All About Him

Chika
Chapter #6

Revive

Sunshine, Alvina

Kali ini aku dibawa kemana. Aku harap mimpiku tidak membuatku semakin lelah. Kali ini aku dibawa ke pantai. Pantai yang sama.

Aku menginjak pasir. Ini posisi yang sama ketika Ibu berada di belakang dan berteriak agar aku menjauh tapi ombak menyapuku terlebih dahulu dan aku terbawa arus. Tidak. Aku tidak akan melalukan kesalahan yang sama. 

Aku menjauh dari pasir. Tiba-tiba ada yang memegang tanganku. Aku menengok. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat, ternyata itu Alga.

Aku bertanya, “Kenapa kau ada disini?” ia tidak menjawab.

Tapi penampilannya benar-benar berbeda dari Alga yang asli. Ia terlihat lebih ramah dengan pakaiannya yang terang. Ia memakai baju hawaii.

 Ia menyuruhku untuk mengikutinya tapi firasatku memaksa untuk melepaskan pegangan tangannya.

Aku mencoba untuk melepaskan pegangannya tapi ia mencengkramku dengan kuat sampai aku tidak bisa melawannya.

Aku menyerah. “Sekarang terserah kau saja. Aku tidak bisa melawanmu karena kau telah mengikatku," ucapku.

Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibirku. Seolah alam bawah sadarku mengetahui sesuatu yang tidak kekutahui.

Tak lama ibu muncul. Ia berteriak meminta tolong karena ia tenggelam.

Ia berteriak sekencang mungkin tapi laut membungkamnya. Tangan kanannya melambai kearahku. Aku harus menolongnya.

“Ibu," teriakku.

Aku menoleh kearah Alga. Ia tidak melepaskan pegangannya.

Aku melihat kearah Ibu. Tangannya sudah nyaris lenyap dari permukaan laut. Air mataku menetes. Aku melihatnya pergi begitu saja dan aku tidak bisa melakukan apapun selain menyaksikannya. 

Hatiku hancur dan aku tidak sanggup menerimanya. Aku menatap Alga. Ia hanya diam. Ini tidak adil. Aku berteriak dan membiarkan diriku mengamuk.

Melepaskan segala amarah yang sudah lama terbendung. Aku meronta-ronta sampai Alga akhirnya melepas tanganku.

Aku terjatuh di pasir dan aku tidak bisa mengontrol diri. Aku menangis dan berteriak histeris layaknya seorang anak kecil.

Suara ibu membangunkanku. “Vina bangun! Ini, Ibu."

Kudapati diriku masih berbaring di ranjang. Seluruh tubuhku dibanjiri oleh keringat dan rasanya seperti bangkit dari kubur.

Hal pertama yang kuinginkan adalah melihat ibu. Ia masih disini dan ia khawatir melihatku. “Kamu kenapa sampai berteriak memanggil Ibu?"

Aku menjawab, “Aku habis mimpi buruk." Tolong jangan tanyakan apa. Untung ia mengerti.

Sebelum ia pergi ia sempat menawariku untuk turun bersamanya tapi aku menolaknya.

Mimpi itu menguras energiku tapi karena waktu tidur yang cukup maka sekarang aku merasa lebih baik. Ada hal lain selain mimpi itu, yaitu Alga.

Sejak kapan aku memikirkan Alga sampai ia bisa masuk ke dalam mimpiku.

“Sekarang terserah kau saja. Aku tidak bisa melawanmu karena kau telah mengikatku." Apa maksudnya?

Kami hanya teman, tidak lebih dan untuk apa Alga mengikatku. Ini tidak masuk akal. 

Aku langsung mandi karena aku sudah basah kuyup. Aku menyalakan shower. Air mengalir dari kepalaku dan membasahi tubuhku.

Pikiranku terpusat pada Alga. Kenapa kau selalu menuai banyak pertanyaan di kepalaku, padahal kau bukan siapapun.

Aku keluar dari kamar mandi dan bersiap. Sekejap muka Alga muncul di pikiranku. Aku menggeleng. Aduh, kenapa tiba-tiba dia muncul?

Aku bergegas turun. Ketika aku menuju meja makan, ibu masih di dapur. Aku duduk dan makan. Baru saja aku menyendok makanan, pikiranku masih tertuju pada Alga.

Aku tidak bisa melupakan wajahnya di yang ada di dalam mimpiku tadi. Ia tersenyum ramah padaku.

Aku sangat malu karena telah memikirkan yang tidak-tidak. Tiba-tiba tanganku bergetar dan melepaskan sendok. Sendok itu pun terjatuh ke bajuku.

Sekarang seragamku yang terkena noda. Ibu melihatku, ia bergegas mengambil tissue dan mengelap bajuku.

Tapi aku menolaknya, “Engga usah, Bu. Aku bisa sendiri."

Aku mengambil tissue itu darinya dan membersihkan noda itu. Lalu aku menuju kamar mandi. Aku membuka keran air dan membasahi bajuku yang terkena noda.

Ini harus berhenti. Aku harus menjauhi Alga. Ia sumber kekacauanku tapi bagaimana dengan janjiku padanya. Jadi serba salah.

Aku keluar dari kamar mandi dan berangkat ke sekolah. Aku menuju pintu.

Ibu memanggilku, “Makanannya belum habis, Vina!”

Aku menoleh. “Aku tidak lapar."

Lihat selengkapnya