“Mas Tegar, kalo saya lihat dari bukti yang Sampeyan berikan, sepertinya mereka bisa dituntut pasal berlapis dan hukuman seumur hidup.” Tegar semakin sakit mendengar semua itu. Dia datang ke kantor kejaksaan, untuk memperberat hukuman yang orang tuanya akan jalani.
“Itu yang sebenarnya saya harapkan. Mereka harus dituntut dengan pasal berlapis. Saya akan memperjuangkan itu. Saya akan memperjuangkan hukuman bagi meraka.” Tegar hanya bisa tersenyum.
Tegar akhirnya pergi setelah dirasa semuanya selesai. Tegar terdiam di halama kantor kejaksaan. Dia melihat sekelilingnya. Banyak orang yang sedang mencari keadilan, untuk orang yang dia sayangi. Tegar hanya bisa menangis melihat semua itu. Orang di sekitarnya ingin mencari keadilan dan berharap hukuman orang yang melukai keluarganya bisa lebih maksimal dari yanb seharusnya, tapi semua itu tidak terjadi denga dirinya. Dia malah datang ke Gedung ini untuk mengharapkan hukuman untuk kedua orang tuanya menjadi lebih berat.
“Mas Tegar, Mas kenapa?” tanya Aning yang baru saja sampai di tempat itu. Melihat Tegar yang tengah menangis, Aning langsung mendekatinya.
“Aning, tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Tidak ada yang harus kita khawatirkan untuk sekarang ini. Semoga semuanya akan baik-baik saja.” Tegar meminta adiknya mengikuti langkahnya. Aning hanya bisa terheran dengan apa yang terjadi pada Tegar.
“Mas Tegar, kamu ini kenapa sih? Aku mendengar apa yang kau katakan barusan. Tapi, wajahmu tidak menunjukkan hal itu. Aku tau, Mas Tegar sedang sedih. Aku tau, Mas Tegar sekarang sedang tidak baik-baik saja.” Apa yang baru saja Aning katakan, membuat Tegar hanya bisa terdiam. Dia tidak ingin sampai adiknya tau apa yang sebenarnya terjadi dalam hatinya.
“Aku gak apa-apa. Tolong, jangan khawatir denganku. Aku sedang baik sekarang ini. Aku, tidak akan kenapa-napa.” Tegar akhirnya pergi. Aning hanya bisa terdiam, mendengar kakaknya yang entah kenapa. Aning sebenarnya tau, jika Tegar sedang tidak baik-baik saja. tapi, dia memilih diam dan tidak ingin membuat Tegar yang sedang tertekan secara mental, bisa meluapkan emosi padanya.
Tidak ada pilihan lain bagi Aning, selain mengikuti kemana kakaknya pergi. Mereka berjalan tanpa membicarakan apapun. Aning yang melihat perubahan dalam diri kakaknya, hanya bisa terdiam dan tidak berani menanyakan apapun.
Mereka terus berjalan, tapi Aning yang melihat keanehan pada Tegar, akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu.
“Mas, aku tau kok apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, aku tidak akan mau membuat kau menangis. Aku tidak pernah mau melihat kau menangis seperti tadi. Kau adalah kakakku dan aku tidak ingin ada sesuatu yang buruk terjadi padamu.” Aning langsung mengataka hal itu pada kakaknya dan membuat Tegar hanya bisa terdiam. Tegar terdiam selama beberapa saat dan menatap adiknya. Dia sangat tau persis, jika kedua adiknya sangat menyayanginya.
“Tidak semua masalah yang aku hadapi sekarang, harus kau ketahui. Aku rasa, apa yang terjadi padaku sejak pagi tadi, tidak perlu kau tau. Aku tidak mau sampai kalian kepikiran. Biarkan aku yang menyelesaikan semua ini dengan caraku sendiri.” Tegar hanya bisa memberikan senyum. Aning yang melihat senyuman itu, semakin yakin jika kakaknya ada sesuatu yang tidak bisa dihadapinya seorang diri.
“Mas Tegar, kau kenapa? Aku tau kalo Mas Tegar kenapa-napa. Tapi, kalo Mas Tegar keberatan menjawab pertanyaannku, ya tidak perlu dijawab. Aku hanya ingin memastikan kalo Mas Tegar sedang dalam kondisi baik, walau aku tau kalo Mas Tegar sekarang sedang tidak baik-baik saja.”
“Maaf Aning, aku tidak bisa menceritakan semua ini padamu. Aku tidak bisa bercerita tentang semua ini pada dirimu. Ini akan bisa aku atasi dengan caraku.” Aning hanya bisa terdiam dan melihar Tegar yang tiba-tiba menangis. Dia tau, jika kakaknya sekarang ini, sedang dalam dilema. Kasus yang menjerat kedua orang tuanya, sudah membuat dirinya berada dalam pilihan yang sulit.
“Kak Tegar, aku minta maaf. Aku tidak akan memaksamu untuk bercerita, jika kau memang tidak berkenan. Aku, sudah salah dan sudah membuat kau menangis. Tidak seharusnya aku membuat kau menangis seperti sekarang ini.” Aning hanya bisa mengatakan itu melihat air mata kakaknya keluar begitu saja.
“Aning, kau sama sekali tidak bersalah. Kau sama sekali tidak bersalah atas hal ini. Ini masalahku dan tidak seharusnya kau tau tentang semua ini. Sebelum kau datang ke kejaksaan, aku sudah ada sesuatu yang mengganggu, dan semua ini tidak ada hubungannya dengan apa yang baru saja kau katakan. Kau tidak perlu meminta maaf.” Tegar hanya bisa tersenyum. Aning hanya bisa diam dan tidak berani mengatakan apapun. Dia hanya menemani kakakna berjalan. Sepanjang perjalanan, tidak ada sepatah kata yang keluar.