All The Things I've Done To Save You

Handi Yawan
Chapter #4

Melihat Prof. Marwan Batubara

Sejenak Michele menunggu kontak dari studio pusat di New York untuk bergabung dengan Sonia di Jakarta. Tidak menunggu lama, kontak tersambung dengan Sonia.

“Halo, Michele dan juga para penonton di Amerika, apa kabar semua?” sapa Sonia jelas terdengar di earphone milik Michele. Kamera tetap mempertahankan mengambil gambar Michele.

“Sonia!” sahut Michele tidak kalah seru membalas sapaan rekan sejawatnya. “Tampak sekali kamu gembira. Bagaimana kamu gambarkan kehebohan di Jakarta yang saat ini malam hari?”

“Yup, Michele. Seperti yang kamu lihat, di belakang saya dan penonton di Amerika pun bisa melihat langsung. Heboh sekali di sini!” teriak Sonia yang mencoba mengimbangi kebisingan dan keramaian suasana di dalam gedung.

“Sonia, kamera saya serahkan kepada Anda untuk menyampaikan langsung supaya lebih berasa serunya,” kata Michele.

Monitor sekarang mengambil gambar penuh Sonia di Jakarta.

Sementara Sonia terus memberikan laporan pandangan langsung, di belakang tampak rombongan yang keluar dari teater gedung dengan wajah berseri-seri.

Di ujung lain koridor, sebuah keluarga kecil tengah memperhatikan panel di atas sambil memegang erat tiket masing-masing. Mereka sudah yakin nomor urut berikutnya adalah giliran mereka sesuai nomor seri pada tiket-tiket yang mereka pegang.

Sonia yang masih memberikan laporan langsung, mengenali Marwan lalu bergegas menghampiri pria itu dengan bersemangat. Ia tidak lupa memberi isyarat supaya cameraman mengikuti ke mana ia pergi.

“… saya melihat Prof. Marwan Batubara!” lapor Sonia sambil mencegat Marwan dengan sopan. “Kejutan Prof, saya menemukan Anda di sini. Bolehkan saya meminta pendapat Anda untuk berbagi cerita kepada penonton di rumah bagaimana pendapat Anda dengan adanya wahana time travel ini?” tanya Sonia.

Tampaknya Marwan tidak keberatan diganggu oleh Sonia yang ia kenal. Dulu Marwan sering menjadi narasumber untuk Sonia.

Namun, pada saat yang sama keluarga Marwan mendapatkan panggilan sesuai nomor urut di panel yang nyalanya membentuk nomor.

“Maaf, Sonia,” sesal Marwan, “sekarang giliran kami.”

Sonia tahu diri waktunya tidak tepat, tetapi ia tidak menyerah dan tetap meminta waktu.

“Kalau Anda tidak keberatan, saya akan menunggu di sini.”

Marwan hanya mengangkat bahu. Ia tidak akan melewatkan kesempatan pergi bersama istri dan kedua remaja putrinya yang sejak 3 bulan lalu sudah booking waktu.

Lihat selengkapnya