Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #144

Chapter #144

Armilla mencoba meraih anaknya. Dia ingin memasikan agar anaknya bisa selamat dan kondisinya aman.

“Nduk, sini, Nduk.” Armilla mencoba meraih tangan itu. Gadis itu hanya diam dan tidak ingin dekat dengan sang ibu. Apa yang baru saja dia ketahui tentang ibunya, sudah cukup membuatnya kecewa. Ibunya tidak pernah menghargai wanita, padahal dia sendiri juga seorang wanita.

“Aku tidak mau dekat denganmu. Aku tidak pernah mau dekat dengan orang yang sudah menghina perempuan. Perempuan yang menghina perepuan lain, adalah perempuan yang hina.” Apa yang dikatakan oleh anak Armila, membuat wanita itu hanya bisa diam dan meneteskan air mata.

“Nduk.”

“Cukup! Aku tidak mau mengakuimu sebagai Ibu. Kau sudah melibatkan aku dalam urusan yan sama sekali tidak aku ketahui. Kau, sudah memintaku untuk menjadi penebus atas hutang yang aku sendiri tidak mengetahuinya. Kau, perempuan yang licik.”

“Nduk, ibu munta maaf. Ibu tidak bermaksud utuk membuatmu menjadi seperti ini. Aku sama sekali tidak pernah mau membuatmu menjadi wanita jalang.” Armilla hanya bisa menangis. Anak itu mencoba melepas ikatan yang ada di tangannya. Dengan susah payah, dia melepas tali itu.

Plak!

Sebuah tamparan dilayangkan oleh gadis itu setelah berhasi melepas ikatan yang membuat dia tidak bebas. Semua orang tidak pernah menyangka, jika Gadis yang masih belia dengan berani memberikan tamparan pada ibunya sendiri.

“Dulu, Ibu menghina perempuan. Dulu Ibu dengan bangganya menghina seorang perempuan. Apa Ibu gak sadar, Ibu sendiri seorang perempuan dan anakmu juga seorang perempuan. Apa Ibu mau, aku kehilangan martabat dan kesucianku sebagai seorang wanita? Ibu mau aku menjadi jalang?” tanya anak Armila dengan nada amarah.

“Nduk, Ibu tidak pernah menginginkan itu.”

Tidak lama, tiga buah tamparan mendarat di pipi Armila. Anaknya kembali memberikan tamparan pada Armila sebagai bentuk kekecewaannya. Dia tidak pernah menyangka, jika demi harta, Ibunya bisa melakukan hal itu.

“Nduk, Ibu minta maaf.”

“Kalo Ibu mau aku menjadi wanita jalang, baiklah! Aku akan menurutinya. Aku akan menjadi wanita seperti apa yang kau inginkan. Saat ini juga, aku akan menuruti apa yang Ibu mau.” Gadis itu mencoba mendekati Darto. Armilla terus berteriak dan tidak pernah bisa ikhlas jika anaknya menjadi wanita murahan.

“Nduk, jangan! Jangan lakukan itu Nduk! Ibu minta tolong, jangan lakukan itu! Demi apapun, jangan lakukan itu! Ibu idak akan bisa melihat anak Ibu menjadi seorang wanita jalang.” Armilla hanya bisa menangis dan memohon agar anaknya berhenti.

“Lalu Ibu mau apa? Kalo Ibu tidak ingin aku menjadi wanita jalang, kenapa Ibu melakukan itu pada perempuan lain? Kenapa Ibu dengan bangga membua wanita lain terhina? Apakah itu adalah sebuah kebanggaan?”

“Nduk, Ibu minta maaf sama kamu. Ibu mohon, maafkan ibu atas apa yang terjadi di masa lalu Ibu. Ibu mohon sama kamu, jangan menyerahka dirimu pada lelaki itu. Dia tidak akan memperlakukanmu sebagai manusia.” Armilla hanya bisa menangis dan memohon. Dia tidak ingin meliha siapapun orang yang dia sayangi, menjadi seperti demikian.

Lihat selengkapnya