All about me

Rifana Aurevia
Chapter #1

Chapter 1 : Luka Audrey

Audrey menghembuskan nafasnya berat sambil terus membereskan baju bajunya yang harus ia pisahkan untuk diberikan ke Rumah Singgah, pekan depan. Berkali-kali ia berdecak kesal saat Riki, sahabat kecilnya yang kini membantunya membereskan pakaian lamanya melempar pakaian-pakaiannya dari lemari tua disampingnya.

"Lo bisa gak sih, jangan lempar-lempar baju ke arah gue, taro aja pelan-pelan disinii ! "Pinta Audrey mengoceh pada Riki untuk yang kesekian kalinya.

Riki tak menggubris ocehan Audrey, ia terus melanjutkan tugasnya. Mengeluarkan semua baju-baju Audrey dari lemari tua dihadapannya. Sudah lebih dari Satu jam , Riki duduk didepan lemari dan membantu Audrey sibuk membereskan bajunya.

"Lagian kenapa gak Bik Emoh aja sih, yang pisahin baju gue...." Gerutu Audrey yang sudah mual melihat tumpukan pakaian di kamarnya.

Riki menilik ke arah Audrey, "Yang punya baju kan elo, lagian dari zaman kita SMP, ngasih baju elo ke Rumah Singgah itu cuman wacana doang, drey." Timpal Riki yang sejujurnya sudah lelah menemani sahabatnya.

Audrey menatap sinis Riki yang tampak mengoceh untuknya, "Ya gue kan sibuk Rik, Lo juga selalu ga ada waktukan buat bantuin gue, dari dulu omdo mau beresin ini semua! " cetusnya menunjuk-nunjuk tumpukan pakaian dihadapannya.

"Gue mah gimana elonya aja, baju-baju elo.... Siapa yang repott"

"Ih ! Jadi Lo gak ikhlas bantuin gue dari tadi ?! " Oceh Audrey merasa tersinggung.

Riki menghela nafasnya frustasi, "Bukan gitu drey... Maksud gue tuh kalo udah kayak gin-"

"Lo mah alesan Mulu, kemarin aja gue bantuin Lo beresin busur dan tektek bengeknya yang udah pada lapuk itu, gak ada tuh gue ngeluh-ngeluh ! " Seru Audrey memotong ucapan Riki, mengingat betapa lelahnya Audrey membantu Riki dua Minggu yang lalu.

"Yaelah drey, itu mah cuman berap-"

" TIGA JAM! Tiga jam gue berdiam diri di gudang rumah Lo ! TIGA JAM, RIK! ".Potong Audrey lagi dengan tangannya yang menunjukkan angka lima di kelima jarinya.

"Oh jadi elo perhitungan sama gu-"

"WAJAR GUE PERHITUNGAN, KELVINA RIKIIIIIII! " Sewotnya mendelik geram.

Riki mengusap wajahnya kasar, ia siap diserang ocehan Audrey dengan beribu pembelaan dari mulutnya.

'Definisi cewek gak perna- eh bukan gak pernah, tapi gak mau salah! Semoga adik gue gak cewek deh . Ameen' . Batin Riki didalam hatinya.

Riki menatap datar Audrey yang sedang mengoceh di hadapannya, ini adalah pemandangan biasa yang dirasakan seorang Kelvina Riki selama bertahun-tahun menjadi sahabat seorang Audrey Jasyline. Riki sudah sangat faham karakter Audrey, yang tidak pernah mau mengalah dan sangat banyak bicara saat bersama orang yang sudah ia kenal lama.

Terlebih orang itu adalah Riki, sahabat kecilnya yang selalu tak pernah mau kalah di setiap keadaan.

Riki masih mendengarkan ocehan yang keluar dari mulut Audrey dengan wajah dinginnya.

Matanya melihat setiap gerakan Audrey yang sibuk protes sambil terus memisah-misahkan baju-bajunya dari kardus satu ke kardus yang lainnya. Sekarang mau tak mau yang harus Riki lakukan adalah menyerah, dibanding telinganya pecah karna suara Audrey yang berisik dengan keadaan yang ia alami detik ini.

"Yaudah oke-okeeee, i'm lose !, forgive me! "Ucap Riki pasrah sambil mengulurkan tangannya .

Audrey tersenyum puas,sebelum akhirnya menerima uluran tangan Riki dan berjabat dengannya, entahlah ia hanya merasa senang ketika ocehannya berhasil mengalahkan Riki.

"Astaga Audrey!! Dari pulang sekolah sampai sekarang belum selesai juga?! "

Teriak Violin, kakak kandung Audrey yang berdiri sambil berkacak pinggang di ambang pintu kamar Adiknya.

"Lebay ih kak, gak dari pulang sekolah juga kaliii, ya kan Rik? " Ucap Audrey tak mau kalah, dan dibalas dengan anggukan Riki.

Violin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, ia lalu duduk di tepi kasur Audrey dan melepas ikatan rambutnya. Tangannya terulur untuk mengambil salah satu baju dari tumpukan pakaian dihadapannya, tapi niatnya terurung ketika tangan Audrey mendorong tangannya pelan menjauh dari tumpukan pakaian yang membuat Audrey kini nyaris muntah.

"Gapapa kak, biar aku aja, udah mending kakak lanjutin ngomel aja. Lagian kakak gak tau baju mana yang aku masih pake dan enggak." Cegahnya

Violin mengangguk setuju, mengingat besok adalah hari Minggu dan Audrey tidak bersekolah, jadi membiarkan adik bungsunya berkelana hari ini adalah waktu yang tepat. Biasanya Violin tidak pernah sekalipun membiarkan Audrey mengerjakan apa-apa sendirian. Hal itu tidak akan pernah terjadi semenjak kepergian Mamah dan Papah dikeluarga kecil ini, yang hanya menyisakan Audrey, Violin dan Athar,anak sulung yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga yang nyaris runtuh hampir setahun.

"Kak! , yeeee bengong dia drey,kehabisan kata-kata tuhh" ucap Riki membuyarkan lamunan Violin.

Violin terkekeh kecil, "Sory-sory.. lagi mikirin sesuatu" balasnya sambil menguncir rambutnya yang panjang.

Audrey melirik ke arah Violin, ia tahu Violin selalu seperti itu, 'kebanyakan bengong ' . Kalau kata Athar, abang Audrey. Audrey sendiri tak tahu kenapa Violin sering melamun akhir-akhir ini.

"Abang lembur kak?" Tanya Audrey mencairkan suasana.

Violin mengangguk. "Iya, katanya banyak yang harus dikerjain, jadinya dia lembur deh biar besok bisa istirahat seharian".Balas Violin sambil menidurkan badannya di kasur Audrey.

Drey, sadar drey..... ayo bangun kita kerumah sakit sekarang" panggil Riki menyadarkan Audrey yang terduduk lemas ketika mendengar kabar kepulangan Mamah dan Papah saat jam makan siang selesai.

Audrey menggelengkan kepalanya kuat-kuat,matanya sudah memanas, menahan genangan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya."gak mung...gak mungkin... , Mamah sama Papah...... nggak mungkin ,Rik....." Lirihnya menatap kosong lantai koridor yang ia duduki.

Riki menarik nafasnya dalam-dalam, sebelum akhirnya ia menarik Audrey kepelukannya dan tangisan Audrey pecah sejadi-jadinya. Riki mengusap-usap punggung Audrey yang bergetar. Ia bisa merasakan hati Audrey tersayat-sayat kali ini. Hatinya semakin hancur,ketika menyadari Audrey yang tak bersuara dan tak lagi menangis. Audrey tak sadarkan diri, ia pingsan didalam dekapan Riki membuat Riki panik tak karuan dan berteriak meminta pertolongan di koridor sekolah yang sudah sepi.

"Drey !! " Seru Riki menepuk bahu Audrey dan membuat Audrey sedikit terkejut.

"Eh, kenapa-kenapa? " Spontan Audrey menatap Riki dan Violin bergantian.

"Et dah, ni keluarga jadi punya hobi baru kalo gue fikir-fikir" gerutu Riki menutup pintu lemari Audrey dan berjalan ke arah kasur Audrey lalu duduk ditepi kasurnya,membuat Violin terpaksa harus menggeser tubuhnya sedikit ke tengah kasur Audrey.

"Hobi apaan? " Tanya Audrey dan Violin nyaris bersamaan.

"Bengong" ucap Riki sambil menirukan gaya orang sedang melamun.

"Gaje Lo! " Balas Audrey melempar salah satu baju dari tumpukan pakaian miliknya dan berhasil mengenai wajah wajah datar Riki. Lain dengan Violin yang hanya tertawa lalu kembali menatap langit-langit kamar Audrey.

"Ih baju ini kan,yang dulu lo dulu suka ngelap ingus disini" celetuk Riki menjembrengkan baju Audrey saat berumur 5 tahun yang ia pegang dan menunujuk pada bagian lengan bajunya yang panjang, bagian yang Audrey menggunakannya untuk membersihkan ingusnya saat pilek.

Audrey hanya mendengus kesal 'bisa-bisanya dia inget' . Batin Audrey malas

"Tempatnya strategis ya, drey?" Tanya Riki sambil menyungghingkan senyum usilnya." "maksudnya?' Tanya Audrey balik yang tak mengerti maksud ucapan Riki.

"Iya, strategis buat ngelap ingus lo, iiihhhhh.... Audrey jorokk." timpal Riki memasang wajah jijik dan melempar balik baju yang ia pegang ke arah wajah Audrey. "What the heck!, apasih lo!." teriaknya setelah wajahnya terkena baju yang Riki lempar. Riki menirukan wajahnya layaknya wajah seekor monyet di hadapan Audrey.

Audrey mengkerutkan dahinya "Stresss"Cetusnya menahan tawanya. Riki yang melihat Audrey menahan tawanya, tak ia biarkan itu terjadi.

Tangannya digerakkan menggaruk-garuk kepalanya dan badannya layaknya tingkah monyet seperti biasa.

Tak bisa lagi ia tahan, tawa Audrey pecah begitu saja. Kalo ini memang benar-benar lucu baginya.

Wajah Riki sangat aneh saat ini,ingin rasanya ia memotret dan memposting foto-fotonya di laman Instagramnya. Riki memang seperti itu, rasa-rasanya ia tidak pernah melewatkan hatinya tanpa membuat Audrey tertawa. Dan itu sudah seperti kebiasaan yang tak lepas darinya.

Atlet panahan itu juga tidak pernah membiarkan Audrey terluka segorespun dan menangis setetespun. Ia menganggap Audrey seperti saudaranya sendiri.walau jika dilihat memang mereka seperti anak kembar dengan wajah yang hampir mirip. Audrey dengan wajah cantiknya dan rambutnya yang hitam legam serta panjang dan sedikit bervolume, sedangkan Riki dengan wajah yang tampan tapi selalu tertutupi oleh ekspresi wajahnya yang dingin dan rambut hitam legamnya dengan model curtain haircut.

Terlebih lagi dimana ada Audrey disitu ada Riki, sampai-sampai sempat tersebar rumor disekolah bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih. Tapi rumor itu dinyatakan hoaks , saat Audrey menerima ajakan pacaran dari seorang siswa populer sekaligus seniornya.

Evan Jordian, siswa kelas XII IPS-A. Senior Audrey ini berhasil membobol dinding hati Audrey yang sempat Audrey bangun susah payah karna luka 2 tahun yang lalu. "Kasian Abang, pasti capek banget" gumamnya kecil, tapi masih terdengar di telinga Violin.

☀️☀️☀️

✉️ Kak Evan 🤍

* Hi babe....,how's your day?

* Maaf aku baru sempet kabarin kamu...Today, its so fucking tired :(

* I absolutely need you 🙃


Audrey tak bisa menahan lengkungan dibibirnya, jantungnya berdegup dua kali lipat. Selalu seperti ini, pesan dari Evan berhasil menghilangkan penat ditubuh Audrey. Pukul 09:35, Audrey baru saja memanjakan tubuhnya dikasur dan ia berniat untuk menghabiskan hari minggunya bermalas-malasan di kamarnya setelah ibadah di gereja pagi hari tadi. Tapi niatnya sedikit tertunda saat dia harus membalas pesan yang baru ia baca dari pacarnya.


Kak Evan 🤍

* Hi babe....

How's your day?

* Maaf aku baru sempet kabarin kamu...

Today, its so fucking tired :(

* I absolutely need you 🙃

Audrey tak bisa menahan lengkungan dibibirnya, jantungnya berdegup dua kali lipat. Selalu seperti ini, pesan dari Evan berhasil menghilangkan penat ditubuh Audrey. Pukul 09:35, Audrey baru saja memanjakan tubuhnya dikasur dan ia berniat untuk menghabiskan hari minggunya bermalas-malasan di kamarnya setelah ibadah di gereja pagi hari tadi. Tapi niatnya sedikit tertunda saat dia harus membalas pesan yang baru ia baca dari pacarnya.

Audrey ✉️

Nothing special kak ...*

Its okayy, i'm here 😃 *


Audrey terkekeh geli saat membaca ulang balasan WhatsApp yang ia kirimkan kepada Evan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, aneh rasanya ia bersikap manis seperti ini untuk yang pertama kalinya.

✉️ Kak Evan 🤍

* Sound's well?

* Huhuu, cry-cry aja lah 😭

Audrey ✉️

What's going on?? *

Kakak kenapa, sinii ceritaa sama akuuu 🤗*


✉️ Kak Evan 🤍

* Gak papa drey, capek doang nih,

Padahal masih jam segini 😵‍💫

* Maunya ketemu kamuuu 😆


Audrey ✉️

Kalo capek istirahat lagiii dongg 😮‍💨 *

Bukan ketemu akuu, nanti malah * makin capek tau!!


✉️ Kak Evan 🤍

* Naurrr, i need charge my self 🥲

* Aku boleh kerumah kamu?

Atau kita ketemuan gitu drey 😁

* If you want...


Audrey terdiam, sejujurnya hari Minggu adalah hari dimana Audrey harus memanjakan tubuhnya bermalas-malasan. Hampir semua ajakan main dari teman-temannya ia tolak beberapa Minggu ini. Ia sendiri tak tahu mengapa hari Minggu menjadi hari yang paling ia nanti-nantikan di hari-hari ia sekolah, tapi bukankah itu wajar?

Audrey menggelengkan kepalanya cepat, dan tanpa berfikir panjang, ia harus menerima ajakan 'main' yang satu ini .

'C'mon drey, its your butterfly era, just enjoying this moment!' batin Audrey sambil mengetikkan jarinya di layar ponsel miliknya.


Audrey ✉️

Okeyy, kita ketemu ajaa 😃 *

Di mall or whatever, except my home🙅🏻‍♀️ *


✉️ Kak Evan 🤍

* Sure! Why not ?

Yesssss 😄

* Aku jemput kamu ya, drey.


Audrey ✉️

Yuppp! *

Gausah kak, aku naik ojol aja *

Nanti yang ada kalo jemput aku,

Kaka disuruh mampir dulu kerumah sama Abang, ribet!


✉️ Kak Evan 🤍

* Hmmm, yaudah deh

Aku ikut gimana kamunya aja

* Kita ke cafe deket sekolah aja, gimana? aku tunggu kamu yahh, santai aja 🤗

* Tidaaakk usaaahh buru-buru, ya drey

TTDJ ! (Huhh tak sabar ketemu kamu)


Audrey ✉️

Sound's good 😉 *

Okeyyy,mciwww kakk *

Aku siap-siap dulu yahh

See you kak :)

✉️ Kak Evan 🤍

* See you, Audrey

* Love you ❤️


.☀️☀️☀️.

" Beeww!!, headshot bruh! " Seru Aldo berteriak didepan wajah Riki dan menjulurkan lidahnya setelah berhasil mengalahkan Riki di Game PS-nya.

Riki berdecak. " No way, shitt! " Umpatnya kesal dikalahkan oleh Aldo untuk yang pertama kalinya.

Aldo tertawa melihat ekspresi kesal dari wajah Riki disampingnya. "Lagi gak nih?" Goda Aldo pada Riki yang hanya dibalas gelengan kepala.

"Jadi latihan gak nih?, dari tadi main game mulu lo" omel Aldi, saudara kembar Aldo yang dari tadi hanya berdiam diri dan duduk di samping Riki, lelah menonton Riki yang sejak tadi tak teralihkan dari game di PS.

" Gak ah, mager jadinya gue " balas Riki meletakkan stick PS milik Aldo di atas meja ruang tamu.

" Iyalah mager, kan udah ketemu anak males juga" ucap Aldi sedikit kesal sambil melirik ke Aldo.

"Shut up! " Timpal Aldo menatap sinis adik kembarnya.

1 bulan lagi akan diadakan lomba memanah antar sekolah tingkat SMA. Dan sekolah Bina Garuda adalah tuan rumah turnamen kali ini, sekolah tempat Riki dan teman temannya belajar. Dan pastinya, sebagai salah satu siswa atlet panahan, Riki ikut serta dalam perlombaan bulan depan. Diikuti Aldi yang juga ikut ekskul memanah di sekolah seperti Riki disampingnya.

Dan pagi ini, Riki datang kerumah Aldo dan Aldi setelah ibadah di gereja, niat ingin mengajak Aldi latihan memanah bersama di halaman belakang rumahnya. Riki malah terbawa arus saat Aldo memamerkan PS barunya dan mengajaknya bermain Game bersama. Alhasil jadilah Riki yang sekarang. Malas untuk latihan karna sudah nyaman diposisinya. Padahal pertandingan sudah didepan mata.

"Haus gue, masa minuman tamu jauh dibiarin kosong lagi sih" sindir Riki mengetuk-ngetukkan jarinya di gelas yang sudah kosong diminumnya sejak tadi.

Aldo memutarkan kedua bola matanya.

Lihat selengkapnya