“Tegar, apa yang kau janjikan padanya, adalah hal yang sama dengan yang aku janjikan pada kedua kakaknya. Kita akan berjuang bareng-bareng, untuk menepati janji ini pada mereka.” Hisyam tersenyum dan mendekati Tegar. “Tegar, aku tau kamu sekarang sedang down. Aku tau kamu sekarang sedang tidak baik-baik saja. Tapi, aku sangat yakin padamu, kalo kamu sekarang masih punya alasan kuat untuk tetap bertahan. Aku tau, kamu punya alasan kuat, untuk bisa tetap bertahan sampai saat ini, sama seperti aku yang punya alasan untuk tetap berjuang sampai saat ini.”
“Pak, bagaimanapun kedua adikku ini adalah penyemangat bagiku. Mereka adalah sesuatu yangg berharga dalam hidup ini.” Tegar tersenyum pada kedua adiknya.
“Syukurlah kalo itu jadi penyemangatmu. Aku berharap, kalian akan membantuku untuk menumpas kejahatan yang ada di desa kita. Aku rasa, desa ini masih ada orang yang punya andil dalam kematian Mbak Kasih. Aku ingin, mereka menyerahkan dirinya secara sukarela, atau ditangkap secara paksa.” Hisyam sangat berharap bantuan ketiga anak muda yang ada di hadapannya. Tegar hanya memberi kode pada kedua adiknya, untuk mau membantu Hisyam melakukan hal itu.
Tidak lama, terdengar suara roda yang membuat keempat orang itu langsung menoleh ke sumber suara. Mim datang seorang diri dan membawa bunga. Dia datang hanya bersama kursi rodanya. Hisyam yang melihat kehadira Mim, hanya tersenyum dan langsung mendekatinya.
“Mim, kau sedang apa, Le? Kenapa kamu sendirian?” tanya Hisyam.
“Pak Hisyam, baru ke makam adik?” tanya Mim yang penasaran dengan kehadiran Hisyam di tempat ini.
“Iya, Le. Aku baru ke makam Lingga. Aku baru berziarah dan membersihkan makam adik kamu.” Mim hanya diam setelah mendengar apa yang Hisyam katakan. Hisyam hanya menandangi wajah Mim dan mengusap rambutnya.
“Terima kasih sudah mau berkunjung ke makam Lingga dan merawat makam itu. Terima kasih sudah membiarkan makam Lingga tetap ada.”
“Kak Mim, tidak perlu berterima kasih untuk semua itu. Semua ini sudah jadi tugas kami. Lingga adalah keluarga kami, sama seperti kamu dan Kak Lam. Kalian sudah aku anggap sebagai keluargaku.” Tegar mengataka itu dan Mim hanya bisa diam setelah mendengar apa yang Tegar sampaikan. Mim hanya diam dan meneteskan air mata mengingat makam itu. Andai Lingga masih hidup, mungkin dia akan menjadi kekuatan dalam kehidupannya.
“Mim, kenapa kamu Le? Kenapa sepertinya kamu sedang tidak baik?” tanya Hisyam yang melihat wajah Mim yang tampak begitu murung.
“Andai Lingga masih hidup, mungkin dia menjadi kekuatan bagiku. Selama ini, aku dan Kak Lam selalu menguatkan. Kami saling memberi semangat untuk mencari keadilan bagi mendiang Ibu.” Mim tampak meneteskan air mata.
“Kak Mim, kita akan berjuang bareng untuk keadilan. Aku dan Pak Hisyam akan berjuang untuk keadilan bagu kalian.” Tegar hanya bisa memberi senyum pada Mim.
“Bagaimana dengan Ibu kami? Apakah Ibu akan mendapat keadilan seperti yang kalian perjuangkan untuk kami? Apakah kami, akan dapat keadilan seperti yang kalian janjikan?” tanya Mim dan membuat semua orang terdiam begitu saja.
“Kak Mim, semoga kehadiran itu bisa hadir untuk kalian. Kami sudah berusaha untuk memberikan keadilan bagi kalian. Kami, akan memerjuangkan itu untuk kalian.” Tegar tersenyum pada Mim.