All About Time

Choco_lava_
Chapter #1

Pertama

Keadaan salah satu restoran di kota Bandung sangatlah ramai. Para pelayan sedang berjalan kesana kemari sambil membawa nampan yang berisikan piring kotor dan juga piring yang berisikan makanan. Mereka terlihat sangat kewalahan. Sudah hampir enam jam mereka bekerja tanpa henti. Belum lagi, saat ini waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Waktunya makan siang.

Embun Fredella Jovanka, salah satu pegawai di restoran tersebut. Sedari pagi gadis tersebut terus saja bekerja tanpa henti. Sama seperti yang lainnya. Namun, Embun sedikit berbeda. Gadis itu masih saja menampilkan senyum manisnya. Bahkan wajahnya sama sekali tidak terlihat lelah.

"De, habis ini antar pesanan ke meja nomor tiga puluh delapan ya!" Perintah Jihan, senior Embun.

"Siap Kak!" Embun segera menaruh nampan berisikan tumpukan mangkuk dan mengambil nampan lainnya yang sudah berisikan makanan yang bisa dibilang cukup mewah.

Embun segera melangkahkan kakinya menuju meja yang dimaksud. "Permisi, Salmon steak with william potatoes nya. Maaf menunggu lama." Embun tersenyum manis kepada pelanggan tersebut.

Kemudian ia melanjutkan langkahnya saat melihat ada pelanggan yang melambaikan tangannya. "Tolong bill nya ya." Kata pelanggan tersebut.

Embun segera meminta bill untuk meja nomor empat puluh delapan dan menyerahkannya kepada pelanggan tersebut.

Pukul lima sore Embun selesai bekerja. Sebenarnya jam kerja selesai pukul delapan, namun Embun meminta izin kepada atasannya untuk mengurangi jam kerjanya karena ia harus pergi kuliah.

"Kak, aku duluan ya." Pamit Embun kepada Jihan yang dibalas anggukan oleh Jihan.

"Jangan lupa gua nitip telur gulung."

Embun mengacungkan kedua jempolnya, "kalau abangnya jualan ya."

Jihan tertawa kecil dan mengangguk. Kemudian ia melambaikan tangannya sebelum Embun menghilang.

Sebelum benar - benar meninggalkan restoran, Embun berpamitan kepada semua pekerja di restoran tersebut. Kebiasaanya dari awal masuk kerja, tidak bisa dihilangkan.

Selesai berpamitan, ia segera pergi ke apartemennya untuk melakukan ritual sebelum pergi ke kampus. Mandi, membereskan apartemen, dan belajar.

"Ya ampun! Aku lupa hari ini ada janji sama Pak Danu. Aduh, gaimana nih?" Embun seketika menjadi panik saat melihat buku Fisiologi yang tergeletak manis di atas meja belajarnya.

Sungguh kebiasaan seorang Embun. Melupakan janji bersama para dosen. Bahkan bukan hanya dosen, tapi juga teman kampusnya! Ia melupakan semua janji hari ini.

Kesal karena penyakit pikunnya kembali, Embun segera bergerak secepat kilat. Bahkan ia tidak membereskan apartemennya. Padahal baru saja ia sampai, tubuhnya masih berkeringat namun ia harus cepat untuk pergi mandi.

"Udahlah, gak perduli sama keringet!" Omelnya.

Tidak seperti biasanya, hari ini Embun mandi kilat. Hanya lima menit. Lebih cepat dua puluh menit dari seharusnya. Ia bahkan mengambil pakaian secara acak dan membiarkan rambutnya tergerai bebas.

Sesampainya di kampus, ia segera pergi menuju ruangan Pak Danu. Berharap beliau masih ada di ruangannya. Namun keberuntungan tidak berpihak padanya. Pak Danu sudah pulang sepuluh menit sebelum ia datang.

Embun tersenyum miris. Ia bahkan tertawa kecil saat membayangkan dirinya yang akan terkena ceramah besok karena tidak datang untuk bimbingan hari ini. Sial sekali hari ini, pikir Embun.

Akhirnya Embun memutuskan untuk menelepon Zanna, temannya. Namun, gadis tersebut tidak mengangkat telepon. Membuat Embun semakin kesal.

Padahal nyatanya, ialah yang melupakan janji bersama Zanna. Ia melupakan janji untuk menemani Zanna pergi mencari kado untuk ulang tahun teman kakaknya.

Saat telepon tersambung, Zanna langsung saja menghujami Embun banyak pertanyaan dan omelan. "Mbun! Lo kemana saja?! Kenapa gua chat gak jawab? Lo lupa ya sama janji lo?"

Embun meringis, "maaf ya. Gua lupa, suer. Janji sama Pak Danu saja gua lupa."

Terdengar tawa dari seberang sana. "Jangan ketawa ih! Mending lo sekarang kasih tahu gua ada dimana."

"Kantin Fakultas Teknik."

"Ngapain?!"

"Makan lah. Ya... sekalian cari yang seger seger."

Embun berdecak sebal, "ya udah. gua nyusul ke sana."

"Lah gak usah, sudah mau masuk. Gua saja yang nyusul. Lo dimana?"

"Bawah pohon cemara." Jawab Embun asal.

"Pohon cemara banyak gila."

Lihat selengkapnya