Keesokan harinya...
Dimas baru saja tiba di Bandara disambut hangat oleh Alinea yang ternyata sudah duluan berada di depan pintu keberangkatan. Alinea mengenakan jumpsuit berwarna cokelat, rambutnya diikat, dan seperti biasa..natural tanpa make up apa-apa, bibirnya merah tapi bukan karena menggunakan lipstik.
“Hei..sudah lama?”
“nggak juga mas..nggak selama nungguin kamu baik ke aku lagi” sindir Alinea dengan senyum kecut sambil memutar bola matanya.
“hehe..pake nyindir-nyindir segala” ucapnya sambil mengacak-acak rambut Alinea.
“ihh apaan sih.. Lama tau nyisirnya” gerutu Alinea sambil merapikan tatanan rambutnya kembali.
“kamu manis deh..bikin pangling aja” puji Dimas.
“ihh gombal”ucap Alinea yang tersenyum malu sambil mencubit perut Dimas
“addaww..”teriak Dimas
“biasa aja kali.. Ntar dikira aku nyiksa kamu lagi. Tuh orang pada liatin kita. Kamu sih” ucap Alinea sambil menyeret Dimas pindah dari tempatnya semula.
“hehe..”Dimas cengengesan dan meraih tangan Alinea, " tapi aku lebih suka rambut kamu yang panjang Nea.. Lebih manis kelihatan.”Ucap Dimas sambil memegang pipi Alinea
Alinea tersipu malu dengan perlakuan Dimas.
“mmm..jadi nyesel gue motongnya” ucap Alinea dalam hati.
Setelah berbincang beberapa lama, tibalah waktunya Dimas berangkat.
“Nea..aku berangkat yah” ucapnya sambil menggenggam tangan Alinea.
“hati-hati mas. Kabarin aku” jawabnya sambil menatap Dimas penuh cinta.
"Mmm.. Nea, kamu mau jadi istriku?"tanya Dimas yang membuat hati Alinea bergetar.
"Hah.. Jangan main-main deh Mas"ucapnya yang menganggap perkataan Dimas itu hanya sebuah candaan saja.
"Nggak..aku serius nih" ucapnya dengan penuh keyakinan.