Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #135

Chapter #135

“Memang tidak melangar secara hukum, tapi melangar secara etika.” Wisnu menatap lelaki yang berada di hadapannya.

“Pak Wisnu.”

“Tegar, aku rasa Hisyam yang lebih layak untuk menduduki posisi itu. Dia pintar dan bebas dari segala macam tuntutan hukum. Tidak sepertiku yanb sekarang hrus berhgaapan denga hukum.”

“Pak Wisnu.” Tegar hanya bisa meneteskan air mata mendenga apa yang dikatakan Wisnu. Sepertinya, tidak mudah untuk meyakinkan lelaki yang ada di hadapannya untuk menerima apa ang seharusnya berhak dia terima.

“Tegar, aku percayakan semua ini pada kalian. Aku mohon izin, untuk pergi dan menjalani masa hukuman. Apapu putusan hakim nanti, tolong diterima! Terutama jika aku mendapat hukuma terberat.” Wisnu tersenyum.

Tegar hanya bisa diam dan melihat Wisnu menjauh. Da melangkahkan kaki ke luar Mapolsek dan menemui Hidayat.

“Tegar, semuanya baik kan? Bagaiana kondisi Paklek?” tanya Hidayat yang sangat penasaran.

“Maaf, Hidayat, aku tidak bisa berbuat apapun kali ini. Sepertinya Beliau memang ingi menjalani masa hukuman di dalam penjara. Aku sudah mengatakan apa yang Pak Kades inginkan, tapi sepertinya beliau tidak tertarik untuk menjalani hukuman di luar penjara, padahal Pak Kades punya alasan yang kuat, kenapa Beliau harus menjalani hukuman di luar penjara.” Tegar langsung terdiam setelah mengatakan semua itu.

“Gak apa-apa, Tegar. Aku tau bagaimana karakter Paklek. Dia memang begitu kalo sudah memberi keputusan, sulit untuk kita mengubahnya. Tapi, ini yang aku sukai dari beliau. Beliau tidak pernah ragu mengakui kesalahannya. Kalo dia salah, ya beliau akui kesalahan itu dengan ksatria.” Hidayat tampak sedih dan entah apa yang akan dirasakan oleh Wisnu beberapa tahun ke depan.

“Hidayat.”

“Kita kembali saja. Aku ingin bertemu Alif dan membahas masalah ini dengan yang lain.” Hidayat akhirnya pulang dan Tegar mau tidak mau harus megikuti apa yang Hidayat inginkan.

Sesampainya di desa, mereka langsung bertemu dengan Alif yang sekarang bersama Kades.

“Hidayat, Tegar. Kalian baru bertemu Pak Wisnu kan?” tanya Alif. Hidayat dan Tegar sama sekali tidak menunujukkan ekspresi bahagia. Alif yang melihat wajah kedua temannya itu hanya bisa terdiam dan terheran. “Kenapa kalian hanya diam? Ada apa ini?”

“Alif, aku memang berteu Pak Wisnu, tapi semuanya tidak seperti yang kita harapkan. Aku harap, kita yang memang membuat Pak Wisnu bisa menjalani hukuman di luar penjara.” Tegar langsung mengatakan itu dan membuat Alif hanya bisa terdiam.

“Kita tidak bisa membiarkan ini begitu saja, Lif. Paklek itu tidak bersalah. Dia tidak bisa disalahkan sepenuhnya dalam kasus ini.” Hidayat memohon dan Alif sangat mengerti.

“Hidayat, aku sangat mengerti apa yang kau pikirkan. Aku juga berpikir hal seperti itu. Jadi, kita akan pikirkan semua ini bareng-bareng. Kita akan pikirkan dan lakukan yang terbaik bagi desa kita.” Alif hanya bisa tersenyum.

“Berarti, Pak Wisnu tidak menerima hal yang kita tawarkan?” tanya Kepala Desa.

“Tidak, Pak Kades. Pak Wisnu tidak mau.” Tegar hanya bisa menjawab demikian. Kepala desa hanya bisa diam beberapa saat.

Lihat selengkapnya