Alinea

Alsyahbani
Chapter #5

Bantuan yang Menyusahkan

Ciattttt...brukk..brukk..brukkk... 

Satu persatu keempat orang itu tumbang di kaki dika, dia terbang menendang sambil memutar badannya ke arah dua orang lawan sparingnya, setelah mendarat dengan lincahnya dia membalikkan badannya kemudian melakukan tendangan bertubi-tubi ke arah seorang lawan sparingnya yang lain, setelah ketiga lawannya terjatuh selanjutnya dia menendang lengan lawan ke empatnya hingga terjatuh dan melanjutkan dengan serangan tendangan cangkul yang mematikan. Dika adalah pemegang sabuk merah di organisasi taekwondo sekolahnya SMUN beringin jaya. Dika selalu rajin latihan tiap pulang sekolah, hari ini keempat teman kecilnya menyambangi tempatnya latihan.

“ wah... Hebat, empat orang langsung keok ” ucap Djo kepada June, Rhey dan Dimas.

“ tidak kayak lo, rajin amat bonyok ” sindir June kepada Dimas diiringi tawa mereka bertiga “ hahahaha.... ”.

sambil berjalan menuju tempat duduk teman-temannya, dika berkata kepada Dimas, ” lo digebukin lagi? ”.

“ iya...again ”jawab Rhey diiringi kembali tawa teman-temannya.

“ udahh.. Biar gue hadapin tuh orang-orang yang sok jagoan ” ucap dika dengan penuh berapi-api.

“ jadi lo pengen ke sekolah gue ngasih pelajaran ke mereka? ” tanya Dimas dengan perasaan senang.

“ nggak.. Lebih dari itu, gue akan lindungin lo selalu ” jawab dika masih dengan semangat berapi-api.

“ maksud lo? ” tanya Djo.

“ gue akan pindah kesana, ke sekolah Dimas ” jawab Dika sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

“ hahhh... ” mereka berempat heran.

“ ah lo becanda aja ” ucap Dimas tidak mempercayai ucapan dika. Mereka bertiga menganggap itu hanya lelucon saja.

“ah sudah ah... Cepetan ganti baju sono, kita ke basecamp..latihan dulu”ajak June. Mereka berempat kemudian berjalan bersama menuju ruang ganti menemani dika. 

“ehh... Lo nggak percaya sama gue?”ucap Dika meyakinkan keempat temannya. “ahh..sudah, nggak usah ngomong lagi jagoan..”jawab Rhey sambil mendorong dika masuk ke kamar ganti, sementara dika masih berusaha meyakinkan mereka, June malah menutup pintu kamar ganti dan berkata “ganti baju aja sono...”

“ehh...gue nggak bohong loh”teriak dika di dalam kamar ganti.

“iya serah lo aja...”jawab Djo sambil diiringi tawa June, Rhey, dan Dimas.

Seperti hari sebelumnya Dimas berangkat ke sekolah menggunakan motor dan seperti biasa dengan model rambut jatuh, pakaian rapih, jam tangan sporty yang mewah, dan kacamata yang membuat wajahnya semakin culun. Well..ini sangat berbeda ketika dia berada di atas panggung, kharismanya sungguh terpancar namun ketika hari-hari biasa kharisma itu seakan tertutup dari dirinya.

setelah jam pelajaran istirahat dirinya memutuskan untuk berdiam diri di kelas, dia menghindari ketiga siswa yang selalu mengganggunya. Dia terbenam dalam kegiatannya membaca buku dijam istirahat itu. Dimas senang membaca buku mulai dari fiksi ilmiah, novel genre komedi romantis, kepemimpinan, kewirausahaan, dan kisah-kisah inspiratif.

Di sela fokusnya, tiba-tiba seseorang mengangkat dagunya dan berkata “lo rupanya ada disini”.

Dengan wajah kaget Dimas berkata dengan terbata-bata “ii...ii...iiiya aa..aada..aa..apa...”.

“brengsek...ini yang dihindarin malah muncul disini, apesss dahh...”sambung Dimas dalam hati dengan dongkolnya. Ternyata orang itu adalah Adi bersama kedua temannya yang selalu mengekor kemanapun.

“hei... No.. No.. Laki-laki nggak boleh takut, kecuali pecundang” ucap Adi disertai tawa oleh kedua temannya.

“hei.. Gue butuh sesuatu” sambungnya.

“aaa..apa dhi?” jawab Dimas dengan nada takut.

“gue pengen makan ayam geprek” pinta adi, “tapi yang di jl. Cendrawasih sono, sekaranggggg” jelasnya dengan lebih spesifik.

“tapi itukan di luar sekolah, mana bisa keluar dhi” keluh Dimas.

“ heii..no..no..jangan bantah ataupun nolak gue ” ujar Adi sambil merapikan kerah baju Dimas.

Kemudian seseorang menjawab kata-kata Adi “ laki-laki kok manja, beli sendiri sono ”ucap seseorang berada di belang kursi Dimas, disela lipatan kedua tangannya dia membenamkan wajahnya sehingga hanya nampak bagian belakang kepalanya saja.

“hei.. Lo siapa berani-beraninya ngomong gitu”tanya rian sambil mendekat pada orang itu.

“lo cupu ya? Nggak tau kita?”sambung raga.

“berisik..gangguin orang tidur aja”jawab anak itu dengan santai.

Rian dan raga kemudian semakin marah dan menendang meja anak itu “bangun lo...”bentak rian.

Kemudian anak itu bangun dari tempatnya, wajahnya yang charming membuat mereka kaget. Dengan rambut spike dan baju yang tidak dikancing sehingga kaos hitam bermotif gitar yang dipakai didalam baju sekolahnya kelihatan.

Lihat selengkapnya