Alinea

Alsyahbani
Chapter #25

Rindu kok Gitu?

Dimas sedang duduk sendirian di taman rumah paman kak Sahar sambil memainkan gitarnya, dia menyanyikan lagu yang berjudul “when i see your smile”. Dimas selalu terhanyut setiap menyanyikan lagu tersebut apalagi jika dimainkan menggunakan gitar kesayangannya itu. Sementara itu, Alinea yang sedari tadi berdiri di depan pintu memperhatikannya, kemudian menghampirinya dengan wajah yang masam.

“mas..aku mau ngomong!”

“iya..duduk sini” Dimas menawarakannya duduk di kursi panjang yang didudukinya.

“nggak usah!aku berdiri aja”jawabnya dengan marah.

“ya udah..” Dimas mempersilahkannya berbicara.

“mas..kamu maunya apa sih?”

“mau nyanyi..”

“ihh..kamu ini” Alinea semakin marah, “maksudku bukannya kamu ngajakin aku kesini karena mau ngobrol? Kok malah cuekin aku dari sih?” protesnya.

“kan udah waktu lewat telepon.. Bukannya kamu yang minta aku ngomong lewat telepon aja? Jadi kan udah..kok kamu marah lagi sih?” jelasnya.

“ihh.. Kamu jahat, bilang rindu tapi malah cuekin aku” ucapnya sambil berpaling darinya dengan penuh amarah.

Dimas mengejar dan menarik tangan Alinea, dia mengajaknya ke belakang mobil yang terparkir di dekat Taman. Alinea menahan air matanya yang hendak jatuh, ditahannya dengan sekuat tenaga.

“kamu jangan marah Nea” sambil memegang tangannya.

“aku hanya pengen bilang itu memang, nggak ada yang lain.. Nggak ada kata-kata lain selain itu. Yang dipikiranku ya cuman itu..” sambungnya

“kalo kamu rindu napa kamu nggak samperin aku? Ngobrol kek atau apa kek?”

“sudah terobati kok”jawabnya sambil tersenyum.

“aku sudah liat kamu tertidur di sofa, sudah liat kamu tertawa bahagia, sudah liat wajahmu yang kusut karena kecapean, sudah liat kamu dengan rambut yang basah..mm...apa lagi yah? Banyaklah.. Pokoknya liatin kamu aja itu sudah lebih dari cukup”jelasnya.

“Kamu tau nggak sih kalo aku masih menunggu kamu semenjak pindah ke kendari? Tapi kamu nggak pernah hubungin aku, yang ada malah kamu marah-marah gara-gara telepon yang kamu kira dari aku itu”

“maafin aku Nea.. Aku takut kamu nggak mau ngomong lagi. Buktinya lo malah marah-marah aja pasti aku teleponin kamu.”

“gimana aku nggak marah, kamu nyudutin aku terus waktu itu. Kamu percaya aja kalo aku yang teleponin kamu waktu itu”

“iya Nea..aku dah tau, seniorku itu emang iseng. Aku nggak bisa mikir logis pas tau itu kamu. Kamu taulah kalo aku rindu sama kamu tiap hari. Kalo aku masih marah sama kamu itu artinya aku belum tau yang sebenarnya, sampai kapanpun itu aku pasti benci sama kamu. Dan meskipun telat tau, nggak apa, setidaknya aku pasti minta maaf”

“mana kutau mas.. Mana kamu nggak pernah teleponin aku”

“iya aku salah lagi Nea. Tapi mana berani aku telepon kamu, pas aku pamit aja kamu nggak mau ngomong-ngomong”

“Aku..aku mau ngomong waktu itu mas, tapi nih bibir nggak mampu ngomong malah mataku yang ngomong pake air mata”

“loh kok gitu?”

“aku sedih, air mataku nggak berhenti netes mas.. Aku bahkan ngejar kamu sampai ke rumah tapi kamu udah nggak ada mas”

“beneran? Kenapa nggak ke bandara? Temen-temen yang lain dateng, yang paling aku harapkan malah nggak dateng.”

Lihat selengkapnya