asuhan itu. Mereka sangat berambisi melenyapkan bocah polos seperti Mim, tapi yanb ada, mereka malah membunuh anakku sendiri, dan selama beberapa tahun, seolah mereka ingin menghindar dari hukuman atas apa yang pernah mereka perbuat. Lesti sama sekali tidak mau mengakui kesalahannya, padahal dia sudah membunuh anaknya sendiri. Aku yakin, dia berani bungkam selama sekian tahun, karena mereka tidak sendirian. Perempuan itu tidak sendirian melakuka aksinya. Ada orang yang melindunginya selama itu.” Apa yang Hisyam katakan membuat Ibrahim semakin gemetar.
“Mas Hisyam.”
“Jika saja Pak Kades masih berbaik hati untuk tidak menyeretmu ke penjara, kau harusnya bersyukur, walaupun aku sendiri gak yakin. Tapi, itu semua tidak akan berlaku buatku. Aku tau apa keterlibatanmu. Aku tau, kau terlibat dalam pembakaran panti asuhan, menyebarkan berita bohong untuk keluarga besar pak Hambali dan yang lebih penting, kau adalah salah satu pembunuh anakku. Aku akan memastikan kau akan dihukum setimpal atas kesalahan yang kau lakukan selama ini.” Hisyam tampak tidak bisa membendung emosinya. Air matanya langsung keluar saat mengingat bagaimana anaknya ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
“Pak Hisyam, kumohon jangan. Aku mohon, jangan pernahb lakukan itu. Aku minta maaf dan siap kau hukum apapun. Tapi, aku mohon jangan pernah membawaku masuk penjara. Aku tidak pernah siap masuk penjara.”
“Kenapa kau takut masuk penjara? Padahal kau tidak pernah takut untuk menuyiksa mental mendiang ayah kamu sendiri? Apa kau tidak ingin membuat ayah kamu bangga? Kau lihat Mas Wisnu. Dia dengan percaya diri mengakui kesalahanya. Dia sekarang berada di penjara, karena dia bilang, jika dirinya bukan seorang pengecut. Mas Wisnu selalu mengatakan, Pak Yusron mewariskan sikap ksatria dan tidak takut mengakui kesalahan padanya. Aku sangat tau, Pak Yusron bukanlah seorang pengecut. Apa kau ingin dianggap sebagai seorang pengecut?” tanya Hisyam dan menatap lelaki itu dengan mata yang basah.
“Pak Hisyam, kumohon.”
“Aku tidak akan bisa berbuat apapun. Tegar sekarang berada di Mapolsek. Dia bersaksi di sana sekarang dan harus mendampingi Mas Wisnu yang sekarang ini harus menjalani pemeriksaan. Mereka akan membongkar kasus ini sampai ke akarnya.” Hisyam tersenyum.
“Pak Hisyam.”
“Pak Ibrahim, ini semua berada di tanganmu. Bisa saja Pak Kades membuatmu terbebas dari penjara. Tapi, aku belum tentu bisa seperti itu. Aku ingin semua orang yang terlibat atas kematian anakku, harus mendapat hukuman setimpal. Aku pastikan, kau akan mendapat hukuman dariku. Aku juga akan pastikan, Mas Wisnu akan memberika hukuman bagimu atas penghinaan ini. Dia tidak akan tinggal diam, ayah yang dia sayangi dihina oleh anaknya sendiri.” Hisyam akhirnya pergi. Ibrahim terdiam dan mengingat semua yang pernah terjadi.
Terbayangb semua yang pernah terjadi saat panti asuhan itu terbakar. Dia sebenarnya juga ingin Mim bisa meregang nyawa saat itu. Tapi, semua itu gagal dan dia yang menyusun agar menyebar berita bohong yang diarahkan ke pihak keluarga besar panti asuhan itu.
Di polsek. Tegar selesai memberikan kesaksiannya dan menyerahka bukti baru atas kasus ini.