Suatu ketika aku berjalan-jalan di sekitar kompleks warga di Kota Istanbul. Tiba-tiba kurasakan benda keras bulat menubruk pantatku. Betapa tidak, benda bulat itu memantul setelah menubruk pantataku dan menimbulkan sakit luar biasa.
Aw!
Aku menoleh hendak marah kepada si pelaku yang menendang benda bulat itu. Aku ingin bilang kepadanya bahwa aku turis di Turki.
"Kenapa kamu lakukan itu?!" ingin marah, 'kulihat pelaku penyepak benda bulat ternyata bola. Tapi setelah bertatapan dengan kedua matanya yang ramah, muka bertemu muka, aku gagal marah. Pemuda itu tersenyum sambil minta maaf.
"Tidak, bukan anda yang salah, aku yang tidak tahu sekitar gang adalah lapangan warga. Kalian sedang bermain sepak bola," jawabku.
Pemuda itu kembali bermain bola bersama pemuda-pemuda lainnya.
'Ya Tuhan, dia sangat rupawan!' pekikku dalam hati.
Tak 'kusangka, aku bertemu lagi dengan pemuda itu di masjid yang megah ini. Ternyata, ia penghafal Al-Qur'an.
'Duh, sekarang kurasakan ada yang menendang hatiku.'
* * *
Ba'da Ashar. Aku punya banyak waktu untuk melihat sisi perpustakaan di masjid ini. Di antara kitab-kitab, aku melihat pemuda itu duduk di satu bangku, memegang mushaf dan melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an. Suara merdu dan menentramkan, gema seisi ruangan perpustakaan masjid dan terngiang di telingaku. Sesekali aku curi-curi pandang, sambil memilah-milah kitab yang ada di rak. Ingin tahu siapa nama pemuda rupawan itu.
Pemuda itu perawakannya tinggi, rambut coklat agak bergelombang dan sedikit mengembang, sangat cocok dengan raut wajahnya yang cerah putih, bibir kemerahan, alis tebal, kedua mata bulat, ada sedikit rona jenggot halus di dagu. Mewarisi ciri khas perpaduan Persia dan Eropa. Biasanya aku kurang suka lelaki berjenggot, tetapi khusus pemuda itu, justru jenggot tipis menambah kharismatik dan ketampanannya.
"Siapa dia?" sekian kali aku terpana penasaran. Seraut wajah pemuda yang 'kulihat kemarin, dia menendang bola dan mengenaiku. Ada sedikit menyesal, kenapa kemarin tidak sekalian 'kutanya namanya.
Ehm!
Berdehem sendiri. Sudah 1 jam aku berpura-pura duduk dan membaca satu kitab beraksara arab. Entah kitab apa ini, tak paham isinya. Padahal mataku mencuri pandang ke pemuda itu sejak tadi. Untungnya, tidak ada orang mencurigai aksiku itu.
Tiba-tiba pemuda itu mengakhiri bacaan Al-Qur'an tatkala seorang teman menghampirinya. Bahasa tubuh mereka, seperti berkomunikasi hendak pergi. Benar saja, akhirnya pemuda itu dan kawannya keluar perpustakaan.
"Ah!"
Aku mengeluh sendiri, 'Masa aku jadi menguntit? Memalukan!' pikirku.
Aku melihat dari kejauhan, dia dan seorang temannya keluar dan berjalan semakin menjauhi kawasan masjid.