Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #126

Chapter #126

Mim terus mengerakkan kursi rodanya, tapi Lam di tengah perjalanan meminta dia untuk berhenti terlebih dahulu. Ada sesuatu yang akan lewat di hadapan mereka.

“Mim, sebentar.” Lam menghentikan adiknya. Dia melihat arah utara dan mengawasi sekitarnya. Melihat apa yang kakaknya lakukan, Mim sangat terheran.

“Kenapa, Kak?” tanya Mim.

“Mundur dulu. Ada yang mau lewat.” Lam menggerakkan kursi roda itu menuju belakang pohon.

Tidak lama, terlihat beberapa sosok makhluk tak kasat mata melewati jalan yang ada di hadapan mereka. Sosok aneh yang sepertinya pernah mereka temui sebelumnya.

“Mereka, ada di sini? Tapi, kenapa mereka ada di sekitar sini?” tanya Mim dan langsung menoleh pada kakaknya. Lam hanya terdiam dan mengikuti langkah mereka diam-diam. Mereka tidak ingin ada sesuatu yang tidak diinginkan.

“Mim, kita akan ikuti mereka diam-diam. Aku yakin, mereka punya maksud tersendiri berada di sekitar sini. Yang kau tau, mereka adalah bekas anak buah Broto.” Lam langsung mengarahkan kursi roda itu ke arah yang aman.

“Kak Lam, Broto sudah mati.”

“Broto memang sudah mati. Tapi bekas anak buahnya masih banyak yang berkeliaran. Aku takut kalo mereka sekarang menjadi abdi dari orang yang selama ini menjadi abdi setia Broto.”

“Maksudmu, seperti ayahnya Tegar?”

“Iya. Itu maksudku. Kau pasti bisa memahami maksudku.” Lam langsung mencoba mendorong kursi roda itu dan berjalan perlahan. Mim sama sekali tidak bersuara dan terus mengamati beberapa sosok yang menurutnya aneh.

“Kak Lam, itu sosok yang aling besar namanya Landhep getih kan?” tanya Mim.

“Iya. Kau tau?”

“Bukannya dia anak buahnya Ratu Kaligeni?”

“Aku kurang tau kalo masalah itu. Tapi, dia adalah makhluk yang kuat di antara sebangsanya. Kita gak bisa main-main kalo mau menghadapinya.” Lam yang banyak tau tentang makhluk seperti itu, hanya bisa menceritakannya dengan gamblang pada sang adik. Mim yang mendengar semua itu, tampak diam dan mencoba tetap tenang. Dia tidak pernah mau keberadaannya membuat ancaman.

“Kak, mereka ke rumah Pak Ibrahim.” Mim langsung memberi kode. Lam yang tau semua itu, hanya bisa mengamati mereka dari jauh.

“Mim, lebih baik kita menjauh saja. jangan sampai ada orang tau kalo kita ini sedang memantau. Aku yakin, mereka akan membuat onar di tempat ini. Sampai ada orang tau, kita bisa kena.” Lam langsung membantu adiknya menjauh. Mim hanya bisa diam dan tidak bisa berkutik. Mau tidak mau, memang mereka harus segera menjauh.

Mim hanya diam sepanjng jalan. Dia tidak tau apa yang akan dilakukan oleh para lelembut seperti Landhep Getih ke desa ini. Tanpa terasa, dia sampai di rumah Hisyam.

Hisyam yang melihat kedatangam Mim di tempat itu, tampak tersenyum dan mendekat. Dia sangat senang dengan keberadaan Lam dan Mim di tempat tinggalnya.

“Mim, Lam. Ada perlu apa?” tanya Hisyam.

Lihat selengkapnya