Di tempat lain.
“Jangan! Jangan lakukan itu!” teriak Wicaksono yan terus melangkah mundur. Dia melihat sosok yang seperti ingin membunuhnya.
Wicaksono yang malam ini terdiam di teras sel, tiba-tiba saja melihat sosok yang ingin mendekati dan membuat dirinya terluka. Sosok itu sepertinya ingi membuat Wicaksono mati.
“Mas, kenapa kamu? Kenapa kamu ketakutan seperti ini?” tanya tahanan yang lain yang mengetahui kondisi Wicaksono. Mereka terheran dengan apa yang terjadi pada lelaki yang berada satu sel denga mereka. Tiba-tiba saja, WIcaksono yang mereka ketahui tengah terdiam, menjerit dan menunjukkan ekspresi ketakutan.
“Tolong aku! Tolong, selamatkan aku dari sosok wanita itu! Tolong! Dia mau membunuhku.” Wicaksono mengatakan hal demikian kepada banyak orang, dan sukses membuat semua yang mendengar perkataan itu hanya bisa terdiam dan semakin kebingungan.
“Apa yang kau bicarakan? Tidak ada perempuan di sini. Semua yang berada di lapas ini adalah lelaki, termasuk para penjaga yang sekarang sedang bertugas.” Salah seorang diantara mereka, akhirnya menjawab. Hal itu membuat Wicaksono geram. Kenapa dia tidak memercayai perkataanya? Apa tidak ada seorangpun yang melihat wanita yang ada di hadapan nya?
“Apa kau tidak mempercayaiku? Apa kau tidak melihat ada wanita di ruangan ini?” tanya Wicaksono dan membuat semua orang hanya bisa semain terheran. “Dia sekarang tengah berada di ruangan kita. Dia sekarang berada di hadapan kita.”
“Ada apa dengannya? Kenapa dia sepertinya aneh? Sudah jelas, jika lapas yang kita tempati tidak ada wanita di saat seperti ini. Wanita yang bertugas, semua berada di dapur. Lalu, kenapa orang aneh ini bisa melihat wanita?” tanya salah seorang diantara mereka kepada yang lain.
“Aku dengar, kejahatannya sudah membuat hidup seorang wanita menderita. Bayangkan saja, dia berjudi, tapi malah menjadikan istrinya sebagai jaminan atas kekalahan nya. Apa gak gila itu orang? Gak sayang dia sama istri yang dia nikahi? Buat apa dia menikah kalo istrinya dipakai untuk jaminan atas kekalahannya? Kalo aku, ogah. Aku gak mau melakukan hal gila seperti itu, walaupun aku ini juga bukanlah orang yang benar.” Napi lain ikut berkomentar. Dia yang sejak awal tidak begitu senang dengan kehadiran Wicaksono, hanya bisa tersenyum melihat lelaki itu menderita. “Aku, adalah orang yang paling gak suka, melihat seorang lelaki yang suka menyiksa wanita, terutama jika dia adalah orang yang harusnya dia sayangi.”
“Apa itu benar? Kau tau semua itu darimana? Jangan sampai kau menyebarkan berita yang gak benar.” Salah seorang darin mereka langsung menanyakan apa yang baru mereka dengarkan. Mereka tidak bisa menyebarkan rumor yang sama sekali tidak bisa mereka buktikan.
“Halo, yang aku sampaikan ini bukan berita hoaks. Ini berita benar. Aku mendengarnya saat para penyidik melakukan pemeriksaan di kantor Lapas. Aku yang waktu itu baru saja dipanggil salah satu penjaga, tidak sengaja mendengar apa yang dibicarakan Wicaksono dan para penyidik. Kalian tau, aku mendengar semuanya dengan jelas. Jadi, aku pastikan semua yang aku katakan, bukan berita hoaks.” Semua orang yang mendengar apa yang dikatakan lelaki itu hanya bisa diam dan melihat Wicaksono menangis dan meminta ampun.
“Ternyata, dia penakut juga. Aku gak pernah menduga, dia yang badannya seperti itu, bisa takut sama makhluk yang tidak terlihat. Terus, buat apa dia membuat seorang wanta menangis, kalo dia sendiri sebenarnya juga seorang penakut? Memalukan.” Seorang yang lain akhirnya ikut mencibir.
“Sudah, kita istirahat saja. Ini sudah malam. Besok kalia harus bangun pagi dan lakukan kegiatan seperti biasa.” Salah seorang akhirnya mengatakan hal itu.
“Bagaimana bisa aku tidur? Dia saja berteriak dan membuat ruangan ini menggema.”
“Iya juga.” Seorang lelaki akhirnya mendekat dan meminta Wicaksono untuk diam. “Hei Wicaksono, kau ini bisa diam tidak sih? Hari sudah malam. Istirahatlah. Kalo kamu memang mau teriak-teriak, di luar sana! Jangan mengganggu teman-temanmu yang ada di sini.”
“Tolong, aku takut. Aku takut sekali sekarang.” Wicaksono hanya bisa terdiam di pojokan ruangan itu. Semua orang hanya bisa menahan tawa melihat tingkah anh seorang Wicaksono.