"Lili, adiknya sudah lahir", ucap tante yang adalah adik perempuan ibu. Dengan ekspresi menggemaskan, Lilith masuk melihat adiknya yang dilahirkan di dalam kamar tidur rumah mereka. "adik wauw, adik wauw", ucap Lili memberi nama ke adiknya yang sudah diberi nama Abilka. Mikha dan Lili senang memiliki seorang adik laki-laki. Bagi Mikha, Abilka adalah adiknya yang kedua. Bagi Lilith, Abilka adalah adik laki-laki satu-satunya, sebab dia tidak lagi memiliki adik. Abilka terlahir di masa di mana kerusuhan perlahan mereda.
Hidup berjalan tanpa adanya kejanggalan, keanehan. Paling masalah finansial, atau masalah-masalah lain yang dianggap hal yang sudah biasa terjadi dalam hidup, terutama di kehidupan rumah tangga. Dan yang merasakan dampak serta menanggung dampak dari permasalahan adalah ayah dan ibu. Ayah bekerja, begitupun ibu juga bekerja. Keimanan dan kesetiaan ayah dan ibu yang sudah dilakukan sejak belum saling mengenal pun akhirnya diuji dalam rentang waktu yang dimulai saat Abilka lahir.
Kondisi Abilka saat lahir tidak mengkhawatirkan. Tidak ada yang salah dengan kondisinya. Secara fisik, tak bercacat. Terlahir sempurna seperti kedua kakaknya. Tidak ada perlakuan yang berbeda, sebab semua anak diperlakukan dengan semestinya, layaknya bayi yang baru lahir, tahap demi tahap, ada yang perlu berubah seiring dengan perkembangan dan perubahan sel-sel dalam tubuh. Secara medis, tidak ada yang menjadi masalah. Tanda-tanda yang menunjukkan perbedaan pun tidak ditunjukkan oleh Abilka. Saat Abilka lahir, kakaknya Mikha sudah menjadi siswa Sekolah Dasar (SD), Lilith belum bersekolah namun sudah bisa diajarkan membaca, menulis, dan berhitung oleh ibu.
Menginjak usia satu tahun satu bulan, Abilka bangun di pagi hari, dan langsung berlari-lari dari dalam rumah menuju teras rumah. Tanpa ada aba-aba berjalan, perlahan-lahan, tanpa adanya perasaan memastikan kakinya kuat, tidak goyang saat melangkah. Abilka tidak mempraktekannya. Namun anak usia satu tahun satu bulan, yang sebelumnya belum pernah latihan berjalan. Pemandangan yang membuat kaget, sebab tidak takut untuk jatuh. Peristiwa itu, membuat ayah dan ibu, dan orang sekitar yang mengenal, menganggap Abilka anak ajaib dibanding kakak-kakaknya.
Kalimat pertama yang diucapkan Abilka pun berbeda dari kakak-kakaknya. Ia tidak menyebutkan "ayah" atau "ibu" atau "papa, atau "mama". Kalimat pertama Abilka adalah dua nama anak tetangga. Yang satu berusia sama dengan Abilka, yang satu lebih tua setahun dengan Abilka. Lagi-lagi, tidak ada tanda-tanda keanehan. Saat usia dua tahun, Abilka menunjukkan perilaku yang "cukup" dewasa, dari usianya. Abilka teratur dalam menyimpan barang-barang yang dia mainkan. Setiap Abilka mau tidur, ia menyimpan barang mainannya, misal bola, mobil-mobilan, dan apapun itu, selalu ia simpan di tempat penyimpanan mainan. Dan itu Abilka lakukan, tanpa disuruh. Saat itupun Abilka belum lancar berbicara. Tapi dia sudah dapat memanggil nama kakaknya "Mikha", dan juga "Lili".
Abilka tidak hanya bermain mainannya di rumah, di usia dua tahun, dia sudah berjalan, dan bermain bersama anak-anak yang usianya di atas dia. Bahkan dia membawa barang mainannya dan bermain bersama dengan anak-anak yang bermain di lingkungan sekitar rumah. Perlahan-lahan Abilka menunjukkan perilaku yang tidak umum terjadi. Dan Abilka adalah kali pertama yang memiliki perilaku yang belum pernah dilihat oleh orang terdekat yang mengenal Abilka maupun mungkin yang tidak mengenal tapi melihat Abilka menunjukkan perilaku yang tidak umum atau tidak normal.
Abilka Berubah.
Abilka menunjukkan perubahannya di usia 3 tahun. Tidak hanya perubahan namun menunjukkan ketidakberkembangnya perilaku tidak seperti anak pada umumnya bahkan kakak-kakaknya saat seusia Abilka tidak berperilaku demikian. Abilka tidak menunjukkan perkembangannya dalam berbicara. Bukan hanya kosa katanya tidak bertambah, namun benar-benar tidak lagi mengucapkan kata yang pernah dia ucapkan. Hilang. Sosok Abilka yang perlahan-lahan menunjukkan perkembangannya, secara tiba-tiba terhenti. Keanehannya saat dia menginginkan suatu barang namun dia tidak ingin mengambilnya, namun menarik tangan orang terdekat, untuk mengambil barang yang dia inginkan, padahal barang itu ada di dekatnya dan pastinya dapat dijangkau oleh Abilka.
Perubahan Abilka menjadi suatu keanehan yang jarang dilihat oleh ayah dan ibu. Bahkan sudah banyak orang yang ibu layani sebagai pelayan keagamaan yang melayani orang sakit pun belum pernah didapati orang yang menunjukkan perilaku seperti Abilka. Abilka menjadi hal yang dihadirkan untuk "menguji" ketahanan iman keluarganya. Ibu sudah sangat sering melayani orang yang sakit dan pergi menyembuhkan diri mereka dengan melibatkan entitas lain. Namun dengan melibatkan kuasa Tuhan, orang-orang yang ibu layani perlahan bisa sembuh. Tapi, lain lagi dengan Abilka. Benar-benar Abilka adalah anak yang dihadirkan, dilahirkan, untuk menjadi sumber ujian iman.
Abilka Istimewa
Kondisi Abilka mengundang simpati, rasa belas kasih dari tetangga-tetangga sekitar. Mereka bahkan berusaha membantu dengan mencari tumbuhan yang bisa memicu agar Abilka dapat berbicara, tumbuhan itu disebut dengan "daun gatal". Tekstur daunnya yang seperti memiliki "gigi" dan bergerigi, saat terkena kulit, bisa terasa gatalnya. Tumbuhan ini, tumbuh besar seperti pohon. Dan salah satu tetangga, yang pernah menyaksikan dan menjadikan tumbuhan ini untuk menyembuhkan anak yang mengalami keterlambatan bicara. Mereka yang membantu mengambil daun gatal, optimis Abilka bisa berbicara, berdasar pengalaman orang lain. Nihil. Menaruh cabe di makanan dengan tujuan agar saat Abilka memakan makanan itu, ia langsung dapat berbicara, namun tidak membuahkan hasil. Abilka mengamuk karena dia tidak nyaman dengan rasa pedas yang baru pernah dia rasakan di lidahnya.