Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #142

Chapter #142

“Baiklah, kalo kamu tidak mau membayar hutangmu dan melakukan seperti yang pernah Darti lakukan, maka aku pastikan, anak perempuanmu yang akan membayarnya. Suamimu juga aku paksa membayar semua hutangmu. Kalian semua menikmati aliran uang dari Wicaksono, jadi kalian juga harus membayar semua itu.” Lelaki itu menatap wanita yang dia pegangi tangannya dengan tatapan yang sangat tajam. Wanita yang bernama Armila itu sangat ketakutan dengan ancaman itu.

“Kumohon, jangan apa-apakan mereka! Jangan apa-apakan anak dan suamiku. Aku mohon!”

“Kalo kamu tidak ingin meerka kenapa-napa, kau harus mengikuti apa yang kami mau. Ikut kami dan lakukan apa yang pernah Darti lakukan untuk menebus hutang dari lelaki yang dia cintai. Kau harus menjual kehormatanmu kepada lelaki yang aku inginkan.” Lelaki itu tersenyum dan perempuan yang ada di hadapannya hanya bisa menangis.

“Aku tidak ingin menjual kehormatanku. Jangan paksa aku melakukan itu!”

“Kau pikir seorang wanita yang bernama Kasih juga mau seperti ini? Dia juga tidak mau. Terus apa kau pedui dengan jeritannya?”

“Jangan, Mas! Kumohon jangan lakukan ini.” Armilla menangis dan memohon. Rambutnya dijambak dengan cara yang sangat tidak manusiawi.

“Kasih tidak menikmati uang judinya Wicaksono, tapi dia harus mengorbankan kesuciannya dan masa depan anaknya. Dan kau yang menikmati hasil judi itu, tidak mau membayarnya?”

“Mas, aku akan membayarnya. Aku akan membayar semua hutang itu. Tapi, aku minta tolong, jangan apa-apakan kami! Jangan apa-apakan aku dan semua keluargaku!” pinta Armila dengan memohon.

Tidak berselag lama, seorang lelaki atang dan memohon agar wnita itu bisa dilepas. Lelaki yang tidak lain adalah suami Armila, datang dan langsung bersimpuh. Dia tidak ingin sang istri mengalami nasib yang sangat tidak manusiawi.

“Tolong! Jangan apa-apakan istriku! Aku yang bertangung jawab atas semua ini. Aku yang menerima uang dari Wicaksono. Aku yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada Kasih dan kedua anaknya. Kumohon, hukumlah aku!” pinta Lelaki itu.

“Kau, ingin menjadi pengganti atas apa yan hrusnya istri kamu jalani? Kau memang harus mendapatkn hukuman, karena uang hasil Wicaksono berjudi kamu nikmati. Tapi, aku idak bisa membiarkan perempuan ini hidup bebas. Kau tau kenapa? Karena dia mendukung Wicaksono menjual istrinya, yang tidak menikmati uang itu. Jadi, dia memiliki hutang untuk kesucian Kasih. Aku meminta, dia harus membayar kesucian Kasih, dengan kesuciannya. Itu adalah harga yang setimpal.” Lelaki itu tertawa dan membuat wanita itu ketakutan.

“Mas, kumohon jangan bawa pergi istriku! Ia tidak bersalah.” Suami rmila terus meminta. Tapi lelaki itu tidak menggubris.

“Tolong! Aku takut.” Wanita itu terus melihat Hisyam hanya bisa berharap. Dia berharap Hisyam bisa membebaskanya. Tapi, sepertinya Hisyam tidak bergeming. Dia meminta Tegar untuk pergi dari tempat itu bersamanya.

“Pak Hisyam.” Armila berhasil mencegah Hisyam dan Tegar pergi. Kedua lelaki itu terdiam dan menatap Armila yang memohon.

“Urusannya biar menjadi tanggung jawabnya. Urusanmu dengan mereka, bukan menjad tanggung jawabku. Jadi, aku mohon jangan libatkan aku dalam kasus ini.” Hisyam mendekati perempuan itu, dan Armila hanya bisa terus memohon. Dia tdak ingin menjadi seorng jalang.

“Mas Hisyam, kumohon, tolong aku!” pinta Armila. Tapi Hisyam tidak bisa mengabulkan semua itu. Dia msih ingat apa yang istrinya lakukan.

“Aku tiak bisa menolongmu. Aku sudah bersumpah, aku tidak akan menolong siapapun yang terlibat di balik penderitaan Kasih. Lesti sendiri aku ceraikan karena berada di nalik penderitaan Kasih dan kematian anakku. Kau, silahkan selesaikan masalahmu dengan lelaki itu! Mas, aku tidak akan pernah ikut campur urusan ini. Jadi, ini semua adalah kewenanganmu.” Hisyam langsung saja pergi.

Perempuan itu hanya bisa terdiam dan menatap Tegar. Tegar tidak bia berbuat apapun mengingat apa yang pernah dia janjikan pada Lam juga Mim.

“Tegar.”

Lihat selengkapnya