Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #129

Chapter #129

“Jadi, Sebentar lagi aku harus berbuat sesuatu untuk Hisyam. Aku harus bisa memastikan Hisyam bisa selamat dari ancaman orang-orang yang gak benar.” Kyai Rosyid tampak khawatir dengan apa yang akan terjadi ada Hisyam. Hisyam adalah orang baik, tapi hidupnya dipenuhi dengan oang yang sama sekali tidak menguntungkannya.

“Iya, Mas Rosyid. Aku minta tolong padamu. Aku takut jika Hisyam sampai kenapa-napa karena orang serakah yang mengincar benda itu. Kalo sampai mereka bisa mendapatkan benda itu, yang ada malah membahayakan keselamatan Lam dan Mim. Keluarga Lam dan Mim pasti akan menuntutku suatu saat nanti. Mereka pasti menuntutku, karena aku sudah gagal melaksanakan apa yang pernah aku janjikan.” Ratu Kaligeni hanya bisa menatap ruanga itu. Ruangan yang selama ini dia pakai untuk melangsungkan rapat dengan beberapa pejabat penting di keratonnya.

“Baiklah. Kalo begitu aku mohon undur diri. Aku harus menyiapkan semuanya. Aku harus mempersiapkan semua agar apa yang kita ingin capai bisa segera terwujud tanpa ada halangan apapun.” Kyai Rosyid tersenyum dan Ratu Kaligeni membantu mereka untuk kembali ke tempat asalnya.

Mereka akhirnya bisa kembali ke tepi sungai dengan selamat dan tidak kurang satu aapun. Suasana masih sama. Masih dengan suasana saat mereka berdua menuju keraton. Kyai Rosyid yang melihat ekspresi dari Yani hanya diam dan tersenyum.

“Mas Yani, aku tau apa yang membebani pikiranmu sekarang ini. Aku tau, kenapa kamu sampai terlihat bingung.” Yani hanya bisa diam saat mendengar apa yang lelaki itu katakan.

“Maaf, Kyai. Tapi, memang aku heran. Kenapa seakan waktu gak berubah sejak kita pergi ke keratn itu? Padahal kita berada di keraton kan juga lumayan lama.”

“Aku tadi sudah mengatakan, kita melewati dimensi yang berbeda. Semuanya juga berbeda, termasuk soal waktu. Jadi, aku minta tidak perlu bingung. Memang dunia kita dan dunia mreka ada beda.” Kyai Rosyid tampak tersenyum dan membuat Yani hanya bisa diam.

“Kau banyak tau tentang dunia mereka.”

“Tidak juga. Aku hanya tau sedikit tentang kehidupan bangsa mereka.” Kyai Roayid tersenyum dan mengajak Yani terus berjalan.

Di tengah perjalanan, mereka bertemu Umar dan Alif yang kebetulan baru saja pulang dari Musholla. Kedua lelaki itu langsung saja memberi salam saat menjumpai lelaki yang lebih tua dari mereka.

“Abi, ada perlu apa ke sini?” tanya Umar. Kyai Rosyid hanya bisa tersenyum dan mengajak mereka sekedar berbicang.

“Aku baru bertemu Ratu Kaligeni.” Kyai Rosyid menjawab apa yang anaknya tanyakan. Lelaki itu langsung saja duduk di sebuah kursi yang tidak jauhb dari tempatnya berdiri.

“Bertemu Ratu Kaligeni? Kapan?” tanya Umar yang terkejut dengan jawaban dari lelaki yang sekarang berada di hadapannya.

“Baru saja aku bertemu dengannya. Dia banyak bicara padaku dan meminta tolong tentang benda yang sekarang sedang Hisyam pegang. Banyak orang yang mengicar benda itu. Benda itu harusnya menjadi hak Lam dan Mim.” Kyai Rosyid menceritakan semuanya. Umar dan Alif yang mendengar semua itu hanya bisa diam dan entah harus berbuat apa.

“Maksud Kyai, kedua bocah itu dalam bahaya?” tanya Alif.

“Aku tidak bisa menyimpulkan demikian. Tapi, yang jelas sekarang ini aku mengkhawatirkan Hisyam. Ratu Kaligeni mengisyaratkan jika Hisyam sekarang sedang dalam bahaya.” Kyai Rosyid menatap Umar dengan tatapan basah. Dia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

“Pak Hisyam?” Umar hanya bisa diam setelah mengatakan itu. Dia juga tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya terkait lelaki itu.

“Kyai, tapi sepertinya Hisyam bisa melindungi dirinya sendiri. Aku yakin, Hisyam bisa melindungi dirinya sendiri dari segala macam ancaman yang akan dia terima.” Yani hanya bisa tersenyum.

Lihat selengkapnya