BERTUALANG DI PESANTREN

Nun Urnoto
Chapter #2

PUTRI YANG PEMALU

Usai acara akad nikah, Lokananta yang beranjak gadis itu menjadi buah bibir seluruh keluarga besarnya. Ia dipuji karena eloknya mengalahkan rupa segala makhluk ditempat itu.

Bermacam-macam kalimat digaung, hingga ia tersipu serupa seorang putri raja yang pemalu. Ia sembunyikan wajahnya pada bidal jilbabnya yang menjuntai. Ia tak ingin jatuh oleh puja-puji yang mereka lantunkan.

 “Kenapa diurungkan masuk SMA?” tanya salah seorang sepupunya.

  Gadis itu hanya menunduk di hadapan semua saudara-saudara ibunya. Wajahnya tak kuasa diangkat, seperti ada makhluk halus yang menekan tengkuknya.

Ibunya lalu melontar jawab, mewakili anak gadisnya yang sudah menjelma menjadi putri raja yang pemalu, “Loka hendak memperdalam ilmu agama. Makanya, Loka lebih memilih masuk pesantren.”

“Pesantren? Memangnya, betah dikerangkeng di sana?” sambung saudara ibunya yang lain.

“Jika Lokananta betah, dan itu sudah menjadi tekadnya, kenapa tidak?” sambung saudaranya yang lain.

“Kira-kira apa yang mendorongmu masuk pesantren, Loka?” tanya budenya, yang lain.

Lokananta hanya diam mendengar pertanyaan budenya. Wajahnya masih bersemu merah, ketika perlahan ia mengangkat untuk sepatah kata jawab. Ia tak ingin mengecewakan saudara ibunya.

“Hanya mau memperdalam agama saja, ...,” jawabnya, dengan suara merendah.

“Bagus cita-citamu. Hanya saja, alumni pesantren banyak yang kurang layak diterima kerja di perusahaan-perusahaan besar. Nilai tawar pendidikannya kurang prospek.”

Lokananta diam sambil menyimak tutur budenya yang menguapkan gundah, karena protes atas keputusannya memilih pendidikan pesantren.

“Iya, betul. Pesantren hanya jurusan agama saja. Jika ada pendidikan skill yang—kelak ketika keluar pesantren—bisa diandalkan untuk menafkahi hidupnya, mungkin Andre Kumala sudah saya masukkan ke pesantren.”

Melihat Lokananta terpojok, ibunya datang membela. “Saya ngasih kebebasan pada anak-anak, supaya memilih pendidikan yang nyaman dalam hidupnya.”

Mendengar bundanya membela, Lokananta merasa tak sendirian. Ibunya menjadi pahlawan ketika yang lain menyerangnya.

“Loka sudah punya pacar?” Tanya yang lain.

Lihat selengkapnya