—Sunshine, Alvina
Aku bangun seolah ada alarm yang hidup di dalam perutku. Aku melihat jam, jam menunjukan pukul 06.00 pagi. Aku selalu bangun jam segitu, padahal tidak ada yang membangunkanku.
Aku heran dengan orang yang harus bangun menggunakan alarm. Tapi aku tidak bisa menyalahkan mereka karena ada banyak jenis orang di dunia ini dan setiap manusia berbeda-beda.
Aku langsung menuju kamar mandi lalu mengambil tas dan turun ke bawah. Ibu berada di dapur dan sebentar lagi ia akan berangkat.
Aku menuju dapur dan duduk di meja makan. Ibu memulai lagi, "Vina. Kamu ga bisa begini terus. Sejak kapan kamu jadi berani melawan Ibu? Dari dulu Ibu membesarkanmu dengan baik, kenapa sekarang jadi begini?”
Aku ingin menghindari percakapan jadi aku mencari kotak bekal dan membungkus sarapanku lalu berangkat ke sekolah. Sepanjang jalan aku kesal dengan ibu.
Dia tidak tahu apa yang kuinginkan karena tidak ada seorang pun di dunia ini bisa memberikannya padaku.
Sesampainya di sekolah aku langsung naik ke kelas tapi sebelum itu aku harus membereskan buku di loker.
Aku membuka loker. Tiba-tiba saja ada tsunami kertas menyembur dari dalam lokerku. Kertas berbentuk hati berserakan di lantai dan di dalam loker.
Tak lama Rashya membuka loker dan berteriak melihat isinya. Layla menghampiriku.
Ia bertanya, “Ada apa sih ini?”
Aku menyuruhnya, “Coba buka lokermu, La." Layla membukanya dan kaget melihat kertas berjatuhan.
Mike datang dan Layla langsung melaporkan kejadian ini padanya. “Mike, lihat ini!”
Mike langsung menuju loker kami dan kaget melihat loker kami bertiga.
Ia menggeleng. "Siapa yang ngelakuin ini?" Kami bertiga saling menatap satu sama lain.
Lalu Layla berkata, "Ya, mana tahu sih. Makanya kita bertiga nanya kamu."
Rashya menyela, “Kejam yang ngelakuin ini. Kasihan kan Mike harus kena marah."
Mike diam dan berpikir.Tak lama siswa lain mulai berdatangan. Ketika mereka ingin membuka loker, Mike mencegah mereka.
Ia bermaksud untuk menunggu sampai semua orang hadir dan menangkap pelakunya. Menurutnya, loker yang aman pasti adalah pelakunya.
Semua orang heboh karena ini merupakan kejadian aneh yang terjadi di kelas X IPA dua.
Mike mencoba menenangkan mereka agar tidak memancing perhatian kelas lain. Mereka semua berbincang menebak-nebak pelakunya bahkan mereka jadi saling menuduh. Ada yang mem-posting kejadian ini sehingga kelas lain jadi ikut-ikutan, salah satunya Layla.
Layla berkata, “Kejadian ini mengundang banyak followers. Mantap juga."
Kelas ramai karena ada banyak orang yang bergerombol. Pak Rudi langsung terjun ke lokasi dan membubarkan siswa lain yang bukan kelas X IPA dua.
Ia marah ketika melihat kejadian ini. “Siapa yang berbuat onar? Mike kasih tau ke Bapak kalau udah ketemu orangnya. Bilang hukumannya push up 1000 kali sambil makan sepuluh kerupuk dan bersihin lapangan."
Mike menjawab, “Iya, Pak."
Semua siswa kelas X IPA dua sudah datang kecuali Alga. Mike melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul 06.15 pagi.
Mike berkata, “Ok. Semua sudah berkumpul jadi saatnya buka." Semua orang langsung berbondong-bondong membuka loker mereka.
Semua kertas berjatuhan dari dalam loker dan berserakan di lantai. Kami semua kaget melihatnya.
Mike bertanya, ”Siapa yang belum datang?”
Ada yang menyaut, “Alga belum datang."
Mike berkata, “Kita lihat saja nanti." Nada bicaranya mengandung unsur dendam. Jelas ia dendam karena dia pernah ditonjok Alga.
Tak lama Alga datang. Semua orang diam menanti apa yang akan terjadi. Dengan cuek Alga menaruh tasnya dan mengikat ulang tali sepatunya.
Layla berbisik padaku, “Lama, pakai iklan segala. Udah tau penasaran!"
Ia lalu menaruh earphone-nya di dalam tas. Kemudian jongkok dan membuka loker. Kami semua menanti apa isinya, ternyata kertas berjatuhan dari dalam lokernya. Ia langsung bangkit berdiri dan menjauh.
Mike berkata, “Ok. Semua masuk ke kelas." Mereka berbisik, mereka bahkan mengira pelakunya adalah Alga.
Aku melihat kertas itu lagi. Kertas itu berwarna pink muda dan ada tulisan samar-samar berwarna merah.
Aku membacanya, “A+A."
Aku terkejut sampai aku menjatuhkan kertas itu. Tidak mungkin.
Aku masuk ke dalam kelas dan duduk. Mike berdiri dan berkata, “Kalian semua harus jujur. Siapa yang melakukan ini?”
Semua saling tatap menatap seolah saling curiga dengan teman masing-masing.
Mike menggeleng lalu ia menuju ruang guru. Kami semua mulai berbisik menyebarkan gossip. Bahkan Layla asyik menjawab comment di IG.
Aku hanya diam. Masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Hampir setengah jam Mike berada di ruang guru. Ia datang dengan wajah yang masam. Sudah pasti ia dimarahi habis-habisan.
Ia merapihkan rambutnya dan berdiri di depan. “Hari ini tidak ada tugas tapi bagi yang nilainya kurang harap ke ruang guru sekarang supaya bisa dapat nilai tambahan. Bagi yang di kelas hari ini kita akan bermain game."
Alga dan dua orang lainnya pergi ke ruang guru karena masalah nilai. Sisanya bersama Mike di kelas.
Mike melanjutkan, “Game-nya sederhana ga ribet dan udah klasik. Pasti semua orang tahu. Kita bakalan main game Truth or Dare."
Ada yang mengeluh karena takut rahasianya dibongkar. Ia lanjut berkata, “Jadi ini bergiliran mulai dari meja depan sampai meja terakhir. Salah satu dari kalian pilih Truth atau Dare dan kita langsung lakuin sekarang. Mumpung udah mau libur jadi ya kita have fun aja. Supaya kalian engga saling musuh atau neror satu sama lain."
Aku juga penasaran tapi aku tidak akan mengaku disini.
Mike berkata, “Ok. Karena aku di depan jadi aku duluan. Aku pilih truth. Oh ya, satu hal. Terserah kalian mau nanya apa tapi yang duluan angkat tangan, ya."
Rashya langsung angkat tangan dan berkata, “Kamu suka sama?”Jantungku berdebar bukan main.
Mike tersenyum dan menjawab, “Aku suka main basket. Oh ya, kalian nanya harus spesifik ya jadi yang jawab engga bingung."
Rashya cemberut tapi perkataan Mike benar. Giliran Rashya. Mike bertanya, “Hobi kamu apa?”
Rashya menjawab, “Hobi godain kamu."
Semua orang langsung berkata, “Ciee ... ada yang jadi King and Queen prom, nih."
Setelah itu giliran teman-teman Rashya. Pertanyaan untuk mereka hanya seputar hobi, kesukaan, kebiasaan, status, dll.